Share

Pewaris Utama

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-02 12:08:39

03

Earlene mematikan laptop, kemudian mengurut pangkal hidungnya yang sedikit berdenyut. Perempuan berbaju krem merentangkan kedua tangan, lalu menggeliat hingga tulang-tulangnya berbunyi.

Earlene membulatkan mata. Dia baru menyadari jika saat itu sudah sore. Perempuan yang menjepit rambutnya dengan sirkam kecil, menimbang-nimbang sesaat, sebelum meraih ponsel dari meja dan mengetikkan pesan yang dikirimkan pada Chyou.

Sekian menit berlalu, suara Chyou terdengar dari luar kamar. Earlene berdiri dan jalan untuk membuka pintu. Dia memandangi pria bersweter hijau yang balas menatapnya saksama.

"Miguel mengajak kita makan di rumah makan. Tidak jauh dari sini," jelas Chyou.

"Ya, sebentar. Aku mau ke toilet dulu," balas Earlene sembari berbalik untuk memasuki bilik mandi.

Belasan menit terlewati, Earlene dan ketiga pria berbeda tampilan telah berada di sebuah tempat makan. Mereka sengaja memilih area depan lantai dua, agar bisa mengamati sekitar.

"Jianzhen nanti malam menyusul kita ke hotel," terang Chyou seusai membaca pesan dari sepupunya.

"Sama siapa dia nanti?" tanya Miguel.

"Yuze dan To Mu," cakap Chyou.

"Kapan mereka datang?"

"Jam tiga tadi." Chyou meletakkan ponselnya ke meja. "Kemungkinan Jianzhen akan diajak pulang ke Taiwan," lanjutnya.

"Ya, lebih baik begitu. Dia juga belum bisa bekerja kembali."

"Aku harus mencari penggantinya."

"Aku saja," sela Steve.

Chyou mengangkat alisnya. "Aku tidak yakin."

"Jangan begitu. Aku pintar dan gesit."

"Masalahnya, Tuan Graham menerapkan standar tinggi untuk orang yang melamar menjadi pengawal keluarga Yang-Zhang."

"Jangan sebut tinggi badan. Aku tersinggung."

Miguel terkekeh, sementara Chyou melengos. Earlene turut tersenyum mendengar percakapan kedua pria yang sama-sama berambut cepak.

"Kupikir, To Mu atau Yuze bisa menggantikan posisi Jianzhen. Untuk sementara, maksudku," tutur Miguel, setelah tawanya lenyap.

Chyou manggut-manggut. "Ya, nanti kuomongin ke mereka. Karena memang tidak bisa kalau aku bertugas sendirian." Dia memandangi sang nona, lalu bertanya, "Boleh, kan, Nona?"

"Ya, boleh. Nanti kubicarakan pada Papa," sahut Earlene.

Kedatangan pegawai rumah makan memutus pembicaraan. Keempat orang tersebut segera bersantap. Mereka tidak bisa berlama-lama berada di luar, karena mungkin saja pengintai masih berkeliaran.

Sementara itu di tempat berbeda, Graham Yang tengah berdebat dengan ipar dan adiknya. Laporan dari menantu keponakan tentang tingkah Earlene di Shanghai, sama sekali tidak dipercayai Graham.

Selain Graham, Diana, istrinya dan kedua putra mereka, yakni Carver dan Darren, juga tidak memercayai laporan dari Grandel, menantu pertama Dixon Zhang dan Sophie Yang.

Robert Yang, Ayah Graham dan Sophie, mengamati putra pertamanya yang masih berdebat dengan Dixon. Robert sebetulnya juga tidak meyakini 100% penuturan Grandel. Terutama karena lelaki tua berjanggut tersebut cukup memahami karakter cucunya, Earlene.

"Bisakah kalian berhenti berdebat? Kepala Ibu pusing," tutur Martha, istri Robert sembari memegangi dahinya.

"Aku tidak terima jika anakku difitnah!" tegas Graham sembari menatap Dixon dengan tajam.

"Kami tidak memfitnah. Kakak tertua bisa menanyai Earlene bila dia pulang nanti," jawab Dixon.

"Ya, memang lebih baik begitu," sela Robert. "Kita harus mendengarkan penjelasan Earlene. Ayah harus bertindak adil," lanjutnya.

"Sudah banyak bukti foto bila Earlene kerap berpesta dan mabuk-mabukan di club," timpal Sophie.

"Begitu?" Diana memandangi Adik iparnya yang sejak dulu menjadi musuhnya. "Apakah anak-anakmu tidak pernah membuat masalah? Lalu, bagaimana dengan kehamilan Yvete? Itu, kan, alasan pernikahannya dengan Grandel dilaksanakan terburu-buru?" tanyanya.

"Atau, yang ini. Veronica tertangkap dalam pesta obat-obatan terlarang. Apa itu yang disebut anak baik-baik?" desak Diana. "Atau, Halton yang harus mendekam di sel karena menabrak orang hingga mati? Itu pun karena dia tengah mabuk, bukan?" ledeknya seraya tersenyum miring.

"Anakmu jelas lebih asusila dari anakku!" desis Sophie.

"Hanya orang buta yang akan setuju dengan ucapanmu."

Sophie melengos. "Terserah kamu. Begitulah kalau mendapatkan pasangan beda level. Pemikirannya tidak sama."

"Oh, jelas. Aku berpendidikan tinggi dan seorang desain interior andal. Memang tidak bisa disandingkan dengan orang manja, yang hanya tahu menghabiskan uang, tanpa pernah bekerja sedikit pun."

"Aku punya usaha sendiri."

"Ya, tapi selalu bangkrut. Begitu pula dengan usaha suami dan anak-anakmu."

"Tutup mulutmu!"

"Istriku benar!" sentak Graham yang mengejutkan sang adik, karena dia jarang sekali mengeluarkan nada tinggi. "Aku dan Seth sibuk memberikan modal usaha, tapi sampai sekarang tidak pernah kembali!" serunya sembari maju dua langkah.

"Kalian yang selalu membuat masalah, dan aku, Ayah dan yang lainnya terpaksa membantu," tambah Graham sambil memelototi Adik dan iparnya. "Jika Earlene memang seperti itu, aku akan tetap membelanya. Karena dia telah membantuku menstabilkan keuangan keluarga. Sedangkan kalian hanya tahu menggerogoti dan menghabiskan harta!" geramnya.

***

Langit malam seolah-olah tidak terlihat gelap. Butiran salju yang lebih banyak dari tadi sore, menjadikan langit tampak tengah mengucurkan sinar putih.

Earlene memandangi sekeliling melalui jendela kamar hotel. Perempuan berhidung bangir menekuk kedua kaki ke atas, lalu menempelkan dagu ke lututnya.

Perempuan bersweter merah, merunut peristiwa sejak beberapa tahun silam. Semenjak dirinya dinyatakan sebagai pewaris utama kekayaan keluarga Yang, Earlene menjadi sasaran Sophie dan Dixon yang marah, karena sebelumnya posisi itu diberikan pada Yvete, putri pertama mereka.

Kendatipun berasal dari putra sulung, tetapi sebetulnya Earlene adalah cucu kedua dan Yvete yang pertama. Usia mereka hanya terpaut beberapa bulan, tetapi sejak dulu keduanya memang tidak akrab.

Bukan tanpa alasan Robert dan Martha mengalihkan posisi Yvete pada Earlene. Hal itu disebabkan oleh kehamilan Yvete sebelum pernikahannya dengan Grandel digelar dua tahun silam.

Hidup di zaman modern tidak mengubah keyakinan Robert dan Martha untuk tetap menjunjung tinggi adat istiadat. Keduanya tidak mentolerir gaya hidup bebas yang dianut banyak orang-orang muda.

Lamunan Earlene terputus kala mendengar ketukan di pintu kamar yang disertai panggilan Chyou. Dia berdiri, lalu melangkah untuk membukakan pintu buat sang pengawal.

"Selamat malam, Nona," sapa Jianzhen yang ternyata telah kembali.

Earlene mengangguk. Dia mengamati keempat pria di depan pintu. "Masuklah," bebernya sembari berbalik dan jalan mendahului ke kursi panjang. "Silakan duduk," lanjutnya.

"Mohon maaf mengganggu waktu istirahat Nona," cakap Jianzhen.

"Tidak apa-apa," sahut Earlene. "Bagaimana kondisimu?" tanyanya.

"Sudah membaik, Nona." Jianzhen mengamati perempuan berparas ayu yang balas memandanginya saksama. "Saya minta izin untuk pulang bersama To Mu. Yuze yang akan menggantikan saya sebagai pengawal Nona," jelasnya.

"Ya, aku izinkan. Tapi, hanya sementara. Setelah kamu benar-benar pulih, harus segera kembali bertugas."

"Baik, Nona."

Earlene mengalihkan pandangan pada Chyou, kemudian berkata, "Aku ingin pulang tiga hari lagi."

"Ya," balas Chyou.

"Jessica telah memesankan tiket buat kita."

Chyou mengangguk. "Saya akan mengatur pengawalan, sampai kita tiba di sana."

"Maksudnya?"

"Miguel, Steve, dan dua teman saya akan ikut kita. Tentu saja bersama Yuze. Mengenai biayanya, akan saya tanggung."

"Tidak perlu. Aku bisa menanganinya."

"Tapi, Nona. Mereka memang ingin berlibur di sana."

"Tidak apa-apa." Earlene berpikir sejenak, kemudian melanjutkan perkataan. "Kupikir, mungkin sebaiknya mereka tetap jadi pengawalku. Untuk sementara waktu. Sampai aku benar-benar yakin tidak akan diserang lagi."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
jadi orang kaya tidak menjamin kebahagiaan yah ,kaya earlane ini jadi pewaris utama jadi sasaran kejahatan utama pula
goodnovel comment avatar
Siska Kurniawati
ngga ngerti lagi dah... ... rasanya pengen tak getok sama tongkat baseball.. ...
goodnovel comment avatar
Siska Kurniawati
heh, nyatanya anak Shopie lebih gila dah... nuduh yang kagak-kagak ke keluarga Graham. ish ... kesel! aduh... aku terpincut sama Miguel ya? aduh gawat... ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • My Lovely Bodyguard    MLB 124 - Hello, Chyou Junior

    124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m

  • My Lovely Bodyguard    MLB 123 - Tukang Urut dan Ahli Nujum

    123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele

  • My Lovely Bodyguard    MLB 122 - Nekat

    122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C

  • My Lovely Bodyguard    MLB 121 - Master Key

    121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge

  • My Lovely Bodyguard    MLB 120 - Ksatria Majapahit

    120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har

  • My Lovely Bodyguard    MLB 119 - Psikopat

    119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma

  • My Lovely Bodyguard    MLB 118 - Semoga Mengerut Selamanya

    118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem

  • My Lovely Bodyguard    MLB 117 - Tukang Domba

    117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada

  • My Lovely Bodyguard    MLB 116 - Melampaui Ikatan Darah

    116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status