Share

Bab 11

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2021-03-21 05:07:25

Apa pun yang kau inginkan, butuh perjuangan dan kesungguhan untuk mewujudkannya.

***

Pandangan Xander terpaku pada sosok Qeiza yang sedang berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Sudah dua hari Xander mengamati wajah Qeiza dengan sangat teliti dari kejauhan.

“Aku yakin sekali gadis itu adalah Nona Qeiza,” gumam Xander berulang kali pada diri sendiri.

Xander membuka data diri Qeiza yang berhasil dihimpunnya. Data terakhir menginformasikan bahwa mantan istri bosnya itu telah menamatkan program pascasarjana-nya beberapa bulan yang lalu dari salah satu universitas ternama di kota ini.

Jadi, tidak mengherankan bila dia bisa memperoleh pekerjaan dengan sangat mudah di sini. Masalahnya, gadis yang diyakininya sebagai Qeiza itu justru bernama Kim Ae Ri.

Xander tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Apakah hanya sebuah kebetulan mereka memiliki kesamaan wajah? Atau memang Qeiza yang telah mengubah identitasnya secara rahasia?

“Aaargh!” Xander menggeram bingung.

Bagaimana mungkin dia memberitahu Ansel kalau dia sendiri belum bisa mengumpulkan bukti valid tentang dugaannya itu?

“Jadi, kerjaanmu seharian ini hanya melamun?” sentak Ansel, membanting bundelan map di atas meja Xander.

“Aish! Bikin kaget saja!” gerutu Xander.

CTAK!

Buku jari tengah Ansel refleks mendarat di kepala Xander.

“Jaga pandangan matamu!” ujar Ansel.

Sudah cukup lama dia mengikuti arah tatapan Xander. Mengetahui asistennya itu tengah tenggelam dalam pesona Qeiza, darahnya jadi mendidih hingga ke ubun-ubun.

“Dia milikku!”

“Hah!”

“Kenapa? Ada yang salah?”

Xander bengong. Ansel begitu tergesa-gesa menyetujui perceraiannya dengan Qeiza. Kenapa sekarang lelaki itu malah mengklaim wanita itu sebagai miliknya? Ada yang korslet dengan isi kepala Ansel.

“Kau sudah menalak istrimu, Man!” ujar Xander, mengingatkan Ansel.

“Terus kenapa?” tanya Ansel. “Justru itu sebuah kebetulan yang menguntungkan, bukan?”

Raut muka Ansel berbinar cerah dan dia berkata dengan penuh percaya diri, seakan ia telah mengambil keputusan yang sangat tepat dengan menyetujui gugatan cerai dari Qeiza.

'Tunggu sampai aku menemukan bukti bahwa Kim Ae Ri adalah Qeiza,' cetus Xander. 'Aku mau lihat apa kau masih berpikir bahwa perceraianmu adalah sebuah keberuntungan atau malah sebaliknya.'

Sayangnya, semua perkataan itu hanya bergema di dalam hatinya. Dia tidak punya cukup keberanian untuk melontarkan rangkaian kalimat itu secara langsung kepada Ansel.

“Suatu hari kau akan menyesalinya,” ujar Xander.

No, no, no. No way!”

Ansel menyangkal dengan nada suara yang sangat yakin disertai jari telunjuk yang bergerak tegas.

Ia berpaling pada Qeiza yang sedang berkutat dengan desainnya. Senyumannya langsung merekah begitu melihat ekspresi lucu yang ditampilkan Qeiza saat tengah fokus dengan pekerjaannya.

“Aku telah menemukan tambatan hatiku, Xander,” gumam Ansel. “Dialah wanita yang kuinginkan.”

Ansel berkata dengan suara serak dan sarat dengan rasa damba. Manik matanya pun berpijar terang, seakan penuh dengan kerlip bintang.

“Dia sangat cantik … dan unik. Iya, kan?”

Xander hanya geleng-geleng kepala mendengar pujian yang dilontarkan Ansel untuk Qeiza.

“Dia tidak lebih cantik dari istri yang telah kau ceraikan!” sahutnya.

Ansel langsung berpaling kepada Xander dengan tatapan garang. Ia membungkuk. Tubuhnya yang jangkung mampu melangkahi meja kerja asisten pribadinya itu.

Ansel mencengkeram tulang geraham Xander dengan kuat. “Sekali lagi kau mengingatkanku pada wanita benalu itu, aku tidak akan segan-segan memulangkanmu ke tanah air,” ancamnya.

Ya. Bagi Ansel, sosok Qeiza tak ubahnya seperti benalu yang akan membunuh inangnya secara perlahan. Sialnya, ayahnya telah menempelkan benalu itu kepadanya hanya dengan alasan konyol bahwa ibunya menginginkan menantu berdarah Indonesia, sama seperti dirinya.

Untungnya, benalu itu justru memilih memisahkan diri darinya dengan mengajukan gugatan cerai tiga bulan setelah ayahnya meninggal dunia. Ibunya? Tentu saja Ansel harus merahasiakan semua itu dari ibunya yang masih berduka.

“Terserah kau saja!” tukas Xander. “Jangan bilang aku tidak pernah memperingatkanmu!”

Xander meraih map yang diempaskan Ansel tadi, lalu menyibukkan diri dengan dokumen itu. Masa bodoh dengan wajah tegang Ansel saat lelaki itu kembali ke ruang kerjanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yenny Sidharta
suka sama cerita,tp ada bbrp bahasa yang tidak saya mengerti....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status