Beranda / Romansa / My Part-Time Girlfriend / BAB 4 - Ayo kita buktikan

Share

BAB 4 - Ayo kita buktikan

Penulis: Yas_omi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-09 11:00:00

‘Kenapa kau melakukan ini ? Aku bahkan bisa memberimu pertolongan.’ batin seorang pria yang dari kejauhan memandang wajah bianca yang murung.

Dia merasa bisa membantu gadis yang sangat dia sayangi itu, tapi pasti akan selalu ditolak. Sebesar itu memang rasa luka yang pernah bianca dapatkan hingga berubah menjadi seperti ini.

Memang, saat terlalu menyayangi sesuatu dan berharap terlalu banyak maka rasa sakit dan kecewa yang didapatkan juga semakin besar apalagi jika tidak sesuai dengan harapan.

‘Aku akan mencari cara untuk menolongmu, bi.’

Setelah itu terlihat bianca yang pergi menaiki angkutan umum yang ada malam itu.

Sesampainya di sebuah rumah kecil dan sederhana tempat dimana bianca tinggal, dia masuk dan langsung meletakkan semua barang - barangnya di lantai dekat pintu kamarnya.

Rumah yang memiliki dua kamar tidur yang tidak luas dan tidak terlalu sempit dengan satu kamar mandi berukuran sedang cukup membuat bianca nyaman karena memang dia tinggal sendiri.

Rumah itu bianca temukan saat dia memutuskan untuk pergi dari tempat kosnya dahulu. Uang tabungan tidak cukup jika harus terus tinggal disana. Dan beruntungnya harga sewa rumah itu lebih murah dibandingkan harga sewa kamar kosnya per bulan. Jadi bianca memutuskan untuk pindah.

Sejujurnya dia juga ingin tinggal menyendiri. Selama dia tinggal di kos yang lebih bagus dari rumahnya itu, bianca tetap saja tertutup dan tidak memiliki teman.

Jadi memang sebaiknya dia tinggal sendirian saja. Maka dari itu bianca bekerja dengan sangat keras untuk bisa membiayai hidupnya dan menciptakan kehidupan sesuai yang dia inginkan.

“Hah…. hari yang melelahkan.” kata bianca sambil merebahkan dirinya di ranjang. Dia menatap langit - langit kamar dengan tatapan hampa.

‘Pekerjaan apa lagi yang harus aku lakukan ?’ batinnya.

Lalu, terdengar suara perutnya berbunyi.

Bianca lupa bahwa malam ini dia belum makan apapun. 

Dia bangun dari posisinya dan berjalan menuju dapur sederhana dirumahnya. Dia membuka lemari dan hanya menemukan satu - satunya mie instan yang tersisa.

Saat bianca membuka bungkus mie itu, dia sangat kaget melihat banyak sekali semut yang berada didalamnya.

“Darimana mereka bisa masuk ?” kata bianca lirih sambil membolak - balikkan bungkusan mie mencari letak lubang yang ada pada kemasan. Tapi tidak ada lubang apapun.

“Sepertinya malam ini aku juga harus berbagi bersama semut - semut ini.” 

Bianca membuang sebungkus mie terakhir miliknya dan memutuskan untuk minum air sebanyak yang dia bisa untuk mengganjal perutnya yang keroncongan sampai besok pagi.

Setelah merasa terpuaskan dengan bergelas - gelas air putih, bianca memutuskan untuk tidur saja. Besok pagi dia harus menggantikan asisten dosen di salah satu mata kuliah yang kebetulan sudah dia ambil semester lalu.

***

Dalam dua puluh empat jam yang bianca miliki, dia bisa bertahan seharian hanya dengan tidur selama empat jam sama. Dia juga merupakan sosok morning person. Jadi bangun pagi adalah sebuah keharusan dalam hidupnya.

Jika libur semester tiba, bianca akan mencari pekerjaan paruh waktu lain untuk mengisi waktu kosongnya di pagi hari. Dia biasanya mendaftarkan diri menjadi penjaga perpustakaan kota.

Tapi saat semester berjalan, bianca akan selalu mengambil kelas pagi untuk kuliahnya. Dan siang hari sampai sore biasanya diisi dengan menjadi asisten dosen.

Seperti pagi ini, jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Tapi bianca sudah siap dan rapi untuk memulai harinya. Padahal kelas paginya baru dimulai pukul tujuh.

Itu semua karena bianca harus menaiki angkutan umum yang biasanya setiap pagi masih sangat sepi jadi lebih banyak menunggu di salah satu halte sampai terisi beberapa orang. Saat itu lah bianca bisa menggunakan waktunya untuk membeli sarapannya.

Bubur ayam di halte dekat rumah kontrakannya sudah menjadi andalan bianca setiap pagi.

Sekarang ini, dia sudah duduk manis sambil menunggu pesanan buburnya tersaji. 

“Ini neng. Kayak biasanya kan ?” Kata si penjual bubur bernama ranto itu. 

“Makasih banyak, mang.” Jawab bianca sopan sambil menerima semangkuk bubur miliknya.

Bianca memang pendiam dan tertutup tapi sebenarnya dia ramah pada beberapa orang. Buktinya bianca masih bisa menampilkan senyuman pada penjual bubur langganannya. Juga pada sopir angkot yang biasanya memang menjadi langganan bianca tiap pagi.

Kegiatan ini hampir dilakukan bianca setiap hari.

Bianca makan dalam diam dan secepat yang dia bisa, karena sepertinya pagi ini angkutan umum terisi lebih cepat.

Setelah membayar, bianca duduk di kursi paling ujung belakang dekat kaca. Dia membuka jendela dan merasakan angin pagi yang menerbangkan anak rambutnya.

Perjalanan dari halte dekat rumahnya menuju halte kampusnya memakan waktu sekitar setengah jam. Bianca sampai di kampus pukul setengah tujuh. Seperti biasa pasti setengah jam lebih cepat.

Gadis cantik dengan dandanan sederhana itu berjalan menuju kelasnya.

Tak jauh dari sana seseorang sudah menunggunya.

“Selamat pagi, bi.” Sapa andi.

“…” bianca hanya membalas dengan anggukan dan wajah datar.

“Untukmu.” Andi menyodorkan sekotak susu ke arah bianca.

Ini bukan hal baru untuknya, jadi bianca menerima saja. Andi tersenyum senang melihat bianca masih menerima makanan ataupun minuman yang dia berikan.

Walaupun setelah itu, bianca pasti memberikan pada orang lain seperti pak satpam ataupun office boy kampus. Tapi andi tetap senang, gadis cantik yang dia kagumi itu memiliki hati yang baik.

Bianca tidak pernah menolak. Dia menerimanya. Setelah itu dia berikan pada orang yang lebih membutuhkan.

Seperti sekarang ini.

“Selamat pagi, pak. Belum sarapan kan ? Ada susu nih.” Kata bianca ramah. Lalu meletakkan sekotak susu pemberian andi di meja satpam yang ada di dekat gerbang fakultasnya.

“Makasi neng cantik.” Jawab pak satpam yang hanya dibalas anggukan sopan bianca.

Semua kejadian itu ternyata juga dilihat oleh seseorang yang entah ada angin apa berangkat sepagi ini.

Dia sengaja bertahan di mobil mewah miliknya karena tadi melihat gadis yang membuatnya penasaran.

Bianca sudah menghilang dari hadapannya.

Lalu…

Drrtt…. Drrtt…

Ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk.

*Dimana lo far ?*

Fareta memutuskan untuk menelpon vero daripada membalas pesannya. Itu terlihat sangat lebih mudah.

Setelah melakukan panggilan, fareta berjalan menuju ke arah kantin yang masih sepi. Dia duduk sambil membaca pesan yang mengganggunya sejak semalam.

*Gadis ‘taruhan’ itu lebih rendah dari seorang wanita murahan.*

Begitulah kira - kira isi pesan yang tyaga kirimkan padanya semalam.

Dia sengaja berangkat sepagi ini untuk melihat gadis yang dimaksud tyaga itu lebih dekat.

Dan sepertinya bianca tidak seperti yang tyaga katakan. 

“Lu kenapa far ? Kesambet lu pagi - pagi bengong.” Kata vero yang membuyarkan lamunan fareta.

Tadi vero menghubunginya karena merasa sudah dekat dengan kampus. Dia tidak ingin sendirian duduk di kantin, bisa turun reputasinya jika sepagi ini sudah dikerumuni banyak gadis - gadis penggemarnya.

Untung saja fareta sudah datang terlebih dahulu. Jadi vero merasa nyaman karena tidak harus sendirian menunggu.

“Tyaga mana ?” Fareta mengangkat bahu tanda tak tahu.

Mereka bertiga sebenarnya memiliki jadwal kelas pukul sepuluh pagi. Tapi karena pesan tyaga semalam membuat mereka ingin segera bertemu dan membicarakannya.

Ternyata dari kejauhan terlihat tyaga yang memang terlihat tampan menggunakan jaket jeans berwarna biru muda dipadukan kaos putihnya.

Fareta mengangkat tangannya untuk memberi tanda pada tyaga dari kejauhan.

Setelah tyaga sudah duduk, vero langsung menopang kedua pipinya. Dia sudah bersiap - siap mendengarkan cerita lengkap sang sahabat.

“Lu ngaparin, ver ?” Tanya tyaga.

“Nunggu cerita lu lah, ga. Susah payah gue berangkat pagi - pagi. Ini semua cuma buat denger cerita lo.” Omel vero.

Sedangkan fareta jauh lebih tenang dan menunggu tyaga menceritakannya.

“Dia kerja di bar.” Kata tyaga singkat. Membuat fareta dan vero mengerutkan alis mereka karena merasa tak faham.

“Terus ?” Tanya vero.

“Dia cuma gadis miskin yang juga murahan. Dan semuanya terlihat sangat jelas semalam.” Jelas tyaga lagi.

“Tunggu, ga. Gue nggak ngerti. Coba lo ceritain lebih detail lagi.” Pinta fareta dengan sangat sabar. Dia tahu dalam setiap kalimat tyaga mengandung rasa ketidaksukaannya pada bianca.

Vero pun mengangguk setuju.

Akhirnya tyaga menarik nafas dan membuangnya. Lalu dia mulai bercerita dari awal.

Mendengar semua cerita tyaga reaksi vero sangat bisa ditebak. Karena terlihat dari wajahnya yang menahan tawa. Padahal tidak ada yang lucu dalam cerita tyaga.

“Hahaha…. Gue nggak nyangka, ternyata nama bianca bener - bener sangat mengganggu lo ya ga.” Ejek vero sambil terus tertawa.

Berbeda dengan fareta. Wajahnya tetap datar, tapi terlihat dia tidak percaya begitu saja.

“Lo yakin, ga ?” Tanya fareta lagi.

“Gue yakin. Sangat yakin. Kalo nggak percaya lo bisa liat sendiri.” Kaya tyaga dengan menggebu.

“Oke, nanti malem kita datengin tempat kerjanya.” Usul fareta.

“Oke. Lo bakalan liat sendiri betapa murahannya gadis ‘taruhan’ itu.’

***

Yas_omi

Jangan lupa tinggalkan komen, vote, dan review kalian ya.. Hal kecil itu sangat berarti untuk penulis yang masih belajar ini... Love ya...

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Part-Time Girlfriend   BAB 177 - MISI DUA GARIS UNTUK NYONYA RAYSHIVA

    “Aku yakin kau datang bulan, Bi.” Kata Tyaga saat mereka tengah menikmati sarapan yang sudah diantarkan ke kamar.“Mungkin saja.” Jawab Bianca sambil mengangkat bahunya cuek. Sejujurnya dia juga baru tahu dan menyadari bahwa selama ini memang hanyalah kesalahpahaman saja. Untung saja tadi suaminya itu membahasnya.Saat Bianca sedang menyendokkan yogurt ke mulutnya, tiba - tiba Tyaga terlihat berdiri dan berjalan menuju ke arah salah satu laci dekat lemari. Lalu dia membawa sebuah surat dan memberikannya pada Bianca.“Coba baca ini, Bi.” Katanya.Walaupun bingung, Bianca tetap menerima surat itu. Dari depannya saja dia bisa melihat bahwa itu adalah sebuah laporan kesehatan dari rumah sakit yang mereka datangi kemarin. Untuk sejenak kedua alis Bianca mengerut.“Ray, kau tidak sedang sakit kan?” Tanyanya. Tyaga pun hanya menggeleng.“Buka aja, Bi. Nanti kamu bisa lihat sendiri isinya.”Bianca menuruti saja, dia membuka dan membaca hasil pemeriksaan yang mereka lakukan kemarin. Lembar pe

  • My Part-Time Girlfriend   BAB 176 - KEBENARAN YANG TERJADI MALAM ITU

    “Aku?” Tanya Bianca sambil menunjuk dirinya sendiri.Senyuman penuh rahasia itu nampak jelas di wajah Tyaga.“Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi, Ray. Cepat katakan…” rengek Bianca sambil menggoyang - goyangkan lengan Tyaga dengan sangat manjanya.Bukannya menjawab, Tyaga malah mencondongkan bibirnya ke arah Bianca untuk meminta jatah sebelum menceritakan kisah panas mereka. Dengan senang hati Bianca membalas permintaan itu dengan sebuah kecupan. Hal kecil seperti itu ternyata bisa menjadi alat transaksi informasi diantara mereka. “Baiklah, jadi begini ceritanya…”FLASHBACK ON“Ray, aku ingin whisky milikmu.” Kata Bianca.“Tapi, Bi… Tadi kau…”“Sudah minum wine?” Lanjut Bianca, lalu Tyaga mengangguk.“Memangnya kenapa?” Nada bicara Bianca berubah galak.“Kau sudah mabuk, Bi.”“Siapa bilang aku mabuk? Aku sadar, Ray. Lihat ini.” Kata Bianca sambil berusaha berdiri tegak, namun tentu saja hal itu tidak berhasil karena Bianca hampir saja terjatuh lagi jika Tyaga tidak menahan pinggangnya

  • My Part-Time Girlfriend   BAB 175 - MALAM PERTAMA

    “Kalau begitu, jangan ditahan Ray! Lakukan sesukamu! Aku sudah menunggunya.” Kata - kata Bianca barusan bak sebuah mantra yang semakin membuat tubuh Tyaga panas.Ciumannya pun sudah mulai menjelajahi leher hingga ke tulang selangka Bianca. Bahkan tanpa Tyaga Sadari dia sudah membuat rambut istrinya semakin berantakan karena ulahnya. Bianca sendiri terus menggelinjang karena sentuhan Tyaga. Dia juga memejamkan matanya sambil menikmati hal yang yang tak bisa dibilang baru. Karena sebelumnya pun mereka pernah saling mencumbu satu sama lain.Semakin lama gerakan Tyaga semakin tak terarah, dia menyentuh semua bagian tubuh Bianca tanpa melewatkan satu pun. Bahkan tali yang menjadi penghubung pakaian tipis itu mulai melorot sampai ke lengan Bianca. Tentunya karena hal itu sebelah gundukan kenyal milik Bianca mulai terekspos.“Ray…” panggil Bianca dengan suara seraknya.“Hm?”“Dingin.” Katanya dengan tubuh bergetar. Menyadari bahwa tubuh mereka setengah telanjang, Tyaga lalu tersenyum dan m

  • My Part-Time Girlfriend   BAB 174 - (HAMPIR) MALAM PERTAMA

    Akhirnya serangkaian acara pernikahan hingga resepsi hari ini usai sudah. Tyaga dan Bianca sekarang berjalan bersama menuju ke arah kamar pengantin yang sudah disiapkan untuk mereka. Kamar yang tadi sudah mereka datangi.Keduanya jalan berdampingan sambil bergandeng tangan. Acara resepsi tadi benar - benar berjalan lancar tanpa adanya kendala. Hal itu membuat Tyaga merasakan kelegaan yang luar biasa. Sejak kehadiran Fareta tadi, sebenarnya Tyaga merasa begitu was - was. Belum lagi gaun istrinya begitu menggoda siapapun yang melihatnya, Tyaga semakin tidak rela jika sampai Fareta juga hadir dan semakin mengaguminya atau mungkin berniat menculiknya lagi. Gila memang pikiran dan ketakutan tuan Tyaga Rayshiva yang terhormat ini!Tadi saja rasanya ingin sekali dia meminta Bianca untuk terus duduk, jadi para tamu undangan dan keluarga yang hadir tidak harus mengagumi kecantikan istrinya. Padahal kan tujuan resepsi ini diadakan untuk bentuk syukur dan juga memperkenalkan hubungan sah mereka

  • My Part-Time Girlfriend   BAB 173 - TIDAK SABAR MENGULANG MALAM YANG PANAS ITU

    Karena kejadian tadi, akhirnya mau tidak mau tyaga harus kembali membersihkan diri dengan mandi. Apalagi tadi bianca juga sempat melihat beberapa luka di punggung tangan tyaga. Belum lagi kemeja tyaga juga sudah tidak berbentuk lagi. Dan untungnya untuk acara resepsi nanti mereka menggunakan konsep yang berbeda. Jadi tyaga dan bianca menggunakan gaun dan jas tema lain.Sekarang ini bianca dan tyaga berada di kamar pengantin yang sudah dipersiapkan oleh oma, nenek, dan para mama untuk mereka. Tadi tyaga sengaja tidak mengajak bianca kembali ke kamar miliknya karena terlalu banyak orang disana. Dan tyaga tidak ingin menjelaskan apapun.Bianca terlihat duduk di sofa sambil memegang gelas wine sambil menunggu tyaga selesai mandi. Sejenak dia terdiam dan memikirkan semua kejadian yang terjadi selama seharian ini. Tak pernah bianca sangka fareta akan melakukan hal senekat itu padahal dirinya sudah resmi menikah dengan tyaga.Tiba - tiba terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, tapi b

  • My Part-Time Girlfriend   BAB 172 - FARETA LAGI

    “Selamat, ga. Kau membuktikan bahwa kau berhasil merebut semua yang aku inginkan!” Orang lain yang mendengarnya saja bisa menilai betapa fareta membenci tyaga dari kata - katanya itu. Bahwa sejak awal dia memang hanya menganggap tyaga adalah saingan yang seimbang untuknya dalam hal apapun. Padahal kenyataan itu begitu berbanding terbalik bagi tyaga. Sejak awal dia menganggap fareta sebagai sahabatnya sama seperti vero. Tapi semenjak adanya masalah diantara mereka karena fareta berusaha merebut bianca, tyaga jadi tersadar akan hal itu.Dengan senyuman terbaiknya tyaga membalas uluran tangan fareta, namun sebelah tangannya langsung menggenggam tangan bianca.“Thanks.” katanya singkat.“Ternyata kau benar - benar menerima bianca dan juga anak dalam kandungannya. Padahal kau belum mengetahui anak siapa itu.” bisik fareta lagi.“Memangnya itu penting ya? Bagi gue yang terpenting adalah bisa bersama bianca selamanya dengan menikahinya.” balas tyaga sambil berbisik juga. Fareta hanya terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status