Beranda / Fantasi / My Imagine / 1. Semuanya Sudah Hancur

Share

My Imagine
My Imagine
Penulis: Milabsa

1. Semuanya Sudah Hancur

Penulis: Milabsa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-27 21:54:11

Hari wisuda adalah hari di mana para mahasiswa akan melepas status mahasiswa mereka menjadi seorang alumni. Hari itu tentu saja adalah hari yang paling bahagia bagi semua orang.

Namun, karena sebuah foto hari wisuda itu menjadi sebuah malapetaka bagi seorang gadis bernama Herra Laiba.

Sebuah foto yang menunjukkan tubuhnya yang setengah telanjang sedang tertidur di sebuah kasur bersama dengan seorang pria. Hal itu tentu saja menghebohkan satu universitas Prima Jaya. Apalagi foto itu dipasang di depan auditorium hingga semua orang yang hadir dapat melihat foto itu.

Herra tentu saja terkejut bukan main. Semua orang mulai memperhatikan dirinya. Banyak yang memandang penuh jijik pada dirinya.

"Bukan. Itu bukan aku. Itu fitnah!" pekik Herra pada semua orang.

Percuma! Tidak ada orang yang mendengar hal itu. Mereka lebih sibuk untuk menghina dirinya.

"Dasar j*la*g! Enggak tau malu!"

"Enggak pantes banget jadi mahasiswa di sini. Bikin malu!"

'plak'

Herra terkejut bukan main ketika pacarnya, Vian Lutfhi, datang seraya menamparnya begitu keras. Terlihat kilatan amarah di wajahnya.

"Aku benar-benar enggak nyangka Her. Bagaimana bisa kau melakukan hal itu sedangkan kau memilikiku?! Apa kurangnya aku sampai kau melakukan itu?! Apa kau butuh uang?! Padahal saat aku menanyakan padamu apakah kau membutuhkan uang, kau mengatakannya enggak perlu. Tapi ini apa?!" murka Vian

"Itu benaran bukan aku Vian. Aku difitnah," bela Herra seraya menangis.

"Bagaimana bisa kau bilang itu bukan dirimu sedangkan foto itu jelas-jelas dirimu?!" sentak Vian

"Itu beneran bukan aku," bela Herra lagi.

"Halah, maling mana ada yang mau ngaku. Udah deh Herra, ngaku aja. Buktinya udah ada di depan mata. Kau mau mengelap bagaimana lagi. Enggak nyangka yah seorang mahasiswa teladan yang katanya polos, ternyata lolos," hina Dara dengan pandangan meremehkan.

Dara Yuniar adalah sosok wanita yang sangat iri dengan apa yang dimiliki Herra. Mulai dari kecantikan, popularitas, bahkan pacar yang tampan.

"Kau jangan ikut campur ya! Ini pasti perbuatanmu kan?! Kau sangat membenciku hingga melakukan semua ini. Katakan pada semua orang kalau itu bukan aku," tukas Herra seraya menarik-naik tangan Dara.

"Apaan sih Hera?! Sakit tau! Lepasin!" pekik Dara

'plak'.

Tamparan yang kedua mengenai pipinya lagi. Herra memandang terkejut pada sahabatnya, Salsa bila Harsa, yang menamparnya.

"Kenapa kau menamparku Sal?!" tanya Herra dengan pandangan terkejut.

"Itu ganjaran untukmu karena sudah berbuat hal yang tidak senonoh. Aku kira kau itu anak baik-baik Her. Aku enggak nyangka selama ini kau berbuat seperti itu. Aku benar-benar membencimu," keluh Salsa

"Kau juga percaya dengan foto itu?! Sal, kau itu sahabatku. Harusnya kau tau siapa yang salah di sini. Itu bukan aku," timpal Herra dengan air mata yang berlinang.

"Foto itu udah menjelaskan semuanya. Mulai saat ini kita bukan sahabat lagi. Aku enggak mau punya teman seorang j*la*g. Jadi menjauh dariku," tukas Salsa seraya pergi dari sana.

"Sal, tunggu! Dengerin aku dulu!" tahan Herra. Tapi....

"Ayo, kamu pulang sekarang!"

Tangannya langsun ditarik pergi oleh papanya. Papanya, Henry John, menyuruh Herra masuk ke dalam mobil. Mamanya, Tasya Kemal, juga ikut masuk dalam mobil.

Herra memilin tangannya gugup. Bagaimana kalau orang tuanya juga percaya dengan foto itu?

Mobil itu telah sampai di depan rumah bergaya American classic itu. Henry kembali menarik tangan Herra masuk dalam rumah dan melemparnya hingga Herra terjatuh di lantai.

'plak'

Tamparan ketiga kembali mengenai pipinya. Herra mengeluarkan air matanya seraya memandang terkejut pada papanya.

"Kamu benar-benar anak yang engga tau diuntung. Kamu membuat kami malu di depan semua orang. Bagaimana bisa kamu melakukan hal itu?! Apa uang yang papa kasih enggak cukup sampai kamu harus menjadi seorang j*la*g?!" murka Henry

"PA?! Apa papa dan mama juga percaya dengan foto itu?! Aku ini anak kalian! Harusnya kalian lebih percaya padaku," protes Herra

Padahal ia sangat berharap kalau orang tuanya akan lebih mempercayainya. Nyatanya tidak.

"Bagaimana bisa kami tidak percaya sedangkan foto itu terlihat jelas adalah dirimu?! Kau sangat membuat kami malu. Kau lebih buruk dari adikmu," hardik Tasya

"Sekarang kamu keluar dari rumah ini. Kami enggak ingin punya anak enggak tau malu sepertimu. Kamu benar-benar sudah membuat jelek nama keluarga kita. Sekarang kamu pergi. Jangan kembali lagi," tukas Henry

'jderr'

Bagai tersambaf petir ketika mendengar hal itu. Kenapa orang tuanya sendiri tidak mempercayainya?

"Baik. Herra akan keluar. Maaf jika Herra selama ini selalu menyusahkan kalian. Herra janji enggak akan kembali lagi ke sini. Ijinkan Herra mengambil barang-barang Herra di kamar," ujar Herra

Setelah mengambil barangnya, Herra segera keluar dari rumah itu. Bahkan orang tuanya tidak sudi menyentuh tangannya saat ia ingin pamit.

Herra berjalan di tengah teriknya matahari. Ia ingin mencari tempat kos-kosan yang murah. Karena ia sekarang harus banyak berhemat untuk pengeluarannya.

Akhirnya setelah lama mencari, Herra mendapat sebuah kos-kosan yang cukup murah. Setelah membayar biaya untuk per tahun, Herra masuk dalam kamarnya dan duduk di salah satu kursi.

Herra menarik napas yang dalam dan mencoba bersabar.

To be continued.....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Imagine    45. Kemarahan Winna

    "Makasih yah Tuan. Ini kalung yang bagus," ucap Herra dengan senyum lebar.Rizhan hanya mengangguk pelan. "Iyah. Tapi jangan langsung lupa diri yah. Aku memberikanmu itu hanya untuk memberikan apresiasi pada kerja kerasmu. Jangan memikirkan banyak hal," tukas Rizhan seraya berbalik menuju mobil kembali.Baru saja Herra ingin memuji kebaikan presdirnya itu. Namun, ia harus kembali lada kenyataan jika presdirnya itu bukan orang yang pantas mendapatkan predikat baik darinya.Sudahlah, yang penting ia senang bisa menerima kalung yang cantik ini."Hei! Kenapa masih diam di sana?! Apa kau mau aku tinggalin?!" teriak Rizhan dari arah mobil.Herra lansgu berbalik arah dan berlari menyusul ke mobilnya."Iya Tuan! Tunggu sebentar!" teriak Herra pula.Benar-benar orang yang tak sabaran presdirnya ini.***Se

  • My Imagine    44. Kalung Yang Cantik

    "Enghh!"Herra mengerjapkan matanya pelan. Namun, sontak mata itu melebar kala melihat sebuah dada bidang ada di depannya. Aroma ini sangat dikenal Herra. Ia mencoba mengangkat kepalanya untuk melihat.Benar saja, sang presdir ada di depannya sedang menutup matanya dengan damai. Dengkuran halus ia dengar dari presdirnya itu. Herra melihat betapa tampan wajah itu ketika sedang tidur dengan damai seperti ini. Namun, ia menggeram kesal ketika mengingat jika presdirnya ini bangun akan berubah seperti seekor macan.Herra mencoba mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah presdirnya itu. Perlahan hampir mendekat. Hingga ia berhasil menyentuh wajah itu.Herra menahan agar jantungnya tak berdetak terlalu kencang. Rasanya ia ingin menangis saja saat ini. Bagaimana tidak, tekstur wajah presdirnya dengan Rizhan, teman khayalannya itu sangat mirip.Rasa Rindu itu kembali menyelimuti dirinya. Ingin ras

  • My Imagine    43. Satu Kamar

    Perjalanan yang begitu melelahkan akhirnya sampai juga. Pesawat berjenis Garuda Indonesia yang mereka naiki sudah sampai di bandara Yogyakarta.Rasa lelah tentu saja ada dalam dirinya Herra. Bahkan beberapa kali ia melakukan peregangan pada tubuhnya yang lelah itu. Rizhan terkekeh pelan melihat sikap lucu Herra. Ia jadi merasa seperti membawa anak kecil pergi bertamasya saja."Hei, ayo jalan! Kita harus mengambil koper kita dulu," sentak Rizhan dengan nada ketus. Rizhan berjalan duluan meninggalkan Herra yang terkejut dengan nada sentakan itu. Ia langsung memicingkan dengan tajam matanya pada presdir galaknya itu. Melayangkan pukulan dengan angin seakan ingin menghabisi presdirnya itu. Di saat Rizhan membalikkan tubuhnya, buru-buru Herra bersikap diam saja sambil mengalihkan pandangannya dari Rizhan.Rizhan memandang aneh pada wanita itu. "Kenapa masih diam aja di sana?! Kau mau aku tinggal yah?!" tukas R

  • My Imagine    42. Perjalanan Bisnis

    'kring-kring''kring-kring'Herra meraih ponsel yang terletak di nakas samping ranjangnya. Menyipitkan matanya untuk melihat nama dari penelpon. Detik berikutnya ia melebarkan matanya kala melihat nama dari penelpon. Nama 'Presdir Galak' terpampang nyata di sana.Sontak Herra bangkit dari tidurnya dan duduk di ranjangnya itu. Dengan segera menggeser ikon hijau di ponselnya itu."Ha-Halo Tuan. Ada apa ya?" tanya Herra dengan suara khas orang bangun tidur.["Apa kau baru bangun tidur, hah?! Jangan bilang kau lupa kalau hari ini kita ada perjalanan bisnis ke Jogja," ucap Rizhan dengan nada protes.]Sontak Herra menepuk dahinya kala melupakan hal yang sangat penting."Ma-Maaf Tuan. Saya sungguh melupakan hal itu. Tu-Tuan tenang saja. Saya akan bersiap dengan cepat," ucap Herra seraya berdiri untuk segera bersiap.

  • My Imagine    41. Perhatian Yang Menghangatkan

    41. Perhatian Yang Menghangatkan"Mau kubantu bawakan enggak?" tawar Daniar saat melihat berkas yang begitu banyak itu. Herra menggeleng pelan."Enggak perlu Daniar. Aku bisa bawa kok. Lagian enggak terlalu berat kok ini," tolak Herra seraya mengangkat kardus kecil yang berisi berkas yang sudah ia fotokopi itu. "Hmm, ya udah. Tapi, kau hati-hati yah. Jangan sampai nasibmu bakal kayak karyawan lainnya," timpal Daniar sedikit berbisik. Herra sedikit terkekeh melihat ekspresi lucu Daniar yang memberikan nasihat padanya. "Iya, kau tenang aja. Aku bakal hati-hati dengan presdir kita itu. Aku duluan ya," balas Herra dengan senyum tipis. "Iya, bye," ujar DaniarHerra segera keluar dari ruang fotokopi. Menaiki lift untuk ke ruangan presdirnya itu. "Huh, berat banget sih. Enggak enak tadi minta tolong sama Daniar. Disaat dia

  • My Imagine    40. Padahal Tidak Telat

    Herra tengah bersiap dengan tergesa-gesa pagi ini. Pasalnya ia bangun sedikit telat karena banyak cerita dengan Salsa tadi malam. Dengan cepat ia memakai setelan kantornya dan mengoleskan sedikit make up saja ke wajahnya. Setelah dirasa cukup, ia segera mengambil tas jinjingnya dan segera keluar dari kamar. Saat keluar kamar ia melihat Salsa yang tengah mengoleskan selai pada roti. "Sal, aku berangkat dulu yah," pamit Herra dengan buru-buru. "Eh, tunggu dulu. Makan ini sebentar," tahan Salsa seraya memberikan roti yang sudah ia oleskan. "Makasih yah Sal. Aku berangkat dulu yah," timpal Herra seraya berlari ke arah pintu apartemennya. Salsa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Herra. Di lain tempat, Herra tengah berlari menuju halte bus. Untung saja bus itu mau berhenti saat ia meneriakinya. Dengan cepat Herra masuk ke dalam bus itu dengan napas yang tersenggal.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status