Diam-diam Wu Mei Xiang mengakui dirinya mungkin benar-benar sudah menjadi iblis. Akan tetapi, kalau dia iblis mengapa dia bisa diikat seperti itu? Apakah ini neraka atau dunia lain setelah kematian?
Dia tidak pernah mempelajari apa yang menarik setelah kematian, baginya sains adalah segalanya. Belajar nuklir adalah hal penting dan menyelesaikan penelitian lebih penting lagi.
Hingga suatu bencana yang tidak terelakkan terjadi dan di sinilah, Wu Mei Xiang--- gadis penggila sains dan laboratorium itu berada.
Dia menatap rantai besar yang mengelilingi pergelangan tangan dan kakinya. Tiada harapan dia bisa lepas dari sana, kekuatannya ada pada otak dan bukan otot. Dia takkan mampu melepaskan besi besar dan dingin itu.
“Sialan, kenapa aku diikat seperti anjing? Siapa yang melakukan ini. Aku bisa membalasnya. Tapi bagaimana membalasnya kalau terikat? Terkutuklah Pei Rong dan segala akal busuknya!” rutuk gadis itu dalam hatinya.
Dia tidak pernah sampai se-menyedihkan ini sampai temannya sendiri berkhianat. Bahkan, kematiannya pun mungkin tidak mudah. Sekarang dia malah terjebak entah di mana.
"Kau tak akan bisa melepaskan itu, seberapa kuat pun dirimu. Hanya tuan yang bisa melepaskan itu atau seseorang yang memiliki token Lord Devil."
Xiong Fan lagi-lagi memasang wajah angkuh dan bangga, dia merasa sangat senang melihat Wu Mei Xiang seperti itu. Pria ini entah memiliki dendam apa pada perempuan yang sudah tak berdaya secara fisik, tetapi masih angkuh dan sombong.
Mereka belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi mengapa seakan sudah menjadi musuh selama ribuan tahun? Ini aneh juga lucu bagi Wu Mei Xiang, dia memang sangat berbakat mencari musuh.
"Ppppfff," tiba-tiba Wu Mei Xiang tertawa terbahak-bahak. Dia adalah tipe yang tidak bisa merendah apalagi mengaku kalah walau sudah berada dalam bahaya.
"Apa yang lucu?" Xiong Fan lagi-lagi menatapnya dengan kesal. Wajah pria itu seharusnya sudah memerah andai dia memilik darah dan jantung yang memompanya. Namun, karena dia adalah ras iblis, auranya menjadi gelap dan wajahnya ikut menghitam karena aura yang mengerikan itu.
Walau begitu, Wu Mei Xiang bukannya takut dan malah penasaran. Dia suka membuat orang marah dan akhirnya mendapatkan informasi. Memang sangat jarang ada ilmuwan yang memiliki kegilaan jenis ini. Wu Mei Xiang adalah jenis langka itu.
"Tidak. Aku hanya merasa kalau aku sangat berbakat dan keren. Tentu saja!" ucap Wu Mei Xiang tidak berbohong, meski sebenarnya dia bangga sudah mendapatkan informasi lainnya. Tidak ada yang bisa melepaskan rantai itu, hanya Lord Devil atau seseorang yang memiliki token.
Dia harus fokus mencari tahu siap itu Lord Devil, karena akan repot mencari token. Lebih baik langsung pada pemiliknya saja. Wu Mei Xiang suka berpikir sederhana, walau dalam praktiknya tidak sesederhana itu.
"Jangan berpikir bisa kabur!" ucap Xiong Fan sambil memperhatikan Wu Mei Xiang yang sepertinya menemukan beberapa akal dalam otaknya. Selain mengancam dan marah, tidak ada yang bisa dilakukan pria ini pada gadis sialan itu.
"Ah, tidak. Buat apa aku kabur kalau di sini saja diperlakukan sangat baik seperti itu," kata Wu Mei Xiang dengan wajah bangga yang sengaja dibuat-buat.
"Diperlakukan baik?" Xiong Hai mengulang ucapan Wu Mei Xiang dengan ucapan pelan. Pria yang lebih waras dibandingkan yang satunya lagi merasa aneh ketika Wu Mei Xiang mengatakan bahwa dia diperlakukan dengan baik. Jelas-jelas dia adalah sandera dan bagaimana semua itu bisa menjadi hal baik?
"Ya. Di sini tidak ada yang berniat membunuh aku. Di duniaku sebelumnya, aku dicari dan hampir semua orang ingin membunuhku. Coba tebak, bukankah aku termasuk orang yang beruntung?"
Kata-kata Wu Mei Xiang itu tidak sepenuhnya berbohong walau tak jujur. Tak ada yang menginginkan kematiannya lebih dari Pei Rong sahabatnya. Perempuan itu memang mengerikan. Di balik wajah cantik dan menawannya, hatinya sangat kejam dan siap membunuh sahabatnya sendiri demi naik ke level yang lebih tinggi.
"Manusia bisa lebih mengerikan dibandingkan iblis," ucap Wu Mei Xiang lagi, “karena itu aku tidak takut pada iblis jenis kalian. Aku hanya penasaran ada apa dengan alam ini dan kenapa aku di sini,” lanjut Wu Mei Xiang.
Kata-kata itu membuat dua Xiao bersaudara di hadapannya bergeming tak berucap atau bergerak.
"Apa itu curhat?" tanya Xiong Fan tiba-tiba. Entah karena simpati atau hendak mengejek, semua tampak sama di mata Wei Wuxian. Dia tidak peduli.
"Tidak juga. Bisa dikatakan itu hanya sekedar informasi. Hidupmu jangan terlalu serius. Aku sudah pernah melakukannya dan berakhir dengan kekecewaan."
Wu Mei Xiang tersenyum manis kali ini. Sangat manis sampai Xiong Fan tak bisa lagi memaki dirinya dengan lebih kejam. Senyuman memang bisa menular kalau di alam manusia dan di alam ini juga masih bisa melemahkan. Walau tak bernyawa, iblis juga memilik jiwa.
"Tidak perlu ramah. Kau iblis bukan manusia yang perlu basa-basi." Xiong Fan kembali memasang wajah tak suka.
"Mengapa kau tak suka kalau aku tersenyum atau tertawa? Apa kau alergi kebahagiaan? Kalau kau memang sangat ingin melenyapkan aku, maka panggil saja tuanmu itu, suruh dia kemari dan hancurkan saja aku. Itu ide yang menarik bukan? Aku juga tidak ingin hidup lagi," ucap Wu Mei Xiang dengan wajah masam.
"Mau mati? Jangan pikir semudah itu. Kematian iblis tak sesederhana yang kau pikirkan," ketus Xiong Fan dengan nada mengejek. Memang dia tidak bisa membunuh Wu Mei Xiang karena perintahnya hanya memeriksa dan bukan membunuh tawanan kecil itu.
"Oh, jadi begitu? Ya sudahlah, kalau begitu saudara Xiao, kau harus sabar berurusan denganku."
Entah mengapa mulut Wu Mei Xiang agak kesal menyebutkan nama Xiao mengingat Pei Rong si pengkhianat itu. Kekasihnya Pei Rong yang bekerja sama dengannya juga bermarga Xiao. Sungguh selalu ada kebetulan yang sangat menyebalkan di mana pun di alam mana pun.
Dua sejoli yang awalnya terlihat baik dan mendukung Wu Mei Xiang dalam penelitiannya pada akhirnya juga melakukan kejahatan. Memang hati manusia sudah ditebak, apalagi kalau sudah dikabuti oleh rasa iri, dengki dan cemburu.
"Sialan!" teriak Xiong Fan dengan mata memerah dan hendak mencekik kembali Wei Wuxian, tetapi dihentikan oleh Xiong Hai.
"Jangan, Kakak! Lebih baik kita kembali dan melaporkan pada tuan," ucap lelaki itu dengan wajah tenang dan nada bicara yang stabil.
Wu Mei Xiang terkekeh. Sekali dia ingin menghina dua iblis itu, tetapi pikirannya kembali fokus pada hal lain.
Tanpa bicara keduanya meninggalkan ruangan itu, Wu Mei Xiang kembali berselimut sunyi dan dingin. Aneh sekali, kalau dia memang iblis mengapa dia masih bisa merasakan dingin dan juga sakit dalam hati.
“Sampaikan salamku pada tuan kalian dan bilang aku sudah menunggunya. Aku sangat ingin bertemu!” teriak Wu Mei Xiang sebelum keduanya menghilang di balik dinding besi. Tak ada pintu di sana yang terbuka dan Wu Mei Xiang menebak mereka memang bukan manusia dan alam ini bahkan bukan alam manusia. Dia sudah mati dan sekarang ada di sini. Kalau harus menghadapi raja neraka, Wu Mei Xiang sudah siap.
“Apa yang bisa dilakukan selain menerima nasib? Kadang nasib suka bermain-main dan beginilah aku yang penuh dosa,” gumam Wu Mei Xiang sambil geleng-geleng kepala. Dia tidak sedih karena hal itu, tetapi dia masih marah karena Pei Rong.
Sepeninggal dua saudara itu, Wu Mei Xiang kembali merenungkan nasibnya. Beberapa pertanyaan timbul dalam pikirannya. Apakah ini benar-benar di alam iblis atau hanya mimpi?
"Sialan, kalau ini memang kematian mengapa yang menjemputku bukan malaikat, malahan iblis?! gumam Wu Mei Xiangkesal bercampur sedih.
Separah apa dirinya dan senista apa dia sampai harus iblis yang menjemputnya?
Tahun berganti, musim bergulir dan segalanya berubah. Cheng Li dan Wu Mei Xiang sudah hidup bahagia bersama keluarga dan anak-anaknya. Dua mahkluk kesepian, antara mortal dan immortal, kini menjadi satu---bersama selamanya. Cheng Li tidak pernah meragukan keputusannya. Tidak merasa sia-sia menjaga dan melindungi Wu Mei Xiang sejak masa kecilnya. Wu Mei Xiang juga sama, dia tidak pernah menyesal mati dan menjadi iblis. Dia malah berpikir bahwa menjadi iblis yang bermoral lebih baik dibandingkan manusia dengan segala akal bulus dan kelicikannya. Iblis dan manusia bisa dikatakan sama-sama memiliki nafsu, perbedaan yang utamanya, iblis mengakui bahwa dia benar-benar iblis dan hanya melakukan pekerjaan iblis. Sedangkan manusia, bisa menjadi iblis, bahkan lebih iblis dibandingkan iblis itu sendiri. Tindakannya tidak bisa ditebak karena isi hati lebih dalam dibandingkan lautan. Meski begitu, bukan berarti Anda disarankan menjadi iblis. Jadi apa pun, jadilah yang terbaik, setidaknya tidak
Cheng Li berserta ketiga anaknya berjalan menuju ruangan terlarang. Anak-anak disuruh menunggu di depan pintu masuk ruangan serba merah itu. Dari kejauhan sudah tercium aroma tidak menyenangkan dalam artian aura tuan iblis yang sedang marah atau sedih.Wu Mei Xiang tahu bahwa Cheng Li pasti akan datang merayunya. Itu sudah pasti, raja iblis itu akan sangat mudah mengiyakan perkataan anaknya, apalagi jika yang memintanya adalah Hua Ying, putrinya tersayang."Sayang," sapa Cheng Li dengan suara lembut.Dia berjalan mendekati lelaki tampan yang duduk membelakangi dirinya."Sayang," panggil Cheng Li lagi ketika dia sudah mendekat.Tak ada jawaban dari Wu Mei Xiang, bahkan dia tidak bergerak sama sekali. Pria itu diam bagai patung.Pada panggilan yang ketiga, Cheng Li mulai curiga dengan Wu Mei Xiang. Apakah dia sakit atau itu bukan dirinya? Namun, hal yang kedua pasti mustahil karena ruangan itu tersegel dan hanya mereka berdua bisa memasukinya.Cheng Li mendekat dan memeluk Wu Mei Xiang
Tak terasa waktu berjalan begitu saja. Wu Mei Xiang tidak pernah menyangka bahwa menjadi orang tua dari anak-anak iblis bisa menyenangkan, lebih indah dibandingkan hidup sebagai manusia. Dunia yang penuh dengan kemunafikan lebih tidak menyenangkan dibandingkan alam iblis sendiri.Mereka adalah iblis dan mengaku sebagai iblis dan itu lebih baik dibandingkan manusia jahat yang pura-pura menjadi malaikat padahal lebih iblis daripada iblis itu sendiri.Lupakanlah masa lalu itu dan mari berfokus mengurus anak dan bapaknya. Dua bapak seksi yang berotot dan memiliki dada bidang. Dua laki-laki yang berhasil membangun keluarga.Setelah kelahiran tiga anaknya sekaligus, kondisi Cheng Li dan Wu Mei Xiang tidak pernah sama lagi. Mereka sangat ramai saat ini. Maksudnya, sangat rusuh.Seperti yang terjadi sore ini."Hua Ling!" teriak Wu Mei Xiang meneriakkan salah satu nama anaknya."Ya? Papa, aku di sini," balas seorang anak yang duduk di sebelahnya."Bukan kau! Maksudku dia!"Wu Mei Xiang menatap
Sesampainya di rumah khusus Wu Mei Xiang dan Cheng Li, dia meletakkan tubuh lelaki itu itu atas kasur yang sudah bersih dan rapi sepertinya biasanya. Sangat jarang mereka berada di tempat itu. Untung saja dalam kondisi seperti ini, Cheng Li selalu siap siaga melakukan yang terbaik."Sakit sekali, kurasa mereka akan merobek perutku dan memaksa keluar," teriak Wu Mei Xiang dengan suara parau.Dia merasakan dirinya seperti tercabik-cabik dari dalam sana."Bersabarlah," ucap Cheng Li mencium tangannya dan menyalurkan energi kepada lelaki itu."Aku seperti akan mati."Tangis Wu Mei Xiang pecah. Baru pertama kali dalam hidupnya dia merasakan sesakit ini. Bahkan, ketika dirinya akan mati pun, dia tidak merasakan sakit sama sekali karena itu adalah kematian super cepat tanpa rasa sakit."Tidak, jangan katakan itu," ucap Cheng Li dengan nada memohon.Dia terus memberikan kekuatan semampu dirinya sambil menanti datangnya para tabib yang akan membantu persalinan darurat itu."Sialan, mengapa mer
Beberapa bulan kemudian, Wu Mei Xiang merasa perutnya seolah bisa pecah atau meledak karena sudah membesar sangat sempurna, melebihi dari yang pernah dia bayangkan."Mengapa bisa sebesar ini? Anak-anak apa di dalam sana!"Wu Mei Xiang memukul perutnya pelan sambil menatap wajahnya dan penampakan barunya di sebuah cermin besar yang seolah mengejeknya karena menampilkan wajah jeleknya. Itu, sih menurut dia. Kalau Cheng Li akan selalu menganggap Wu Mei Xiang sangat menarik, seksi dan sangat menggemaskan."Berhentilah melakukan itu, kau bisa menyakiti dirimu dan anak-anak," ucap Cheng Li memeluk pinggang Wu Mei Xiang dari belakang. Pinggang yang dulunya ramping kini sudah hampir tidak berbentuk."Kau enak saja bicara. Coba kalau kau yang hamil dan berbentuk seperti gentong. Apa kau masih bisa mengatakan hal-hal seperti itu? Apa kau akan menghibur dirimu, huh?"Wu Mei Xiang mendengus kasar mendengar pujian tidak berguna dari mulut suaminya itu."Aku mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana ka
Selepas dari medan perang dan membuat beberapa kekacauan, Wu Mei Xiang kembali merasa bosan dengan hidupnya yang begitu-begitu saja. Anggap saja kalau dia memang sedang manja dan mencoba hal-hal lainnya.Dia dulunya seorang pekerja keras dan sekarang harus hidup dengan segala kemewahan dan segalanya tersedia."Aku benar-benar bosan, apakah memang tidak ada pekerjaan di sini?" tanya Wu Mei Xiang pada Wen Liwei."Pe-pekerjaan?"Wen Liwei gugup menjawab tuannya. Bagaimana bisa seorang raja atau pasangan raja disuruh bekerja?"Apa kau tidak tahu? Pekerjaan semacam hal yang menyenangkan."Wu Mei Xiang kesal dan hendak berlarian entah ke mana. Akan tetapi, perutnya yang membuncit membuatnya susah bergerak dengan bebas. Dia mulai bosan dan ingin segera melahirkan, barangkali anak-anak itu akan membuat hidupnya lebih berwarna nantinya."Ada apa, Sayang?"Cheng Li datang ke ruangan pasangannya selepas mengadakan pertemuan antara penguasa kota hantu dari beberapa sudut neraka."Tidak ada. Aku h