Share

My Secret Wife
My Secret Wife
Penulis: Aira Aiza

Prolog

"Apakah kesempurnaan sebuah rasa harus selalu nyata untuk mata? Jika itu benar, maka cinta sejati hanya bualan belaka."

~Aruna Ardhani~

***

"Lu tidur di sofa!" serunya, saat kaki sang gadis melangkah melewatinya.

Untuk sesaat, Aruna diam sejenak, memindai datar wajahnya yang tak bersahabat. Dengan cepat, Aruna menggerakkan kepala ke bawah, tanda setuju atas seruan yang gadis itu yakini sebagai sebuah perintah. 

Dia mendengkus seraya berkacak pinggang, mungkin kesal atau marah mendapati respon Aruna.

Aruna berjalan menuju sofa hitam di samping ranjang pengantin mereka. Ya, ranjang yang penuh taburan bunga di atasnya. Tetapi, itu hanya formalitas pelengkap rentetan rencana konyol atas dasar wasiat sang ayah.

Di atas kasur, dia mendelik pada Aruna. Seperti ingin berkata, tapi tertahan karena gengsi. Lalu, tak lama kemudian dirinya menarik selimut tebal putih dan menenggelamkan tubuh hingga menyisakan kepala.

Aruna menarik napas panjang dan memejamkan mata. Berharap hati bisa mengerti dan pikiran tenang menghadapi situasi ini. Kejadian tak terduga yang akan merubah hidup keduanya.

Sang gadis merebahkan diri di sofa, mencari posisi ternyaman agar bisa melepas lelah. Itu terlalu sempit untuk jadi tempat tidur, tapi apalah daya? Daripada tidur di lantai, lebih baik beristirahat di tempat seadanya.

Aruna menatap langit-langit kamar bercat putih. Sayangnya, tak tampak indah karena tidak ada cahaya lampu. Tubuhnya lelah, tapi mata enggan beristirahat. Benak Aruna justru terus bergerilya tentang kejadian-kejadian tak terduga yang membuat hidupnya berubah drastis.

Masih lekat dalam ingatannya, kala dia menolak dengan tegas atas keputusan Bu Ningrum--ibu mertua Aruna. Laki-laki itu sama sekali tak berniat bernegosiasi atau bertanya tentang alasan si gadis.

"Enggak, Ma. Aku tidak mau menikah dengan orang asing!" sergahnya seraya menunjuk wajah Aruna.

Bu Ningrum langsung memelototinya. Dia tetap pada keputusan awal tentang perjodohan mereka. Ya, mereka yang masih duduk di bangku SMA.

"Mama tidak mau tahu. Kamu harus nikah dengan Aruna, Sen!" seru Bu Ningrum. Kali ini dia merangkul bahu Aruna.

Aruna yang hanya diam membisu pun sontak kaget dengan pergerakan Bu Ningrum. Dia seorang asing yang tiba-tiba menjadi dekat karena sebuah wasiat. Aruna tak pernah tahu jika ini adalah awal dari lembar kehidupan.

"Om Rendra itu sahabat Papa, Sen. Dia juga yang berjasa pada keluarga kita. Sepatutnya kita membantu mereka, setidaknya untuk Aruna." Bu Ningrum masih teguh mempertahankan keputusan.

"Oh, aku dijadikan alasan balas budi, begitu, Ma?!"

Laki-laki itu menatap sinis pada Aruna. Sebelah bibirnya terangkat. Harus Aruna akui, dia punya pesona tersendiri. Selain wajah tampan dan tubuh proporsional, tak ada lagi yang bisa dinilai baik. 

Sikapnya buruk, setidaknya itu yang bisa Aruna lihat dari caranya berbicara. Ah, Aruna mulai tak nyaman dengan situasi ini. Mau tak mau akhirnya gadis itu angkat bicara.

"Maaf, Bu. Em, mungkin kedatangan saya tidak tepat ke rumah ini. Saya minta maaf. Saya akan pergi dan--"

"Tidak ... tidak, Aruna. Kamu harus tetap di sini. Justru kedatangan kamu ke sini adalah sebuah anugerah. Arsen akan jadi anak baik kalau diberi tanggung jawab. Pokoknya, kamu akan menikah dengan Arsen. Sesuai wasiat ayahmu," tutur Bu Ningrum seraya tersenyum riang.

Berbeda dengan laki-laki itu. Irisan retinanya mengunci keberanian Aruna. Ada kilatan benci dari sorot mata hazel itu. Tetapi, Aruna bisa apa? Bahkan, tak ada tempat untuk bernaung saat ini. Hanya keluarga Bu Ningrum yang menjadi tumpuan terakhir.

"Aku tetap tidak setuju, Ma!" Kali ini laki-laki itu memasang wajah kesal.

Otot rahang mengeras dengan alis yang saling bertautan menandakan emosi mulai menguasai jiwanya. Dia benar-benar menolak Aruna.

"Oh, begitu. Baiklah, semua fasilitasmu Mama cabut. Satu lagi, siap-siap dicoret dari KK," ujar Bu Ningrum, dia menarik tangan Aruna untuk mengikuti langkahnya yang cepat. Meninggalkan sendiri laki-laki yang tengah mengacak-acak rambut, frustrasi.

Dari jauh masih terdengar erangannya. Bisa dipastikan laki-laki bernama Arsen Ganendra itu tengah melampiaskan kekesalan. 

Suara notifikasi pesan mengalihkan angan Aruna dari kejadian beberapa hari yang lalu. Tertera nama 'Bu Ningrum'di layar pipih putih.

"Semoga kamu happy di sana, ya. Kalau Arsen berbuat kasar, bilang sama Mama. Mama sayang sama kamu, Aruna cantik."

Aruna tersenyum membaca isi pesannya. Tanpa sadar, air mata luruh membasahi pipi sang gadis. Setelah sekian lama, akhirnya ada seorang perempuan yang bisa dipanggil Mama.

Ya, Aruna tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang Allah berikan padanya. Aruna akan membuat keluarga Bu Ningrum bahagia, walaupun harus mengorbankan kebahagian sendiri karena menikahi laki-laki dingin itu.

__

  

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Siti Maemunah2
lanjut dong thor plรฌiiรฌiiiiiiiiiiissssssssss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status