Bianca pulang sore ini setelah izin untuk datang terlambat di tempat kerjanya. Selain menjadi asisten dosen, dia juga bekerja paruh waktu di sebuah toko kue.
Untung saja pemilik toko kue itu sangat pengertian pada kondisi bianca. Seorang wanita tua yang kelewat ramah dan sangat memperlakukan bianca sangat baik. Dia seperti merasa memiliki seorang nenek lagi.
Gadis dengan gaya pakaian sederhana itu memang terlihat biasa bagi gadis - gadis lain. Tapi tidak dengan para pria yang sangat tertarik dengan bianca. Walaupun pakaian yang dia pakai sangat sederhana, tapi kadar kecantikan gadis itu tidak berkurang sedikit pun. Terlebih bianca juga merupakan mahasiswa pintar di kampus mereka. Kurang apa lagi ?
Jika menilai dia adalah gadis dari kalangan menengah ke bawah, bukankah itu terlihat sangat tidak adil ?
Tidak semua orang terlahir beruntung, mungkin salah satu dari mereka ada bianca disana. Tapi melihat perjuangannya untuk terus bertahan dan memperbaiki hidupnya, kita seharusnya kagum padanya.
Tapi itu tidak berlaku pada tyaga yang kini sedang memperhatikan bianca dari dalam mobilnya. Pria itu sengaja kembali ke kampus setelah meninggalkan kedua sahabatnya bersama kunci mobil mereka yang menjadi nilai taruhan.
Bagaimana pun caranya, tyaga harus mendapatkan gadis yang sedang duduk di halte kampus itu. Selain untuk mempertahankan villa miliknya, ini juga menyangkut harga dirinya.
Masa seorang tyaga tidak bisa menaklukkan seorang gadis miskin seperti itu.
Pandangan tyaga penuh dengan tatapan menghina melihat bianca yang memakai kaos putih dipadukan kemeja kotak - kotak yang sepertinya tidak bermerek dengan harga murah, rambut lurus hitam yang tergerai, sepatu kets pasaran, dan juga setumpuk buku beserta map di tangannya. Jangan lupakan tote bag besar dan juga terlihat murah yang menggantung di bahunya.
“Cih!!! Apa tidak ada gadis lain untuk dijadikan taruhan. Sialan emang sahabat gue!!” maki tyaga.
“Bianca gue jauh lebih cantik daripada bianca yang disana, gimana bisa gue harus jadiin gadis kayak gitu buat jadi kekasih gue!!” tyaga semakin memaki kedua sahabatnya saat melihat bianca sedang berdiri sambil melambaikan tangannya untuk menghentikan angkutan umum.
Walaupun tyaga terus menerus mengucapkan sumpah serapahnya untuk kedua sahabatnya, dia tetap saja mengikuti kemana arah angkutan umum yang ditumpangi bianca pergi. Setidaknya dia harus tahu celah untuk bisa mendekati gadis itu.
Tyaga semakin uring - uringan karena mengikuti angkutan umum sama dengan harus sabar. Mereka akan sering berhenti untuk menurunkan atau mencari penumpang lain. Selain itu, dia juga harus pintar menjaga jarak dengan angkutan umum itu agar aksinya tidak mencurigakan.
Susah payah tadi dia pergi dari kampus lalu kembali lagi hanya untuk menyelamatkan harga dirinya yang selangit. Dan juga untuk mengelabui kedua sahabatnya tentang rencananya yang sangat konyol dan sangat membuang - buang waktunya.
Sepanjang perjalanan tyaga terus saja mengomel sampai - sampai dia tidak memperhatikan daerah yang sedang dituju oleh bianca.
Saat angkutan umum itu berhenti di halte di daerah tengah kota, bianca turun disana. Dia terlihat sedikit berantakan dengan anak rambut yang berterbangan menutupi wajah cantiknya.
Dengan bawaan yang sebanyak itu dan gerakan waspada bianca untuk melindungi tasnya membuat tyaga menatapnya dengan tatapan mengejek. Karena baru saja dia hampir terserempet angkutan umum yang dia tumpangi itu karena terburu - buru jalan saat bianca belum sepenuhnya keluar dari pintu.
“Dasar ceroboh!! Bisa - bisanya dia lebih memilih melindungi tas murah itu daripada dirinya. CIH!!” ejek tyaga saat melihat kejadian itu.
Setelah duduk sebentar di halte karena rasa terkejutnya, bianca mulai berjalan kaki ke salah satu deretan ruko mewah yang merupakan tempat kerjanya. Dan hal itu juga tak luput dari pandangan tyaga. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang lebih lambat daripada kecepatan jalan bianca yang tentu saja dengan menyalakan lampu hazard agar tidak mendapatkan hadiah bunyi klakson dari pengendara lain.
Bianca terus berjalan sampai ke arah jembatan penyeberangan. Tyaga ikut menghentikan mobilnya di dekat pintu jembatan penyeberangan itu dan menanti bianca keluar di pintu jembatan di seberang sana.
Tak sampai 5 menit kemudian bianca sudah keluar, tyaga terus mengikuti kemana arah bianca berjalan yang ternyata memasuki daerah ruko tak jauh disana.
Lalu pandangan mata tyaga terhenti saat melihat bianca masuk ke dalam toko kue yang sangat dia kenali.
Dengan secepat kilat tyaga memutar balik mobilnya untuk menyusul gadis yang membuatnya harus melakukan hal konyol ini.
Saat dia sampai disana, tyaga langsung memarkirkan mobilnya tepat di depan toko kue itu. Lalu dia bergegas turun dan masuk.
Saat memasuki toko, semua pegawai di sana menyapa dengan sopan dan sangat ramah. Bahkan beberapa diantaranya dengan sengaja menghampiri tyaga langsung.
“Eh, ada mas tyaga. Mau cari oma ya ?” kata salah satu pegawai di sana dengan nada sok ramahnya.
“Oma dimana ?” tanya tyaga sambil terus memperhatikan ke sekeliling toko untuk mencari keberadaan gadis incarannya.
‘Nggak mungkin gadis miskin itu beli kue disini. Tapi kemana perginya dia ?’ batinnya.
“Oma, ada kok mas di kantornya.” jawab pegawai itu kali ini dengan nada genitnya.
“Dia oma gue, bukan oma lu!! Jangan sok deket!! Minggir!!” kata tyaga dengan nada angkuh dan wajah tak bersahabatnya.
Mendengar kata - kata tak bersahabat di telinga seperti itu membuat wajah salah satu pegawai oma tyaga langsung membeku, ditambah dengan tawa terkekeh yang ditahan pegawai lainnya karena melihat temannya sedang mendapat penolakan dari cucu pemilik toko kue yang merupakan idola dan idaman pegawai disana.
Tyaga tanpa basa - basi langsung berjalan menuju ke arah kantor milik omanya.
Tok… tok…
“Masuk.” terdengar suara yang mempersilahkan tyaga masuk.
“Oma…” panggil tyaga dengan suara lembut bak sutra.
“Cucu oma dateng… tumben, ada apa sayang ?” tanya oma sambil membuka kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari cucu satu - satunya dan kesayangan semua orang di keluarga mereka.
Tanpa basa - basi tyaga langsung memeluk omanya. Dan jangan lupakan setelah itu dia juga mencium sayang wanita tua yang merupakan ibu dari mamanya dan merupakan salah satu wanita penting dalam hidup tyaga selain mamanya. Juga bianca. Tapi bianca di masa lalunya, bukan bianca yang menjadi taruhan tentunya.
“Nggak papa, mau mampir aja.” jawab tyaga yang kali ini sudah duduk di sofa bersama oma nya.
“Pulang kuliah, ya ?” tyaga mengangguk.
“Kamu pasti capek, mau coklat dingin sama kue ?” tanya oma dengan penuh perhatian dan kelembutan. Tyaga yang memang manja kepada omanya hanya menampilkan senyuman termanisnya.
“Dasar…. Masih manja aja kamu, udah segede ini.” kata oma gemas sambil mencubit pipi tyaga. Lihat saja interaksi antara nenek dan cucunya ini sangat menggemaskan, bukan ?
Setelah memesankan pesanan untuk cucunya, sang oma kembali duduk bersama cucunya yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
15 menit kemudian…
Tok…. tok…
“Masuk.”
“Permisi, oma. Ini kue sama coklat dinginnya. Mau ditaruh dimana ?” tanya seorang gadis yang merupakan salah satu pegawai disana.
“Taruh disini aja, bi.” kata oma dengan sangat ramah.
‘Bi ?’ batin tyaga saat oma nya menyebut panggilan yang mirip dengan seseorang yang membuatnya sampai di sini sekarang.
Tyaga yang tadinya memainkan ponselnya langsung melihat ke arah gadis itu. Dan matanya terbelalak kaget saat menemukan gadis yang sejak tadi dia ikuti ternyata bekerja di toko kue milik omanya.
Padahal tadi dia sempat lupa bahwa tujuannya kesini untuk mencari keberadaan bianca. Tapi sepertinya keberuntungan sedang berpihak padanya, tyaga langsung tersenyum miring saat melihat bianca menggunakan seragam seperti pegawai lainnya.
Tak pernah tyaga bayangkan, ternyata gadis ini masih berada di lingkungannya.
Walaupun diperhatikan sebagaimana intensnya,bianca tetap tidak terpengaruh sama sekali. Setelah dia mengantarkan pesanan bosnya, bianca langsung pamit keluar.
Tinggallah tyaga berdua bersama dengan omanya.
“Pegawai baru ya, oma ?” tanya tyaga basa - basi.
“Enggak, dia udah kerja disini dari SMA.” jelas oma.
‘Cih!!! Bahkan sejak SMA saja dia sudah semiskin itu. Seharusnya mudah menaklukkan gadis miskin seperti dia.’ ejek tyaga dalam hati.
“Tapi dia pinter loh, ga. Oma kagum sama dia.” puji sang oma. Aga adalah panggilan kesayang tyaga dari keluarganya.
‘CIH!!’ tyaga tetap mengejek dalam hatinya mendengar sang oma memuji gadis itu.
“Kalo nggak salah dia juga kuliah di kampus kamu.” lanjut oma.
“Oh ya ?” tyaga berpura - pura tidak mengetahui.
“Iya, sayang. Tapi kayaknya adik kelas kamu deh.” tyaga hanya mengangguk - angguk.
“Dia masuk kampus kamu karena beasiswa. Udah pinter, cantik lagi. Mana pekerja keras.” puji sang oma lagi. Tyaga hanya tersenyum kecut.
‘Apanya yang perlu dibanggakan. Biancanya juga cantik, pintar, dan juga anggun. Dan terlebih, biancanya bukan gadis kampungan seperti gadis itu.’
“Ayo, ini dimakan dulu.” kata sang oma sambil memanggil cucunya agar datang ke meja kerjanya. Karena tadi bianca meninggalkan makanan dan minuman disana.
Saat tyaga mulai menikmati coklat dingin dan juga kuenya dengan tenang. Tiba - tiba sang nenek mulai membuka pembicaraan lagi. “Ini semua bianca yang bikin loh. Dia itu kasian deh, ga. Dari remaja udah harus berjuang biayain hidupnya sendiri, padahal dulunya dari keluarga mampu terus keluarganya bangkrut.” jelas oma.
“Oh, ya ?” sang oma hanya mengangguk.
“Oma ketemu dia waktu ada nabrak oma di mall sampe semua belanjaan oma jatuh. Terus dia itu gadis yang oma ceritain waktu itu nolongin oma.” kali ini giliran tyaga yang mengangguk seperti memahami cerita sang oma.
“Dulu dari SMA mana emang dia ?” tanya tyaga basa - basi.
“Katanya sih SMA swasta di pinggiran kota. Dan itu juga karena beasiswa. Pinter ya dia ?”puji sang oma entah untuk kesekian kalinya.
Sebenarnya tyaga malas mendengar pujian untuk gadis itu. Dia tidak suka mendengar bahwa bianca yang ini jauh lebih membanggakan daripada biancanya dulu.
Karena menurut tyaga hanya ada satu bianca dalam hidupnya. Dia merasa benci saat nama itu dimiliki gadis lain yang jauh bila dibandingkan dengan biancanya.
“Kapan - kapan kamu bisa dong kasih tumpangan ke bianca kalo berangkat kuliah. Kasian dia biasanya harus naik angkutan umum.”
“Kok jadi aga yang repot sih oma.”
“TYAGA RAYSHIVA!!” panggil sang oma dengan tegas dan pelototan mata membuat tyaga menghembuskan nafasnya berat.
“Iya…. iya… dengan syarat.”
“Apa ?”
“Jangan samain dia sama biancanya aga ya, oma.” sang oma hanya mengangguk.
“Kalo sama juga nggak papa kok, sayang. Oma bakal dukung aga sama biaca.” kata oma sambil tersenyum penuh arti.
***
Tyaga sengaja memarkirkan mobilnya agak jauh dari toko kue milik omanya. Dia tidak ingin oma nya tahu bahwa dia masih disana. Karena tadi dia sudah berpamitan untuk segera pulang karena sedang ada janji.Sedangkan dia masih harus menjalani misi konyolnya untuk mengikuti gadis ‘taruhannya’ seharian ini. Agar dia bisa mendapatkan celah untuk bisa mendekatinya.Hari sudah berganti malam, tyaga tahu jam shift terakhir di toko kue. Setelah melihat omanya pergi bersama sopir keluarga, tyaga kembali memarkirkan mobilnya di depan toko kue. Bisa habis dia jika oma nya tahu kalau dia berbohong. Apalagi tadi dia jelas - jelas menolak saat diminta untuk dekat dengan bianca.Gengsinya itu benar - benar tak tertandingi.
‘Kenapa kau melakukan ini ? Aku bahkan bisa memberimu pertolongan.’ batin seorang pria yang dari kejauhan memandang wajah bianca yang murung.Dia merasa bisa membantu gadis yang sangat dia sayangi itu, tapi pasti akan selalu ditolak. Sebesar itu memang rasa luka yang pernah bianca dapatkan hingga berubah menjadi seperti ini.Memang, saat terlalu menyayangi sesuatu dan berharap terlalu banyak maka rasa sakit dan kecewa yang didapatkan juga semakin besar apalagi jika tidak sesuai dengan harapan.‘Aku akan mencari cara untuk menolongmu, bi.’Setelah itu terlihat bianca yang pergi menaiki angkutan umum yang ada malam itu.Sesampainya di sebuah rumah kecil dan sederhana tempat dimana bianca tinggal, dia mas
Tadi pagi, tyaga, vero, dan fareta membicarakan seorang gadis yang berhasil membuat mereka berkumpul sepagi itu. Tapi lihatlah sekarang gadis itu justru sedang berdiri di depan kelas mereka. Iya, di depan kelas. Bukan sedang menunggu mereka seperti gadis - gadis lain, ya. Ini benar - benar di depan kelas dimana tempat dosen berada. Bianca sedang menggantikan asisten dosen yang mengisi perkuliahan yang sialnya sedang diambil oleh ketiga pria itu. Mereka saling melihat seakan sedang mentransfer apa yang ada di otak mereka tanpa bicara. “Ngapain tuh cewek disini ?” tanya tyaga sinis. Vero dan fareta hanya menggeleng. Bianca meletakkan setumpuk kertas diatas meja, lalu menyiapkan materi yang akan dibahas hari ini.
Tyaga sedang duduk di sofa empuk sebuah ruangan luas dengan aroma manis sebuah toko kue. Ya, sekarang ini dia berada di kantor milik sang oma sendirian, selayaknya cucu pemilik toko kue pada umumnya. Karena omanya sedang sibuk di dapur mencoba resep baru, katanya.Baiklah, memang sekarang tyaga ingin sendirian saja sambil menunggu omanya kembali. Setelah itu dia akan melancarkan rencananya.Tanpa terasa waktu sudah berlalu satu jam lamanya, hingga tyaga tertidur sambil menutup wajahnya dengan sebuah buku.“Hey, cucu kesayangan oma… ayo bangun…” panggil sang oma sambil menggoyangkan tubuh cucunya.Tyaga yang memang sulit dibangunkan ketika sudah terlelap itu hanya menggerakkan kepalanya, seakan sedang menolak semua gangguan yang ada disekitarnya.
Setelah siang tadi harus menghadapi tyaga. Sekarang giliran sang oma yang harus bianca hadapi. Sejujurnya sulit bagi bianca menolaknya, karena oma lisa mengingatkannya dengan sang nenek. Biar bagaimanapun kehidupan menerjangnya, bianca tetap menyayangi keluarganya. Terlebih sang nenek.Siapapun pasti pernah mengecewakan bianca. Tapi hal itu tidak pernah dia dapatkan dari neneknya. Jika begini, dia jadi merindukan nenek kesayangannya itu. Apa daya, keadaan membuatnya tak bisa melakukan hal itu. Termasuk menunjukkan rasa rindu.Karena bagi bianca hal itu menunjukkan sisi terlemahnya. Dia tak ingin ada yang mengetahui sisi terlemahnya itu.“Bi, apa kau benar - benar tidak bisa membantu aga ?” tanya lisa dengan wajah yang terlihat serius dari biasanya. Entah apa yan tyaga katakan, tapi perubahan sikap lisa ini membuat bianca semakin merasa tak ny
Tyaga kembali ke meja dan sayangnya bianca sudah kembali sendirian.“Ternyata banyak juga ya yang mau kenalan sama lo ?” Terdengar nada mengejek dari kata - kata tyaga. Lalu dia mengamati bianca yang sedang duduk saat dirinya masih berdiri. Tak ada yang spesial sama sekali. Bianca terlihat jauh dari kata menarik. Walaupun memang wajahnya yang sangat biasa tanpa polesan makeup sama sekali, tapi wajah bianca tetap cantik dengan kesederhanaan itu.Hanya saja itu tidak berlaku bagi tyaga.Dan untungnya bianca tidak terlalu menanggapi kata - kata tyaga dengan tetap diam dan menjawab dengan mengangkat bahunya cuek.“Mana buku lo ?” Tanya bianca saat tyaga sudah duduk di depannya dan justru terlihat sangat sibuk dengan ponsel miliknya.“Hmm&
Jika kemarin bianca sangat sial karena kehilangan pekerjaannya di toko roi karena tyaga, hari ini gadis itu semakin sial karena harus menghadapi pihak kampus. Entah apa yang terjadi, tiba - tiba saja beasiswanya berada dalam kondisi hampir diberhentikan. Ingin rasanya bianca berteriak dan mengajukan protes. Selama ini dia tidak pernah membuat masalah apapun, bahkan nilainya pun selalu bagus. Lalu, untuk alasan apakah yang mendasari mereka mengatakan ingin menghentikan beasiswa ini.Bianca merasa tidak mendapatkan keadilan disini. Bagaimana bisa Tuhan mengujinya seperti ini. Dalam waktu berdekatan satu per satu pekerjaannya hilang. sekarang biaya pendidikan yang diberikan atas usaha dan kecerdasannya juga berada diambang kehancuran. Entah apa lagi yang akan terjadi.Setelah satu jam lamanya bianca membicarakan dengan pihak kampus, dia keluar dengan wajah lesunya. Kali ini dia tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa nya dan juga kelemahan dirinya. Karena memang bianca tak memiliki teman d
Dengan sekuat tenaga seseorang datang dan menarik pria yang berusaha melecehkan bianca. Lalu, pukulan brutal diberikan dengan penuh emosi hingga kedua teman pria itu melepaskan bianca dan membantu temannya. Tapi hal itu tak bisa mengalahkan kemarahan seseorang yang datang karena melihat hal menjijikan di depan matanya. Bagaimana bisa ada seorang wanita yang harus melawan ketiga pria sekaligus ? Sangat tidak imbang.Pukulan demi pukulan membuat ketiga preman itu babak belur dan membuat mereka akhirnya memutuskan untuk pergi. Sedangkan kondisi bianca sedang duduk berjongkok sambil mengeratkan pakaiannya yang sudah tak beraturan.“Bi, lo nggak papa kan ?” tanya tyaga dengan nafas terengah - engahnya setelah berhasil membuat ketiga pria yang mencoba melecehkan bianca pergi.Ya, tyaga yang datang dan menolong bianca. Sebenarnya tadi dia tak berniat ikut campur, karena mengingat dulu saat di bar bianca terlihat bisa melindungi dirinya sendiri. Maka dari itu tyaga memutuskan untuk mengawasi