Share

BAB 5 - Kita lanjutkan taruhan ini

Tadi pagi, tyaga, vero, dan fareta membicarakan seorang gadis yang berhasil membuat mereka berkumpul sepagi itu. Tapi lihatlah sekarang gadis itu justru sedang berdiri di depan kelas mereka.

Iya, di depan kelas.

Bukan sedang menunggu mereka seperti gadis - gadis lain, ya. Ini benar - benar di depan kelas dimana tempat dosen berada.

Bianca sedang menggantikan asisten dosen yang mengisi perkuliahan yang sialnya sedang diambil oleh ketiga pria itu. Mereka saling melihat seakan sedang mentransfer apa yang ada di otak mereka tanpa bicara.

“Ngapain tuh cewek disini ?” tanya tyaga sinis. Vero dan fareta hanya menggeleng.

Bianca meletakkan setumpuk kertas diatas meja, lalu menyiapkan materi yang akan dibahas hari ini.

“Selamat pagi. Baiklah, hari ini saya akan menggantikan asisten dosen yang biasanya. Perkenalkan nama saya bianca.” kata bianca yang ternyata mendapatkan banyak perhatian seisi kelas. Bahkan setelah memperkenalkan diri semua pria di kelas bersorak bahagia seakan sedang memenangkan sebuah undian karena mendapat pengganti asisten dosen yang secantik bianca.

Hal ini juga sebenarnya menarik perhatian fareta. Tadi pagi dari dalam mobilnya fareta melihat bianca menggunakan celana jeans. 

Tapi sekarang dandanan bianca berubah menjadi sangat formal dan mengganti celana jeansnya dengan rok pensil sepanjang lututnya.

“Bukannya dia masih dibawah kita ?” Tanya vero yang juga penasaran.

“Entahlah.” Jawab fareta sambil mengangkat bahunya tak mengerti dengan situasi sekarang ini. 

Sedangkan tyaga tetap memandang bianca dengan tatapan tak sukanya.

Bianca memberikan kertas absensi di meja terdepan yang nantinya akan diberikan secara estafet sampai seisi kelas menandatanganinya.

Dia juga meletakkan kertas yang tadi dipersiapkan untuk dibagikan.

Baru saja bianca akan berjalan menuju ke meja paling ujung depan, ada salah satu mahasiswa datang menghampirinya dan menawarkan diri untuk membantu bianca.

Sontak seisi ruangan menjadi kembali riuh karena perilaku salah seorang mahasiswa itu.

“Liat tuh, pinter banget tuh cewek kalo cari perhatian.” Kata tyaga dengan tatapan sinis dan mengejek.

“….” Kedua sahabatnya tidak menanggapinya, karena dari penilaian mereka tadi bianca tidak melakukan hal - hal seperti yang tyaga katakan. Justru sebaliknya, bianca tidak terlalu peduli dengan mahasiswa yang berusaha menolongnya. Memang cukup dengan kecantikannya saja bianca bisa menarik perhatian banyak mahasiswa di kelas mereka.

Bukan salah bianca kan jika memiliki paras yang rupawan ?

Perkuliahan berjalan sangat lambat bagi tyaga. Padahal bianca hanya membagikan kertas yang berisikan soal tugas dan materi perkuliahan juga absensi. Mungkin hanya memakan waktu tiga puluh menit saja. Tapi bagi tyaga itu sangat lama.

Dia teringat bagaimana senyum bianca saat berada di bar semalam. Sangat berbeda dengan sosok yang berada didepannya sekarang.

“Baiklah, karena saya sudah memberikan materi hari ini. Perkuliahan saya akhiri.” Kata bianca setelah memeriksa absensi agar memastikan tidak ada mahasiswa yang curang.

Wajah - wajah sedih para mahasiswa serta kondisi yang kembali riuh tak berpengaruh pada bianca sama sekali. Apalagi para mahasiswi disana sudah banyak yang kesal dan berbisik - bisik saat melihat teman pria mereka menjadi tak tahu malu hanya karena seorang bianca. Dengan wajah datarnya bianca keluar begitu saja dari kelas. 

Fareta melihat ke arah bianca sampai gadis itu menghilang dari pandangannya. Lalu, dia melihat isi kertas itu.

“Kita mau kemana habis gini ?” Tanya vero yang memecahkan lamunan fareta.

“Ke rumah lo aja, ga. Sekalian nunggu entar malem.” Usul fareta.

“Oke.” Hanya jawaban singkat yang diberikan tyaga.

Dia masih merasa kesal melihat wajah bianca yang menjadi asisten dosen di mata kuliahnya.

Bisa - bisanya mereka kembali dipertemukan dalam perkuliahan ini.

***

Malam harinya, sesuai dengan yang sudah direncanakan oleh tyaga bersama dengan kedua sahabatnya untuk mendatangi bar tempat bianca bekerja.

Ketiga pria itu sengaja datang hampir tengah malam. Dan betapa terkejutnya tyaga melihat kondisi bar yang sepi daripada malam sebelumnya.

Mereka duduk di salah satu kursi VIP agar bisa meminta bianca yang mengurus pesanan mereka nantinya. Sejak tiba disana sampai mereka duduk, tyaga tak menemukan sosok bianca dimana pun. Dia merasa aneh. Jangan - jangan gadis miskin itu sedang libur hari ini. Bisa gagal rencananya membongkar kedok bianca.

Tyaga akhirnya melambaikan tangannya untuk memanggil pelayan. Saat seorang pelayan wanita datang dengan membawa buku menu. Dia berpura -  pura memilih menu padahal sebenarnya mulutnya ingin menanyakan dimana keberadaan si gadis ‘taruhan’ itu.

“Segelas whisky dan dua gelas wine untuk mereka.” kata tyaga pada akhirnya.

“Kok cuma wine sih, ga ?” protes vero.

“Nanti lo bisa nambah pesenannya waktu ada dia.” kata tyaga.

“Oke.” 

Beberapa menit kemudian, minuman yang dipesan tyaga sudah datang.

“Silahkan.” kata pelayan sopan sambil meletakkan gelas di depan masing - masing pria tampan itu.

Saat akan pergi meninggalkan meja mereka, tyaga akhirnya mulai bertanya. “Apa bianca hari ini sedang libur ?” tanya tyaga basa - basi.

“Oh, bianca ya ? Dia nggak libur kak, tapi udah nggak kerja disini lagi.” jawabnya. Mendengar jawaban itu tyaga hanya mengerutkan kedua alisnya.

“Lalu dia kerja dimana sekarang ?” pelayan itu hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu atau tak mau memberi tahu. Tyaga mulai curiga lagi.

“Apa karena kejadian kemarin ?” tanya tyaga lagi.

“Iya. kayaknya kejadian kemarin bener - bener jadi berita hangat ya ? Bahkan bar jadi sepi setelah bianca dipecat.” secara tak sadar pelayan itu bercerita pada tyaga.

“Dipecat ? Karena menggoda tamu kemarin ?” tanya tyaga lagi.

“Eh. bukan kak, justru pria - pria kemarin yang menggoda bianca. Sampai bianca ditampar di sini. Eh…. maaf kak, saya permisi dulu.”  tyaga dan kedua sahabatnya hanya diam mendengar cerita pilu tentang kejadian sebenarnya yang baru saja dia dengar.

Gadis taruhan itu dipecat ?

Gadis itu ditampar ?

‘Apa jangan - jangan gue salah menilai dia ?’

“Ga, kenapa cerita lo beda sama dia ?” tanya vero yang bingung.

“Apa yang sebenernya terjadi kemarin, ga ?” tanya fareta lagi.

“Gue udah bilang kan, kemarin ada beberapa pria duduk di kursi sebelah sana. Mereka menarik cewek itu dan dia diem aja. Terus gue cabut. Gue nggak tau kalo dia dipecat.” 

Akhirnya fareta melambaikan tangan untuk memanggil pelayan lagi. Dan kali ini yang datang adalah luthfan. Dia langsung menanyakan pesanan yang akan dilakukan fareta karena memang buku menu masih ada di atas meja mereka.

“Berikan aku sebotol wine dan tolong panggilkan manajer bar ini.” kata fareta dengan sopan. Luthfan mengangguk dan langsung membawakan pesanan fareta bersama dengan manajernya.

Awalnya fareta berbasa - basi terlebih dahulu, karena memang itu adalah salah satu kelebihannya dibandingkan vero da juga tyaga. Hingga pada akhirnya bahasan mereka sampai dengan kejadian kemarin.

“Gue denger kemarin ada kejadian disini sampai ada salah satu pelayan dipecat, ya ?” tanya fareta yang terlihat mulai akrab dengan manajer bar itu.

“Oh itu, ternyata beritanya sangat cepat ya. Memang keberadaan bianca di bar ini sangat menarik banyak perhatian. Sama halnya seperti saat dia harus tertimpa kejadian kemarin.”

“Memangnya apa yang sudah terjadi ?” tanya fareta lagi.

“Ada tamu VIP yang ingin melecehkannya. Bianca selalu bisa melindungi dirinya sendiri hingga terjadi pertengkaran yang akhinya membuat gadis itu harus mendapatkan perlakuan tidak adil. Sebenarnya gue juga dengan berat hati memecatnya karena ancaman mereka.” cerita sang manajer dengan wajah penuh perasaan bersalah.

“Meskipun gue pecat bianca tetep aja beritanya menyebar. Mereka memang brengsek. Seharusnya gue bawa video itu ke kantor polisi.” katanya lagi.

“Video ? Video apa ?”

“Video cctv yang menghadap ke meja mereka. Salah satu teman bianca membawa bukti itu untuk menyelamatkannya kemarin.” fareta dan vero hanya mengangguk - anggukan kepalanya setelah mendengar cerita pilu yang harus dihadapi seorang gadis. Berbeda dengan kisah yang tyaga ceritakan kemarin. Bahkan tyaga pun hanya diam tanpa ekspresi apapun setelah mendengar kebenarannya.

“Boleh gue liat videonya ?”

“Maaf, tapi untuk apa ?”

“Bianca itu adalah adik angkatan gue di kampus. Mungkin gue bisa membantunya mengurus masalah ini.” kata fareta dengan sangat menyakinkan. Awalnya manajer itu merasa ragu, lalu fareta menunjukkan kartu mahasiswanya dan akhirnya percaya karena dia tahu bianca juga merupakan mahasiswi disana.

Akhirnya manajer itu memberikan video cctv itu kepada fareta.

Mereka bertiga melihat kejadian itu dengan reaksi wajah yang berbeda - beda. Vero sebagai pecinta wanita kelas teri merasa tak terima saat melihat bianca diperlakukan sekasar itu. Sedangkan fareta dan tyaga hanya melihat dengan wajah yang tak bisa diartikan. Hanya mereka sendiri yang tahu apa yang ada di otaknya setelah melihat video itu.

“Gimana menurut lo, ga ?”

“....” tyaga hanya diam.

Lalu…

“Kita lanjutkan taruhan ini.”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status