Share

Empat Klan

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-01-02 12:14:51

04

Hari berganti. Earlene bangun tidur sambil meringis. Sendi-sendinya sakit, demikian pula dengan kepalanya. Tenggorokan kering menjadikan Earlene curiga bila dirinya terserang gejala flu.

Earlene memaksakan diri untuk bangkit dengan bertumpu pada kedua siku. Dia memejamkan mata sambil memijat pangkal hidung saat kepalanya kian berdenyut.

Perempuan bersweter merah beringsut ke tepi kasur. Dia membuka mata, lalu berdiri dan jalan ke toilet sambil berpegangan pada dinding.

Sekian menit berikutnya, Earlene sudah kembali bergelung di kasur. Meskipun selimut tebal telah menutupi badannya, perempuan berusia dua puluh delapan tahun tetap kedinginan.

Earlene menahan gigil sambil membatin bila dirinya harus memesan minuman dan makanan hangat. Perempuan berbibir penuh mengeluh dalam hati karena merindukan sup ginseng buatan ibunya, yang jadi obat mujarab bila dirinya di rumah.

Perempuan berambut panjang menggapai ponselnya dari bantal samping kiri. Dia terpaksa menghubungi Chyou agar pria tersebut segera datang.

Kala Chyou tiba, dia terkejut menyaksikan penampilan sang nona yang kusut. Wajah Earlene pucat dan matanya pun sendu. Chyou membantu Nona mudanya berbaring kembali. Kemudian dia menyelimuti Earlene sampai batas leher.

"Pesankan sup dan teh hangat," pinta Earlene dengan suara pelan.

"Baik," jawab Chyou. Dia berdebat sesaat dalam hati, lalu memberanikan diri meraba dahi Earlene yang sempat terkesiap. "Nona demam," ucapnya sambil menarik tangan.

"Hu um."

"Mau minum obat?"

"Aku tidak punya."

"Saya ada."

"Aku tidak mau obat bebas."

"Ya, Nona. Ini resep dari ... ehm, kerabat saya di Taiwan. Dia seorang dokter."

"Benarkah?"

"Betul."

Earlene berpikir sejenak, kemudian mengangguk mengiakan. "Tapi aku harus makan dulu."

"Ah, ya, tunggu. Saya pesankan langsung ke restoran hotel."

Earlene hendak menyanggah, tetapi Chyou telanjur berdiri dan jalan ke pintu. Pria bersweter hitam keluar, lalu bergegas menuju restoran di lantai bawah.

Kala Chyou kembali, Earlene ternyata tengah berada di kamar mandi. Pria berambut cepak mengerutkan dahi saat mendengar suara khas orang yang sedang memuntahkan isi perut di toilet. Dia mulai khawatir jika kondisi Earlene yang mungkin bukan sakit biasa.

Panggilan lemah dari kamar mandi menyadarkan Chyou, yang beranjak ke depan pintu. Dia ragu-ragu hendak masuk, tetapi Earlene kembali memanggilnya.

Chyou tertegun menyaksikan Earlene gemetaran sambil berpegangan pada wastafel. Dia bergegas membungkuk untuk mengangkat serta menggendong Nona muda, yang spontan memeluk lehernya dengan sedikit kencang.

Chyou jalan secepat mungkin ke kamar. Dia membaringkan Earlene, lalu duduk di tepi kasur. Chyou membantu menumpukkan bantal agar perempuan bermata sipit bisa menyandar dengan nyaman.

Selama beberapa menit berikutnya, Chyou menyuapi Earlene dengan telaten. Tidak ada yang saling bicara hingga perempuan muda selesai bersantap.

Chyou mengambilkan cangkir berisi teh hangat dan memberikannya pada Earlene. Tanpa sadar dia terus mengamati saat sang nona menyeruput minuman sedikit demi sedikit.

"Mana obatnya?" tanya Earlene yang berhasil menyadarkan Chyou dari lamunan.

"Tunggu sebentar," balas Chyou sambil berdiri.

Earlene memperhatikan pria bertubuh tegap yang tengah menjauh. Dia meletakkan cangkir ke meja samping kanan, lalu memejamkan mata.

Matahari pagi beranjak naik. Earlene terjaga karena mendengar suara orang yang tengah mengobrol. Dia memindai sekitar dan menghentikan tatapan pada seseorang yang tengah berdiri di dekat jendela.

Earlene perlahan bangkit. Dia meraih cangkir yang airnya telah dingin, lalu meneguknya hingga habis. Earlene kembali memperhatikan pria bertubuh tegap yang tengah memunggunginya.

Saat Chyou terkekeh, Earlene tertegun. Dia baru menyadari bila sepertinya pria tersebut jarang tertawa. Senyuman pun cukup sulit tercipta di paras manis lelaki berhidung bangir.

Selama hampir dua bulan bersama, Earlene baru menyadari jika Chyou terlihat gagah meskipun dari belakang. Pikirannya kembali tertuju ke malam panas di mobil yang coba dihalaunya sejak kemarin.

Earlene menggigit bibir bawah kala terbayang detail keintiman mereka. Walaupun dia bukan pemain amatir, tetapi Earlene menyadari jika Chyou sanggup mengimbangi sekaligus memuaskannya berkali-kali.

Pipi Earlene seketika memerah ketika Chyou memutar badan dan pandangan mereka bertemu. Earlene ingin mengalihkan perhatian, tetapi tatapan Chyou seolah-olah menguncinya hingga tidak sanggup berpaling.

Chyou memasukkan ponsel ke saku celana jin hitamnya, sebelum mendatangi Earlene dan duduk di pinggir kasur. Chyou merogoh saku kiri celananya, kemudian mengeluarkan kemasan obat yang dipandangi sang nona.

"Ini, minumlah," tutur Chyou.

"Ehm, airku habis. Bisa tolong ambilkan?" pinta Earlene yang segera dikerjakan pengawalnya.

Setelah Earlene mengonsumsi obat, dia masih bersandar ke bantal sambil mengamati jendela yang gordennya telah dibuka Chyou.

Langit terang di luar sana tampak memukau. Butiran salju telah berhenti meluncur. Namun, gumpalannya masih menutupi dedaunan di pohon terdekat dengan jendela.

Earlene tidak menyadari bila dirinya tengah diperhatikan Chyou. Pria berbibir tipis ingin menceritakan informasi terbaru yang disampaikan Bobby, ketua pengawal keluarga Yang-Zhang. Namun, akhirnya Chyou menunda bercerita karena takut Earlene akan emosi dan memaksa pulang.

Chyou telah menceritakan hal itu pada ketiga saudaranya tadi pagi, sebelum Jianzhen dan To Mu berangkat menuju bandara dengan diantar Steve.

Cucu tertua keluarga Cheung berniat menghubungi Alvaro, salah satu sahabatnya yang merupakan pemilik perusahaan jasa keamanan di Indonesia.

Chyou hendak berkonsultasi dengan Alvaro yang selama ini telah membantu ketiga klan keluarganya, hingga berhasil memenangkan peperangan dengan klan Han.

Klan Bun atau Adhitama, merupakan keturunan pertama Nenek moyang Chyou yang menetap di Indonesia sejak puluhan tahun silam. Selanjutnya, keluarga Han adalah klan kedua. Keluarga Chyou yakni marga Cheung merupakan klan ketiga. Terakhir, keluarga Zheung adalah klan keempat. Ketiga klan terakhir bertempat tinggal di Taiwan.

Sengketa warisan menjadikan keempat klan itu berperang. Daisy Cheung dan Edward Zheung, memilih bergabung dengan Koh Li Bun. Mereka melawan klan kedua yang bekerjasama dengan mafia, hingga ketiga klan bisa memenangkan pertempuran.

Akan tetapi, Chyou dan semua cucu ketiga klan masih harus mewaspadai mafia yang masih mengintai. Sebab itulah Chyou dan Jianzhen menyamar menyusup ke keluarga Yang-Zhang, yang disinyalir sebagai sekutu mafia pimpinan keluarga Xie.

Penyelidikan Chyou dan Jianzhen masih berlangsung, kala mereka ditugaskan mengawal Nona muda Yang. Chyou terpaksa menunda pengecekan, hingga pulang ke Guangzhou.

"Chyou, aku mau ke kamar mandi," ungkap Earlene yang memutus lamunan pria berahang kokoh.

"Nona bisa jalan?" tanya Chyou yang dibalas gelengan Earlene. "Baik, saya gendong," lanjutnya sambil berpindah berjongkok di lantai.

Earlene berusaha menaiki punggung Chyou. Dia melingkarkan tangan di leher lelaki beraroma unik, kemudian merapatkan badan ke punggung sang pengawal.

"Aku mau mandi," cakap Earlene, seusai turun dan menjejakkan kaki ke lantai kamar mandi.

"Mau berendam?" tanya Chyou.

"Tidak. Aku mandi di kloset saja."

"Saya tunggu di luar."

Chyou membantu Earlene menduduki tutup kloset. Dia mengalihkan pandangan ke kiri ketika Nona muda melepaskan sweeter dan memberikan benda itu padanya. Chyou hendak beranjak, tetapi panggilan sang nona menyebabkannya menoleh ke belakang.

"Aku tidak bisa membuka baju. Sepertinya tersangkut," tukas Earlene sembari menunjuk ke belakang blus-nya.

Chyou mengepit sweeter di ketiak kiri, kemudian dia merunduk untuk membantu membuka ritsleting. Kala benda itu bisa bergeser ke bawah, Chyou tertegun menyaksikan kulit putih nan bersih perempuan yang tengah memegangi pinggangnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
jangan bilang si nona Aer ini hamil anak chyou wah
goodnovel comment avatar
Risty Hamzah
Kayaknya earlen hamil mangkanya muntah"
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
ya ampun mancing di air keruh ini mah namanya wkwkw hayo bakalan tergoda ini mah chyou
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • My Lovely Bodyguard    MLB 124 - Hello, Chyou Junior

    124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m

  • My Lovely Bodyguard    MLB 123 - Tukang Urut dan Ahli Nujum

    123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele

  • My Lovely Bodyguard    MLB 122 - Nekat

    122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C

  • My Lovely Bodyguard    MLB 121 - Master Key

    121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge

  • My Lovely Bodyguard    MLB 120 - Ksatria Majapahit

    120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har

  • My Lovely Bodyguard    MLB 119 - Psikopat

    119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status