Mata Emma seperti puppy eyes yang memelas meminta tuannya untuk mengasihaninya. "Xander.""Well, Miss Emma Walles." Alexander mendekati Emma."Kau tahu siapa aku?" tanya Alexander sambil membuka kedua kakinya Emma."Alexander Druva 32 tahun. Seorang dokter spesialis bedah dari rumah sakit Druva. Laki-laki tertampan yang pernah aku temui. Laki-laki gagah bertubuh kekar dan mempunyai kejantanan yang extra besar.""Hahaha," Alexander tertawa keras. Tadinya ia ingin mengabaikan Emma tapi setelah mendengar pujian Emma yang sedikit vulgar, Alexander memutuskan untuk bermain-main sebentar dengan wanita yang mempunyai sifat seperti seorang wanita nakal itu."Ayo Xander, aku sudah tidak tahan." panggil Emma manja. Ia menarik tengkuk Alexander lalu mencium bibirnya dengan mesra. Seperti orang yang kehausan, Emma menyesap bibirnya Alexander dalam waktu yang cukup lama."Kau tahu identitas asliku, Emma?"Emma menghapus saliva yang belepotan di bibirnya menggunakan punggung tangannya lalu tersenyu
Mendengar teriakan pertanyaan dari Anya tidak menghentikan kegiatan Alexander. Ia tetap dalam posisinya, memeluk tubuh polos Emma sambil memompa kewanitaannya. Menikmati gelenyar nikmat dari budak cintanya yang seorang manusia biasa."Xander," Emma sengaja memanggil nama Alexander dengan manja. Ia tahu jika Anya sedang marah. Emma merasa menang karena laki-laki pujaannya tidak mempedulikan Anya dan tetap memberinya kenikmatan. Emma menciumi leher Alexander sehingga membuat Anya semakin marah."Xander!" teriak Anya untuk sekian kalinya.Alexander melirik sekilas lalu tetap melanjutkan mennggempur kewanitaannya Emma. Gadis perawan setelah Anya yang dengan sukarela memintanya untuk merenggutnya."Xander, hentikan! Kau lupa akan janjimu?"Alexander berhenti lalu menoleh kepada Anya."Xander," kini giliran Emma yang merajuk karena Alexander melepaskan kejantanannya."Janji yang mana?" Xander menaikkan dagunya."Kau berjanji akan mengusirnya dari rumah sakit ini!" teriak Anya sambil menunjuk
'Itu berarti Lexa dalam keadaan yang berbahaya jika suatu saat ada musuh yang menyerangnya?'Jose mendadak kehilangan selera makan setelah mendengar percakapan Victor dan pengikutnya. Perutnya yang lapar terasa kenyang. Ia termenung memikirkan keselamatan Lexa di masa yang akan datang.'Apa yang harus aku lakukan? Ya Tuhan, aku sungguh tidak berguna. Suami yang tidak bisa melindungi istrinya.'"Tuan." "Tuan," Bastian menepuk bahu Jose setelah memanggilnya beberapa kali namun tidak ada respon."Ada apa?" Josei terkesiap melihat Bastian sudah berada di depannya. "Apa yang sedang Tuan lakukan di sini? Kenapa melamun? Bagaimana keadaan Nyonya Muda?" Bastian selalu sama, cerewet bertanya tentang keselamatan Jose dan Lexa.Namun Jose diam dan tidak membalas serentet pertanyaan dari Bastian. "Tuan, apa yang sudah terjadi? Kenapa Tuan diam saja?""Tian," Jose menghela napasnya."Ada apa, Tuan? Ceritakanlah pada saya." tanya Bastian khawatir."Apa yang harus aku lakukan?" Jose menutup mukany
"Aku tidak selemah itu, Jo." Lexa menelusupkan tangannya ke dalam celana piyamanya Jose lalu membelai kejantanannya."Alex, kau ….""Jo," Lexa mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Jose."Alex sayang," napas Jose semakin memburu. Rasa-rasanya ia tidak kuat lagi menahan hasratnya untuk bercinta dengan Lexa."Biarkan aku membantumu." Lexa tidak tega melihat Jose yang tidak nyaman."Tapi …." Jose mulai gelisah, bingung di antara dua pilihan. Membiarkan Lexa memuaskannya dengan tangannya atau menolak tawaran Lexa karena khawatir Jose tidak cukup puas jika hanya melakukan oral sèks."Alex," Jose memejamkan matanya saat Jose merasakan kulit halus tangan Lexa bermain-main dengan kejantanannya.***Setelah kecewa dengan perlakuan Alexander padanya, Anya kembali ke kamarnya dengan hati yang hancur dan tubuh yang lelah. Bukan ini yang dimau Anya, penghinaan dan pembulian dari Alexander. Anya sangat terluka hatinya tapi tidak mampu untuk membenci Alexander. Bahkan keinginan untuk memilikinya
Beberapa jam sebelum Lexa dibawa pergi oleh JoseAnya bergegas ingin menemui Alexander di kamarnya setelah pulih tenaganya. Ia ingin melihat wajah tampan Alexander sebagai penyemangatnya."Xander, aku datang. Aku membawakanmu sarapan." Anya berdandan semenarik mungkin, dengan kulitnya yang kembali mulus tanpa bekas luka. Anya merasa sangat percaya diri. Sebelum membuka pintu, Anya melihat penampilannya di depan pintu kaca yang berada di di dekat kamarnya Alexander."Perfek," Anya melihat bayangan wajahnya lalu berputar untuk melihat bentuk tubuhnya. Kali ini Anya memakai gaun super tipis yang sangat seksi seperti gaun yang dikenakan Emma. Anya berpikir jika Alexander tergoda oleh rayuan Emma juga gara-gara penampilan Emma yang vulgar. Gaun tipis yang ketat sehingga menonjolkan bentuk tubuhnya dan potongan busana yang memperlihatkan belahan payudara implannya."Aku lebih menarik dari dia, semua miliknya adalah palsu." gumam Anya lalu membuka pintu kamarnya Alexander."Xander," Mata Anya
"Xander.""Anya, katakan padaku." Alexander mulai meremas dada Anya."Xander, a-aku …." Anya berusaha tidak membocorkan rahasia penting tentang dirinya."Kau ingin aku membuatmu mendesah sepanjang hari ini, Anya?" Alexander menarik g stringnya Anya hingga turun sebatas lututnya."Kau iri dengan Emma, ingin berada di meja kerjaku, polos tanpa sehelai benang pun dan aku akan memuaskanmu seperti aku memuaskan Emma?" Alexander meraba pantat Anya dan berusaha memancing hasrat Anya."Xander," Anya tidak kuat lagi ketika Alexander mendekap tubuh Anya dari belakang sehingga kejantanannya Alexander yang mengeras tepat di atas pinggulnya Anya. Hanya terhalang gaun satin tipis."Kau tidak ingin merasakannya memasukimu?" Alexander semakin menggerakkan kejantanannya.Tubuh Anya bergetar menahan nafsu."A-aku akan mengatakannya padamu," Anya menyerah, ia sudah tidak kuat lagi. Godaan dari Alexander mampu meruntuhkan pertahanannya. Kewanitaannya Anya telah basah dan tidak sabar untuk menerima kejanta
"Sialan, mereka sudah beraksi duluan." umpat Victor yang berada di dalam mobil dan berusaha membuka pintu mobil bersama anak buahnya. Ia dan anak buahnya berusaha untuk mendobrak pintu mobil.***"Gawat, Tuan. Dugaan saya benar, kita dijebak. Orang-orang itu sengaja membuat Anda salah paham kepada tuan Victor agar Tuan membawa Nyonya Muda keluar dari rumah sakit. Mereka akan lebih mudah menangkap Nyonya Muda tanpa perlindungan Tuan Victor dan pengikutnya." ucap Bastian yang sedang berusaha mengendalikan stir mobilnya agar mobil bisa berjalan seimbang di atas jalan yang bersalju.Jose yang merasa bersalah hanya diam dan sedang memikirkan cara menyelamatkan diri dari kejaran musuh. 'Bagaimana ini, Bagaimana cara menyelamatkan Alex.' Jose menatap wajah damai Lexa yang terlelap dalam pelukannya."Alex," panggil Jose lirih."Bodohnya aku," sesal Jose yang begitu mudah masuk dalam perangkap musuh. "Pantas saja kau sering memanggilku dengan sebutan nama suami bodoh." gumam Jose lagi."Tuan, b
"Xander," panggil Emma dengan terengah."Ada apa Emma? Kau lelah?" tanya Alexander yang masih sibuk memompa kewanitaannya Emma.Emma mengangguk lemah."Tidak berguna," umpat Alexander. "Kita akhiri saja, percuma aku bercinta denganmu jika kau lemah tidak berdaya. Aku tidak bernafsu dengan wanita yang pasrah dan tidak bisa mengimbangiku." Alexander bangun dari tubuhnya Emma."Xander, jangan pergi." Emma memeluk tubuh polos Alexander dari belakang. Tubuh mereka yang dipenuhi keringat terlihat berkilau dan saling menempel."Maafkan aku, Xander. Aku sungguh tidak berguna. Tidak bisa menyenangkanmu," Emma memang sangat kelelahan setelah tiada henti melakukan hubungan badan dengan Alexander sejak kemarin tanpa henti. Mereka akan berhenti hanya jika lapar dan buang hajat.Bercinta, mandi, makan, istirahat sebentar lalu bercinta lagi. Alexander seakan tidak pernah puas untuk bercinta. Dan Emma sangat senang karena fantasi bercintanya terkabul. Namun Emma tidak bertenaga lagi, Emma sudah tidak