Share

My Hottest Man
My Hottest Man
Penulis: Yuli F. Riyadi

1. Antares

Kantor sudah sepi saat Dania menyelesaikan pekerjaannya. Jarum pendek jam sudah menunjuk angka sembilan malam. Wajar jika penghuni kantor sudah hengkang. Hanya tinggal dirinya saja yang masih bertahan. 

Dania meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, memijat kedua bahunya sendiri yang terasa pegal. Ditariknya napas dalam-dalam. Akhirnya dia bisa melewati hari ini. Meskipun mungkin dia akan mendapat omelan dari orang tuanya. Bukan tanpa alasan dia malam ini bekerja lembur. Sebenarnya ibunya sudah mengatur kencan dengan seorang pria. Pria yang akan dinobatkan menjadi calon suami masa depan yang potensial menurut versi mama. Tapi tentu saja tidak bagi Dania. 

Wanita 27 tahun itu mematikan lampu dan beranjak keluar kantor. Rasa letih yang bergelayut membuatnya ingin segera sampai ke apartemen. Jalanan malam sudah cukup lengang, dia bisa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Membayangkan berendam di air hangat dan tidur di kasurnya yang empuk itu sangat menyenangkan. 

Ponselnya berdering tepat saat dia memarkirkan mobil di basement apartemen. Dia menaruh benda pipih itu di dekat telinga dan menghimpitnya dengan pundak. Sementara tangannya membuka pintu mobil, dan sebelah lainnya meraih tas kerjanya. 

"Ya, Cla?" Dania keluar dan menutup pintu mobilnya.

"Lo nggak ke sini?" tanya Clara sahabatnya di sana.

"Dan! Ke sini ayo! Cowok di sini cakep-cakep." Itu suara Viona. Dania bisa mendengar suara musik yang mengentak. Sudah bisa dipastikan kedua sahabatnya itu sedang berada di kelab malam. 

"Sori, gue nggak bisa gabung malam ini. Capek, mau molor."

"Itu, sih, capek yang lo buat sendiri. Siapa suruh lo lembur." Clara benar. Tidak ada alasan yang lebih baik untuk menolak keinginan mama selain lembur. Jadi, Dania terpaksa melakukannya. 

"Lo bisa bilang lembur tapi sebenarnya lo have fun kan?" lanjut Clara lagi. 

"Gue nggak biasa bohongin nyokap. Emang gue lo?"

Di sana Clara tertawa. Apa yang Dania bilang memang tepat. Dania memasuki lift menuju unitnya.

"Jadi, kalian bertemu siapa?" tanya Dania. 

"Cowok tampan dong, Dan. Siap menghibur kita." Lagi-lagi Vio berseru. 

"Kalau bukan bule, gue nggak mau," canda Dania. Vio memang wanita pemburu.

"Oh, jadi lo sukanya yang import? Pinter lo, yang import emang gede-gede." Vio tergelak kembali. Ini baru pukul sembilan, tapi wanita itu sudah mabuk. 

"Jagain Vio, Cla. Dia kalau mabuk bahaya." 

Pintu lift terbuka, Dania melangkah keluar. Namun, baru saja dia hendak menapaki lorong unit, pandangannya menangkap sesuatu yang mengejutkan. 

"Shit," umpatnya mengerjap. 

Sepasang laki-laki dan perempuan tengah bercumbu mesra, di dinding lorong yang menuju unitnya. Terlihat sekali kalau lelakinya sangat dominan. 

Bagaimana bisa mereka bermesraan di luar seperti itu? Pria itu lantas mendorong tubuh wanita itu masuk ke dalam unit. Selama beberapa menit Dania menahan napas, akhirnya dia bisa bernapas lega setelah pasangan itu benar-benar hilang dari pandangan. Mungkin mereka melanjutkan sisa permainannya di dalam. 

Di ujung ponsel yang ia genggam, Clara berteriak memanggil-manggil namanya. Dania sampai lupa kalau dia sedang bicara dengan Clara. Dia lantas bergegas menuju unitnya. 

"Sori, Cla. Ada sesuatu yang bikin gue kaget tadi," ucapnya kembali melangkah.

"Lo abis lihat hantu?" 

"Bukan, tapi lebih daripada hantu. Masa gue lihat pasangan yang lagi–"

"Cipokan?"

Dania mengangguk, dia menekan angka kombinasi pada pintu unitnya. Di ujung sana tawa Clara terdengar.

"Terus lo pengin?" tanya Clara.

"Ya, nggaklah." Dani mendorong pintu dan masuk ke dalam unit.

"Emang lo nggak pengin rasain itu, Dan. Cuma liat, apa enaknya? Kenapa tadi lo nggak sekalian gabung aja sama mereka?"

"Sinting."

Clara lagi-lagi tergelak. Dia sangat tahu kalau Dania masih bersih. Maksudnya, Dania bukan tipe wanita yang gampang memberi ciumannya pada seorang pria.

"Udah, ah. Gue tutup. Capek, mau mandi terus molor. Kalian have fun aja deh."

Dania melempar ponselnya ke kasur begitu saja. Lantas dirinya segera menuju ke kamar mandi. Berendam air hangat dengan aroma terapi yang menenangkan. 

Besok dia harus bersiap dengan rentetan omelan mamanya, karena sengaja tidak datang di kencan itu. Demi Tuhan, Dania tidak suka kalau mamanya terus saja menjodohkannya dengan siapa pun. Ini bukan jamannya. Tanpa dijodohkan, Dania yakin dia bisa mendapatkan jodohnya sendiri. Usianya belum mengkhawatirkan. Ya, Tuhan.

Mama bilang, lelaki ini berbeda dari yang lain. Masih kata mama, lelaki pilihannya kali ini cakep dan tajir. Yang sudah-sudah, cakep versi mama itu jauh dari bayangan Dania. Jadi, untuk kali ini biarkan Dania membangkang.

Tubuhnya terasa segar setelah berendam tadi. Namun, bukannya mengantuk, dia malah kelaparan. Jadi, dia memutuskan turun ke bawah setelah mengganti pakaian yang lebih santai.

Dania memasuki lift hendak turun ke lobi. Di sana ada restoran yang buka 24 jam. Perutnya harus diisi kalau ingin tidurnya nyenyak. 

Pintu lift hampir tertutup saat seseorang berteriak. 

"Tahan!"

Secara otomatis tangan Dania menekan tombol di samping pintu. Menahan. 

"Terima kasih," ucap seorang pria yang lantas menyelinap masuk. 

Dania tertegun di tempat. Tangannya sontak merapatkan cardigan yang ia pakai. Untuk pertama kalinya dia menyesal telah menolong seseorang untuk masuk lift bersamanya. Orang itu adalah pria yang dilihatnya sedang bercumbu dengan seorang wanita di koridor unit. Sial. 

Dania melangkah mundur, agak menjauh dari posisi pria itu. Tubuh tinggi nan atletis pria itu sedikit membuatnya ngeri. Wajah pria itu memang tampan, tapi bukankah wajah seperti itu yang sering menipu? 

Dania juga pernah punya pacar tampan. Namun, terpaksa dia tinggalkan karena pacarnya kerap menuntut hal yang berlebihan darinya. Dan Pria di hadapannya ini? Dari caranya mencumbu pasangannya tadi Dania bisa memastikan pria seperti apa dia itu.

"Turun di lantai berapa?"

"Hah?" Seperti orang bodoh, Dania malah terkesiap. 

Pria itu menoleh. Dan seolah tersihir dengan pesona pria itu, Dania melongo di tempat. 

"Antares," gumamnya tidak nyambung. 

"Maaf?" Pria itu bertanya heran.

Di koridor tadi, Dania tidak begitu jelas melihat wajah pria itu. Sekarang ini baru benar-benar jelas. Ada jambang tipis di area rahang pria itu. Dua kancing atas kemejanya terbuka. Dari sana, Dania bisa melihat ada bulu-bulu halus yang entah kenapa baginya terlihat–ehem–seksi.

"Ah, maksud saya, saya turun di lobi." Sial, kenapa Dania harus segugup ini? 

Pria itu tersenyum, lantas mengangguk. "Kalau begitu kita beda tujuan, aku basement." 

Sumpah, demi apa pun! Senyumnya menggoda iman banget. Dania sampai harus berdeham dan memalingkan wajah demi tidak terpengaruh oleh pesona yang ditimbulkan pria itu. 

Pria ini membuat dirinya menerka-nerka, lelaki seperti apa yang akan dijodohkan dengannya? Mungkin setampan pria ini? Holishit! Apa yang Dania pikirkan?

Dania turun terlebih dulu. Dia tersenyum canggung ketika pria asing itu mempersilakan keluar dengan sopan. Keningnya sampai berkerut samar. Apa pria itu sedang berusaha tebar pesona dengannya? Dania tidak peduli. Ada hal yang lebih penting dari itu, mengisi perutnya yang mendadak semakin lapar.

__________***__________

Dukung cerita keduaku di sini ya teman-teman. Jangan lupa masukkan ke library gaes. See you.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Afrimadona
lanjut aku suka ceritanya
goodnovel comment avatar
Archika Lasnata
lanjut lagi, jadi penasaran
goodnovel comment avatar
SyaMeera Rizqi
lanjut, baru mulai nyimak...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status