"Jika benar ini adalah darah rakyatku, populasi manusia serigala akan menurun. Apa yang harus kulakukan sekarang? Mengapa ini begitu cepat terjadi?" batin Selena.
Dalam kesendiriannya, ia sempat tertidur lama karena begitu kelelahan. Sampai ia tak menyadari James sudah pulang dari berburu untuk makanan mereka. Selena begitu terkejut saat James mengusap rambutnya lembut, berusaha membangunkannya."Kau sudah pulang, Sayang?" Selena menggeliat di tengah perihnya luka itu."Bagaimana? Kamu lebih baik sekarang?" balas James dengan tatapan prihatin yang tak terlepas dari luka-luka Selena."Aku melihat—""Kamu pasti berpikir itu darah rakyatku, bukan?" potong James.Selena mengangguk perlahan. "Katakanlah kalau aku salah."James membalas anggukan Ratu Serigala itu."Ya, kamu benar. Kita di ambang kepunahan, beritahu aku apa yang sekarang kamu pikirkan sebagai solusi," jawab James sendu.Selena tersenyum tipis, matanya terlihat lelah."Aku tidak bisa membiarkan North Land tanpa manusia serigala. Sebagai ratu, ini adalah rasa bersalah terbesarku, James. Entah siapa yang memulai. Peperangan terus terjadi. Bisa dipastikan, dalam waktu dekat populasi manusia serigala akan musnah," katanya dengan mata membara."Apakah kamu berpikir kembali ke istana dan menjalankan tugas sebagai ratu? Aku sudah memikirkan hal itu sejak tadi, hanya itu cara satu satunya agar aku, kamu, dan para manusia serigala tetap bertahan. Setidaknya kita bisa memikirkan jalan keluar. Berdiskusilah dengan raja," jelas James menggebu-gebu.Selena meludah najis. Dia membenci ketika James menyebut Raja Serigala. Sosok werewolf egois yang tidak pernah memikirkan perasaannya."Aku sudah bersumpah tak akan kembali ke sana! Berhenti membahas itu!" perintahnya."Lalu apa yang akan kamu lakukan?"Selena memegang kedua bahu James menghadap padanya. Sebisa mungkin, ia menantang pupil indah James dengan tatapannya yang menggoda. Banyak hal yang terlintas dalam pikirannya tentang cara mempertahankan manusia serigala, tetapi ia merasa tidak berhak ikut campur. Hanya manusia biasa."Nikahi aku, James," kata Selena penuh harap. Ditatapnya mata James lekat, sangat dalam. Hingga pria itu meneguk ludah. Sungguhkah Selena menginginkan ini?"Apa?" James terbelalak, ia terkejut mendengar permintaan Selena itu."Maafkan aku, Sayang. Sepertinya permintaan ini tidak bisa aku penuhi. Kau tahu sendiri. Hubungan manusia biasa dengan werewolf itu sangat terlarang. Aku takut dihukum," ucap James memelas.Selena tersenyum kecut. "Kenapa kau takut? Bukankah yang menerima hukuman itu adalah aku?" tanya Selena dengan suara melemah.James menggeleng kuat, memegang erat kedua tangan kekasihnya."Mudah sekali kau mengatakan itu, Selena! Aku sangat mencintaimu! Bagaimana bisa kubiarkan engkau dihukum mati? Jangan bodoh!"Selena menitikkan air mata. Dia pun kalut, tidak tahu harus bagaimana lagi."Biar bagaimanapun, statusku masih sebagai Ratu Serigala. Aku tidak ingin North Land kiamat. Tidak bisakah kamu membantuku? Sekali ini saja. Hanya menikah dan membuat keturunan." Selena terus memohon.James membuang muka, berusaha membujuk Selena agar mencari jalan lain."Jangan seperti ini, Selena. Cobalah mengerti. Kau bisa menikah dengan manusia serigala sungguhan, jangan aku! Itu adalah jalan keluar satu-satunya," tegas James.Selena terbelalak lagi. Ia kecewa mendengar ucapan sang kekasih barusan. Begitu mudahnya menyuruh menikah dengan orang lain.Selena menangis pilu. "Kamu tidak mencintaiku? Mengapa seakan-akan kau ingin mengusirku pergi?" tanya Selena.James menelan ludah. Hatinya bergerumuh tak menentu. Di satu sisi ia memang ingin bersama wanita ini selamanya, tetapi di sisi lain ia ingin melupakan Selena saat ini juga. Bukan hanya keselamatannya yang terancam, tetapi Selena jauh lebih berbahaya. Hukumannya akan lebih kejam dari kesalahan kabur dari istana."Kenapa engkau tidak menjawabku, James?"James menghela napas pelan. "Aku memang mencintaimu, sangat mencintaimu, tetapi ....""Aku sangat mengkhawatirkanmu Selena," bisiknya, "tapi untuk menikahimu aku jelas tidak bisa. Bukan hanya raja yang aku khianati, tetapi para dewa juga akan marah besar," lanjutnya.Selena menangis dalam pelukan sang kekasih. Hatinya begitu hancur saat ini. Ia merasa tak becus menjadi seorang ratu. Tidak bisa mencari jalan keluar. Apa gunanya dia hidup sekarang?"Andai dulu kedua orang tuaku tidak egois. Aku ingin hidup menjadi rakyat biasa saja. Tidak ada tekanan dan tugas yang membingungkan. Aku ingin bebas sejak kecil. Bermain bersama teman-teman. Namun, ayahku memaksa, aku harus menjadi ratu berikutnya. Lihatlah? Raja yang dinobatkan memiliki perangai buruk! Aku tidak sanggup lagi," jelas Selena menceritakan masa lalunya."Semua adalah takdir, Sayang. Kau tidak bisa menentang kehendak para dewa.""Kau membela mereka, James? Aku sedang menderita di sini! Di mana hatimu?" bentak Selena marah."Tidak, bukan begitu maksudku, Sayang. Aku hanya mengatakan kebenaran. Kita hanya makhluk biasa, bukan Tuhan. Semua takdir berada di tangan-Nya," bujuk James berusaha membuat Selena mengerti. Selena yang sedikit kesal pun membelakangi pria itu.James tidak bisa diabaikan. Dia mendekat, mencium leher Selena. Membisikkan sesuatu."Kamu serius?" Ekspresi Selena mendadak berubah."Aku akan memikirkannya, Sayang, tolong beri aku waktu," pinta James.Selena kembali cemberut. "Sampai kapan aku menunggu keputusanmu itu? Jangan terlalu lama mengulur waktu, James. Lihatlah pertumpahan darah di luar sana!" tanya Selena."Entahlah, aku usahakan secepatnya," balas James mencium kening Selena mesra."Baiklah, aku memegang janjimu," ucap Selena riang."Tapi—""Aku siap mati bersamamu, James. Aku tak akan perduli Raja Serigala dan para dewa menghukumku, asal aku bisa mendapatkan keturunan darimu. Keturunan yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa ini," potong Selena."Kau sekarang tak lebih dari seorang manusia biasa. Kekuatanmu diambil oleh raja. Bagaimana kau sanggup menerima hukuman itu?" James memastikan."Menikahlah denganku." Lagi-lagi kata kata itu yang keluar dari mulut Selena."Oh, ayolah! Kurasa itu bukan solusinya!"James bingung harus apa. Ia takut Selena marah bila menolak permintaannya itu. Namun, di sisi lain, hukuman para dewa telah menunggu keduanya. Bagaimana sekarang?"Baiklah. Aku akan menikahimu," ucap James akhirnya."Kamu serius?" Selena berbinar. James mengangguk pelan dan ragu. Apakah keputusan ini benar?"Aku akan memanggil tetua bangsa serigala untuk menikahkan kita," kata James.Selena tersenyum."Aku menantikannya.""Meski ini akan jauh berbeda dengan pesta saat kamu dinikahi raja, ini hanya persemian sederhana yang tidak ada apa apanya," sambung James."Aku tidak apa apa, aku siap dan lebih bahagia bersamamu."***James meraih tangan wanita di hadapannya dengan tatapan fokus. Di ruangan ini hanya ada beberapa orang saksi."Aku memilih engkau, Selena menjadi istri dan ibu dari anak anakku kelak, dan berjanji akan setia menemanimu dalam susah maupun senang," ucap James mantap dalam satu tarikan napas.Selena tersenyum bahagia. "Aku juga menerima lamaranmu, James, dan menerima engkau sebagai suami dan ayah dari anak-anakku kelak. Dan berjanji akan menemanimu dalam susah maupun senang." Selena mengucapkan janji yang sama.***Anarhan memasuki toko beras Pak Samsul dengan senyum lebar di wajahnya. Pak Samsul dan Toni yang sedang berada di sana menyambutnya dengan gembira."Pagi, Pak Samsul! Pagi, Toni!" sapa Anarhan riang."Pagi, Anarhan! Kami khawatir, kemarin kamu tidak masuk kerja. Ke mana kamu pergi?" tanya Pak Samsul dengan nada khawatir.Anarhan menggaruk kepalanya, "Maaf, Pak Samsul. Saya pergi mengunjungi teman dan tidak sempat memberi tahu. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi."Pak Samsul mengangguk pengertiannya, "Baiklah, Anarhan. Jangan sampai terulang lagi ya. Yang penting kamu baik-baik saja."Toni tersenyum, "Iya, Anarhan. Kami khawatir padamu, jangan lagi membiarkan kami was-was."Anarhan tersenyum lega mendengar maaf dan pengertian dari Pak Samsul dan Toni."Terima kasih, Pak Samsul, Toni. Saya akan berusaha agar tidak membuat kalian khawatir lagi."Pak Samsul melihat jam dinding di tokonya, lalu mengangguk ke arah Anarhan dan Toni. "Baiklah, mulailah kerja seperti biasa. Mari layani p
Dalam ruang pertemuan di istana kerajaan Serigala, para dewa duduk di atas takhta mereka, wajah mereka dipenuhi kemarahan yang menyala-nyala. Mereka merasa terhina dan marah karena Anarhan, anak ratu Serigala yang dianggap istimewa, telah diculik dari istana tanpa sepengetahuan mereka.Dewa utama, yang duduk di tengah-tengah takhta tertinggi, menatap tajam para dewa lainnya."Dengarlah, saudara-saudara," ucapnya dengan suara yang menggema di seluruh ruangan. "Anak ratu Serigala telah diculik. Siapa yang berani melanggar ketentuan kita dan menculiknya dari istana kita?"Para dewa yang hadir saling bertukar pandang, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang menggelitik itu. Salah satu dewa, yang duduk di samping dewa utama, angkat bicara."Mungkin Lucas, manusia serigala yang berkhianat," ujarnya dengan suara yang gemetar karena ketakutan akan kemarahan para dewa.Dewa utama mengangguk, ekspresi wajahnya semakin mengeras. "Kita harus bertindak cepat. Kita tidak bisa membiarkan pelangga
Dalam kegelapan malam yang menyelimuti hutan, Lucas merenungkan rencananya dengan hati yang berdebar-debar. Pikiran untuk menukar nyawa Anarhan dengan jantung Ratu Selena terus menghantui pikirannya, menciptakan dilema yang membelah hatinya. Meskipun ide itu bisa menjadi jalan keluar dari situasi sulitnya, Lucas merasa ragu dan takut akan reaksi Anarhan jika ia mengetahui rencananya."Anarhan ... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku ingin menyelamatkanmu, tapi aku juga takut akan reaksimu jika kamu mengetahui rencanaku."Dia merenung sejenak, berusaha mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. Akhirnya, ia memutuskan untuk menepis ide tersebut untuk sementara waktu. "Mungkin aku harus berbicara dulu dengan Anarhan. Mungkin ada cara lain untuk menyelamatkannya tanpa harus melakukan hal yang ekstrim seperti itu."Dengan tekad yang baru, Lucas memutuskan untuk menjalankan rencananya yang lebih bijaksana--menyelinap masuk ke dalam istana untuk membawa Anarhan pergi.
Sudah satu minggu berlalu sejak Anarhan dan Lucas resmi menjadi sepasang kekasih. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan penuh kebahagiaan, menikmati setiap momen yang mereka bagikan bersama. Namun, kebahagiaan mereka terkadang terganggu oleh keresahan Anarhan akan masa depan mereka."Lucas, aku merasa cemas tentang masa depan kita. Aku sudah mencoba mencari pekerjaan di toko beras Pak Samsul, tapi katanya tidak ada lowongan," kata Anarhan. "Jangan khawatir, Anarhan. Kita pasti bisa menemukan jalan keluar bersama-sama. Aku bisa berburu di hutan untuk mencukupi kebutuhan kita," balas Lucas."Tapi aku tidak ingin bergantung padamu terus, Lucas. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk kita berdua," ucap Anarhan sembari tertunduk."Aku mengerti perasaanmu, Anarhan. Tapi yang terpenting adalah kita bersama-sama, bukan seberapa banyak uang yang kita punya. Kita akan menghadapi masalah ini bersama-sama, seperti yang selalu kita lakukan," tutur Lucas dengan tenang.Anarhan tersenyum, meras
Pada hari libur dari pekerjaannya di toko beras, Anarhan merasa terdorong untuk mengunjungi gubuk tempat tinggal Lucas. Dengan langkah mantap, dia memegang sebungkus nasi Padang yang baru saja dibelinya dari warung terdekat, berharap bisa berbagi santapan bersama Lucas.Anarhan tiba di gubuk Lucas dengan hati yang penuh antusiasme, mengetuk pintu dengan lembut. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, dan Lucas muncul dengan senyuman hangat di wajahnya."Halo, Anarhan! Apa yang membawamu ke sini?" tanya Lucas dengan senyum sumringah. "Halo, Lucas! Aku hanya ingin berkunjung dan membawakanmu makanan. Aku membelikanmu nasi Padang, harap kamu suka," tanggap Anarhan dengan ramah dan memberikan nasi itu pada Lucas.Lucas terkejut dengan kebaikan Anarhan, tetapi senang dengan kedatangannya."Wow, terima kasih banyak, Anarhan! Aku benar-benar terkejut dengan perhatianmu. Mari masuk, ayo makan bersama," kata Lucas mempersilakan Anarhan masuk. Anarhan dan Lucas pun makan bersama, sesekali samb
Setelah keluar dari gubuknya di pagi hari yang cerah, Lucas merasa lapar yang menggelayut di perutnya. Dengan langkah mantap, dia memutuskan untuk mencari makanan di sekitar hutan. Meskipun terpisah dari dunia serigala, naluri pemburu yang masih melekat dalam dirinya tidak pernah pudar.Dengan kepiawaian dan ketelitian, Lucas menyusuri hutan, mencari jejak makanan. Dia mendekati tepi sungai yang mengalir tenang, di mana dia melihat gerakan air yang memancingnya untuk memburu ikan. Dengan kelincahan yang dimilikinya, Lucas berhasil menangkap beberapa ekor ikan dengan tangannya yang terampil.Selanjutnya, dia bergerak ke hutan yang lebih dalam, di mana dia melihat gerakan cepat seekor kelinci yang bersembunyi di semak-semak. Dengan kecepatan kilat, Lucas mengejar dan menangkap kelinci tersebut, menambah hasil buruannya.Namun, dia tidak hanya mengandalkan daging sebagai sumber makanannya. Lucas juga memanen beberapa buah pisang yang sudah matang dari pohon-p