Beranda / Romansa / My Secret Wife / Bab 1 Awal yang Ambigu

Share

Bab 1 Awal yang Ambigu

Penulis: Aira Aiza
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-31 00:45:19

 

 

 

"Ada banyak cara orang bertahan hidup. Tapi, hanya sedikit yang siap dengan keadaan terburuk."

~Aruna Ardhani~

 

***

 

Suara jam weker menginterupsi Aruna dari alam mimpi. Dari samping, Arsen berdesis lalu samar terlihat tangannya menutup telinga dengan bantal. Masih terdengar umpatan tertahannya.

 

"Berisik, matikan jam wekernya!" Suaranya teredam di balik gumpalan bantal.

 

Aruna menghela napas panjang, mencoba untuk bisa bersabar menghadapi laki-laki yang bahkan tak menghargainya. Aruna segera menekan bagian atas jam weker agar berhenti berbunyi.

 

Pukul 03.00 WIB, gadis itu sengaja memasang jam weker di saat sepertiga malam. Bermunajat pada Sang Ilahi, membisikkan doa di bumi. Berharap langit ikut mengamini, hingga ijabah adalah bukti kekuasaan-Nya.

 

Dengan pelan, Aruna bangkit dan terduduk di sofa. Mata masih mengerjap-ngerjap, mencoba mengembalikan kesadaran sepenuhnya. Saat semua pandangan jelas, matanya seketika mengunci satu sosok yang tengah terlelap dengan wajah polosnya.

 

Arsen Ganendra, nama gagah sesuai sosoknya. Namun, semua itu bernilai nol dengan tingkahnya. Aruna mendesah panjang, mencoba melepaskan beban yang sudah ditanggung semenjak ijab kabul kemarin pagi.

 

Andai saja Ayah dan ibunya tidak meninggal dalam kecelakaan. Andai saja ayahnya tak pernah menulis surat wasiat dan andai saja sang ayah bukan teman baik Papa mertua, mungkin saat ini Aruna masih menikmati masa remajanya dengan normal. 

 

Sayangnya, semua hanya andai-andai Aruna saja. Dengan cepat, dirinya menghilangkan semua pengharapan yang hampa. Mau tidak mau, gadis itu harus memulai hidup baru.

 

Sengaja dilangkahkan kakinya dengan pelan menuju kamar mandi, takut jika Arsen bangun. Dua hari mengenalnya cukup membuat Aruna tahu tabiat orang itu.

 

Setelah mengambil wudu, Aruna bergegas menunaikan salat tahajud. Sunah Rasul yang amat bermanfaat untuk kehidupan umatnya. Ketenangan menyelusup jiwa sang gadis saat mulut berucap asma-Nya.

 

Cukup sepuluh menit untuk menyelesaikan ritual sembahyang itu. Aruna langsung melipat mukena dan sajadah. Saat dia membalikkan badan, betapa terkejutnya mendapati Arsen tengah duduk di atas ranjang dengan wajah menyelidik.

 

"Astagfirullah!" Aruna berseru seraya beringsut mundur.

 

Laki-laki itu menautkan kedua alis, seperti tengah mengejek dengan wajah yang tampan. Iya, jujur Aruna akui wajahnya tampan saat bangun tidur. Hanya saja, Aruna yakini benak laki-laki itu tengah berpikir aneh tentangnya.

 

"Apa yang lu perbuat di pagi buta, hah?" tanyanya dengan wajah menantang.

 

Aruna mengeryit. Pertanyaannya ambigu. Untuk laki-laki berusia 18 tahun, harusnya dia tahu kalau Aruna baru saja selesai sembahyang. Gadis itu hanya menggeleng cepat, dan bergegas ke luar kamar.

 

"Woi! Lu mau ke mana lagi? Gue belum selesai bicara!" serunya saat kaki Aruna mencapai bibir pintu.

 

Aruna menoleh sekilas, tak berniat menjawab. Hanya ingin melihat wajahnya yang tengah menahan kesal. Untuk pertama kalinya, sang gadis ingin tertawa mendapati wajah tampan itu bermuka garang. Sama sekali tidak menakutkan.

 

Dengan cepat Aruna kembali melangkah, membiarkan dia berteriak tidak jelas. Entah apa maunya, yang pasti Arsen termasuk laki-laki yang membuat Aruna merasa ambigu.

 

***

 

"Lho, Aruna. Kamu ngapain di sini?" Bu Ningrum tiba-tiba menghampiri Aruna yang sedang berkutat dengan alat masak.

 

Aruna tersenyum tipis dan kembali melanjutkan aktivitas. Mbok Nah tampak kikuk, dia lalu menghampiri Bu Ningrum.

 

"Maaf, Nya. Saya sudah melarang Non Aruna agar tidak ikut membantu. Tapi, Non Aruna malah maksa," tutur Mbok Nah, menjelaskan alasan Aruna berada di sana.

 

Gadis itu menggeleng cepat dengan senyuman yang masih setia terukir. "Enggak apa-apa, Ma. Aruna memang ingin membantu Mbok Nah, biar cepat selesai. Lagian, Aruna bingung harus melakukan apa di sini," paparnya, bentuk pembelaan pada Mbok Nah.

 

Bu Ningrum membalas senyum seraya mengelus jilbab biru yang dikenakan Aruna. "Enggak masalah. Yang penting kamu nyaman di rumah ini. Em, Arsen mana?" tanyanya membuat Aruna langsung mematung.

 

Aruna menatap wajah Bu Ningrum yang tengah menuntut sesuatu darinya. Sayangnya, dirinya tak mengerti sama sekali.

 

"Arsen?" Gadis itu malah balik bertanya dan sukses membuat Ibu mertuanya tertawa renyah.

 

Aruna dan Mbok Nah saling pandang, bingung dengan tingkah wanita paruh baya itu. Lalu, sedetik kemudian Bu Ningrum berhenti tertawa. Dia mengusap pundak menantunya dengan pelan. 

 

"Arsen itu kebo, Nak. Dia tidak akan bangun kalau tidak dibangunkan," katanya dengan nada jahil.

 

Sang gadis mengejapkan mata. Antara percaya dan tidak percaya. Arsen, susah bangun tidur? Padahal dini hari tadi, dia tiba-tiba bangun.

 

"Em, Ma. Masa Arsen begitu?"

 

"Iya, Sayang. Arsen itu susah sekali dibangunkan. Setiap pagi pasti ribut-ribut karena harus membangunkannya."

 

"Ta-Tapi--"

 

"Nah, sekarang kamu bangunin Arsen, gih. Karena, sudah ada kamu, jadi Mama akan menyerahkan estafet tugas itu untuk kamu," ujar Bu Ningrum memotong ucapan Aruna yang hendak menjelaskan kejadian dini hari tadi.

 

Aruna seperti terhipnotis dengan ujaran Bu Ningrum. Dengan perlahan, kaki Aruna menaiki anak tangga menuju kamarnya--lebih tepatnya kamar mereka. Mengecek kebenaran ucapan Ibu mertuanya.

 

Saat pintu terbuka, matanya langsung disuguhkan dengan pemandangan yang membuat jengah. Tangan itu refleks menutup mata dengan suara jeritan tertahan.

 

***

 

Aruna masih menutup mata, sesekali mengintip di antara jari-jari yang bertengger manis di wajah. 

 

Ini benar-benar memalukan. Lihatlah! Laki-laki galak itu tengah tidur telentang tanpa baju dan hanya mengenakan kolor hitam saja. 

 

"Ya Allah, mataku ternoda. Ah, tunggu! Bukankah dia suamiku? Ini tidak dosa."

 

Namun, ada sesuatu yang mendorongnya untuk terus menutup mata.

Mungkin, karena dia masih asing, hingga semua masih baru untuk Aruna. Jantungnya tiba-tiba berlomba memompa darah untuk mengalirkan ke seluruh organ tubuh. 

Dia amat tampan.

 

Aruna merasakan pipinya memanas. Bahkan mungkin sudah semerah tomat. Dirinya mulai bingung dengan cara yang tepat untuk membangunkan Arsen.

 

Segala pilihan alternatif sudah tersedia di benak. Dari yang normal sampai anti-mainstream. Aruna menarik napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan. 

 

"Oke, Aruna. Ini mudah!"

 

Tangannya terulur untuk menyentuh tangan Arsen dengan jari telunjuk. "Arsen, bangun!" serunya dengan nada normal, seperti saat Aruna tengah berbicara.

 

Dia bergeming, hanya ada dengkuran halus yang menjadi jawaban untuk si gadis. Mata Aruna terpejam sesaat, memberanikan diri untuk melakukan cara kedua.

 

"Arsen, bangun!" Kali ini Aruna mengguncang tubuhnya. Jangan lupakan nada yang dinaikkan dua oktaf.

 

Tubuhnya bergerak, Aruna sudah antusias. Akan tetapi, laki-laki itu bukan bangun, melainkan pindah posisi tidur. Kali ini, dada Aruna bergemuruh dengan tangan mengepal kuat.

 

"Benar-benar menyusahkan makhluk satu ini."

 

Tanpa pikir panjang, Aruna mengambil guling dan memukul-mukul tubuh Arsen. Oh, ya, jangan lupakan suaranya yang terus menyerukan agar laki-laki itu bangun. Naik lagi jadi tiga oktaf.

 

"Woi! Dasar cewek bar-bar. Lu udah gila, ya? Cari mati!" sentaknya saat dia terpaksa bangun dengan mata mengerjap-ngerjap.

 

Aruna tersenyum miring seraya berkacak pinggang. "Kamu yang gila! Jam segini masih buat pulau, dasar cowok jorok!" seru Aruna membalas.

 

Mata Arsen langsung melek, bahkan memelototi gadis berhijab itu. Namun, itu tak berpengaruh pada Aruna. Dengan cepat, si gadis pergi ke kamar mandi dan mengambil handuk untuknya.

 

"Aku tunggu sampai sepuluh menit. Kalau telat, sarapanmu hangus!" ancam Aruna seraya berlalu meninggalkan Arsen yang terlihat dongkol.

 

Aruna menyeringai, puas. “Ini balasanmu untuk semalam, Arsen. Jika kamu tetap bersikukuh menolakku, maka akan kupastikan ketenangan hidupmu terusik. Aku pandai, 'kan?” gumam Aruna kemudian berlalu.

 

---

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Secret Wife   Bab 36 Aku Menemukanmu, Aruna

    "Rasa rindu ini sudah tak tertahankan hingga membeku. Namun, dalam sekejap cair dan membuncah memenuhi rongga dada. Aku menemukanmu, Aruna."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Aruna berjalan gontai menuju dapur. Badannya begitu lemas, tapi dia juga tak bisa berdiam diri saja. Apalagi perut terus meronta meminta diisi, kasihan juga pada calon anaknya yang pasti kelaparan."Ah, kamu pasti lapar, kan, Sayang?" Aruna mengelus perutnya yang masih rata.Aruna melihat isi kulkas. Tinggal beberapa potong roti dan sayuran. Sepertinya hari ini Aruna harus belanja. Untuk sekarang, dia memilih memakan roti tawar sebagai pengganjal perut. Semoga saja itu cukup untuk menopangnya beraktivitas hari ini.Aruna duduk di depan TV. Meluruskan kaki sambil menyantap roti tawar yang diolesi mertega. Kadang, Aruna menikmati kesendirian ini. Tidak ada yang menuntut dan bebas untuk melakukan apa pun.Saat dia tengah menyantap

  • My Secret Wife   Bab 36 Aku Menemukanmu, Aruna

    "Rasa rindu ini sudah tak tertahankan hingga membeku. Namun, dalam sekejap cair dan membuncah memenuhi rongga dada. Aku menemukanmu, Aruna."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Aruna berjalan gontai menuju dapur. Badannya begitu lemas, tapi dia juga tak bisa berdiam diri saja. Apalagi perut terus meronta meminta diisi, kasihan juga pada calon anaknya yang pasti kelaparan."Ah, kamu pasti lapar, kan, Sayang?" Aruna mengelus perutnya yang masih rata.Aruna melihat isi kulkas. Tinggal beberapa potong roti dan sayuran. Sepertinya hari ini Aruna harus belanja. Untuk sekarang, dia memilih memakan roti tawar sebagai pengganjal perut. Semoga saja itu cukup untuk menopangnya beraktivitas hari ini.Aruna duduk di depan TV. Meluruskan kaki sambil menyantap roti tawar yang diolesi mertega. Kadang, Aruna menikmati kesendirian ini. Tidak ada yang menuntut dan bebas untuk melakukan apa pun.Saat dia tengah menyantap

  • My Secret Wife   Bab 35 Berlomba Menemukan Aruna

    "Aku hampir patah arang dengan nasib yang menimpa. Namun, kesadaranku kembali saat tahu ada anugerah di dalam rahim ini. Aku akan bertahan demi kamu, Nak."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺"Hoek!"Suara itu terus saja terdengar dari kamar mandi Aruna. Waktu baru saja menunjukkan pukul 3 dini hari. Beberapa orang terbuai dalam mimpi, tapi kesunyian pagi buta dipecahkan dengan suara muntahan Aruna.Sebenarnya, gadis itu ingin sekali menahan gejolak di perutnya. Namun, semua sia-sia karena rasa pusing yang mendera membuat isi perut Aruna mau tak mau keluar.Setelah dirasa cukup, Aruna kembali berjalan gontai ke kamar. Sunyi. Hanya desiran angin di luar beradu dengan suara jangkrik. Sepi ini membuat dada Aruna sesak, hingga tanpa terasa air mata akhirnya luruh jua."Ayah, Ibu ... Aruna kangen," lirih gadis itu sambil mengigit bibirnya.Pilu rasanya hidup berakhir seperti ini. Cita-cita yang harus terhempas jauh hingga terusir karena anugerah tak diinginkan. Aruna merasa hidupnya berantakan tanpa si

  • My Secret Wife   Bab 34 Masih Mencari

    "Kenapa rindu ini begitu menyiksa? Setelah kutahu jejakmu, dalam sekejap kau menjauh entah ke mana. Kembalilah, Aruna."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺"Jadi ....""Iya, Neng. Waktu Nenek wafat, ada sepasang suami istri yang seumuran sama bapaknya Neng. Mereka bilang mau ambil hak asuh Neng Aruna dan menikahkan dengan anak lelakinya," terang Agus.Agus adalah orang yang sudah lama bekerja dengan ayahnya Aruna. Setelah kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Aruna, Agus pun kembali ke kampung halamannya, yaitu tempat neneknya Aruna tinggal.Bu Ningsih tampak mendengarkan dengan santai. Tetangga Aruna itu memang tak berniat untuk ikut campur masalah pribadi. Tetapi, dia juga ingin agar Aruna bisa paham situasi di tempat baru."Nah, Aruna. Jadi, kalau kamu mau tinggal lagi di sini, kamu lapor saja sama aparat desa. Mereka juga pasti paham kalau kamu sudah menikah. Oh iya, di mana suamimu?" tanya Bu Ningsih membuat dada Aruna tiba-tiba sesak.Gadis itu menatap Bu Ningsih dan Agus bergantian. Enta

  • My Secret Wife   Bab 33 Jejak Aruna

    "Ternyata, Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bisa menebus semuanya. Aku menemukan jejakmu. Tunggulah dan jangan pergi lagi."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Bandara Internasional Soekarno HattaHiruk pikuk tempat itu masih sama seperti beberapa waktu yang lalu, saat dia pergi untuk meninggalkan kenangan buruk di kota ini. Namun, dia terpaksa harus kembali ke sana karena keadaan.Mata indah Aruna berkaca-kaca. Sesak rasanya harus kembali menyelami kehidupan yang ingin sekali ditinggalkan. Hanya saja, dia tidak tahu harus pergi ke mana selain pulang ke negeri asalnya.Dengan berat hati, Aruna melangkahkah kaki meninggalkan bandara. Dia tidak tahu harus ke mana. Tidak mungkin juga Aruna pulang ke rumah Arya. Dia masih punya muka untuk sekedar bertatap muka. Apalagi keadaannya sekarang tengah berbadan dua. Bisa saja, Arsen sudah menikah dengan Karisa. Jadi, dia tidak sekalipun terlintas kembali ke rumah megah itu.Sebelum memutuskan ke mana dia akan pergi, Aruna memilih mengunjungi makan ke

  • My Secret Wife   Bab 32 Kepiluan Aruna

    "Setelah kesakitan yang kau beri, kini hadir sebuah anugerah, tapi memilukan hidupku. Aku harus bagaimana?"•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺"Positif," gumam Aruna dengan tangan bergetar.Tubuh gadis itu luruh, bersandar pada dinding kamar mandi. Dunianya seketika runtuh. Saat keadaan mulai membaik sesuai keinginan, kenyataan ini membuat mimpinya benar-benar hancur.Air mata terus membanjiri pipi putihnya. Benda persegi panjang yang digenggamnya dengan jelas menampilkan garis dua. Dia hamil. Ribuan jarum serasa menembus dada, Aruna lemah dan terpuruk. Dia tahu, ini hal yang wajar. Tetapi, semua hasil dari kesalahan.Bukan, ini bukan anak haram. Tetapi, Aruna belum siap menghadapi semuanya. Luka yang diberikan Arsen masih basah dan menganga. Lantas, ada malaikat tak berdosa hadir di antara mereka. Dia harus bagaimana?Malam itu, villa menjadi saksi akan tangisan dan kepiluan Aruna. Dia menunaikkan kewajiban seorang istri dengan paksaan dan tuduhan yang menjatuhkan dirinya. Bukan mereguk manisny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status