Sepasang remaja yang terpaksa harus menikah karena sebuah wasiat. Usia mereka yang belum genap 18 tahun dijadikan alasan untuk merahasiakan pernikahan. Namun, bukan hanya itu saja. Arsen, begitu benci pada Aruna karena telah merusak masa kebebasannya di sekolah maupun di rumah. Berbagai cara dilakukan Arsen agar Aruna menyerah dan mengajukan cerai. Namun ternyata, semua berbalik saat Arsen menyadari jika dirinya telah jatuh cinta. Persahabatan, rasa cemburu dan berbagai masalah datang, membuat Arsen dan Aruna beberapa kali berpisah. Dari datangnya masa lalu Arsen, dan hadirnya laki-laki lain yang siap membahagiakan Aruna. Hingga keputusan Arsen untuk mengumumkan pernikahan, membuat mereka pun memulai semua dari awal. Kehidupan berubah dan mereka pun bahagia.
Lihat lebih banyak"Aku marah. Semua perhatian yang kuharapkan malah tercurah untuk laki-laki lain. Kamu milikku, Aruna. Hanya milikku."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Arsen mengeratkan genggaman pada punggung kursi. Hati dan pikirannya sudah dipenuhi dengan emosi. Dia tidak terima Aruna berlaku seperti tadi, terlebih di depan teman-temannya.Karisa yang duduk takut pun mencoba mendekati Arsen. Ini kesempatan langka, di mana dia bisa menyaksikan Arsen bertengkar dengan istrinya. Karisa akan gunakan peluang itu untuk menghasut pujaan hatinya."Sayang, tadi itu istrimu, kan?" tanya Karisa, tangannya mengelus pundak Arsen lembut.Arsen tak menjawab, tatapannya tetap tajam ke depan. Kalau dia bersuara, takutnya akan menambah masalah dengan Karisa. Setidaknya, dia masih bisa mengendalikan amarah."Em, aku pikir istrimu perempu
"Egomu menutupi mata hati, hingga kau keliru dengan kenyataan. Aku masih di sini, menanti kau berbalik dengan sisa-sisa kepercayaanku."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺Sepoi angin menerpa wajah cantik Aruna yang tampak sendu. Wildan tahu apa yang terjadi. Laki-laki itu mengamati Aruna sedari acara makan dimulai.Waktu baru saja menunjukkan pukul 12.05, tapi hawa sejuk menyelimuti tempat itu. Berbeda sekali dengan di Jakarta. Aruna beberapa kali menarik napas dan mengembuskannya. Dia seolah mencari kelegaan dan ketenangan di sana. Mungkin, melihat pemandangan hamparan hijau di depannya bisa mengurai sesak karena kejadian tadi."Bagaimana, sejuk kan?" tanya Wildan sembari menarik kursi untuk Aruna.Aruna tersenyum kikuk. Bukan karena pertanyaan Wildan, tapi sikap laki-laki itu yang belum perna
"Kau menghancurkanku berkeping-keping hingga yang tersisa hanya puing kesakitan. Inikah maumu? Kalau begitu, aku mundur."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺Lelaki berkacamata dengan tubuh tegapnya tengah menatap tajam pada kedua orang berbeda jenis di depannya. Sesekali dia menghela napas pendek sembari menggelengkan kepala. Tak jarang senyum mengejek diberikan pada anak muda itu."Apa dia termasuk murid yang tercatat di sini?" tanya Wildan pada Arsen yang diam dengan tatapan tak suka."Bukan," jawabnya lugas.Tangan kirinya masih menenteng ransel, sedangkan tangan kanan masih digelayuti oleh Karisa."Lalu, kenapa dia ikut ke sini? Saya mendapat mandat dari guru kalian untuk menjaga kalian semua. Kalau begini, saya tidak bisa izinkan kamu untuk ikut
"Semua semakin jelas. Jarak di antara kita pun sudah tak terelakkan. Aku harus ikhlas dan terbiasa. Benar-benar harus ikhlas."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺Hara menatap iba pada Aruna yang diam menunduk. Setelah kejadian di kamar mandi, Aruna terpaksa bercerita. Bagaimana tidak? Saat kejadian, Hara ada di kamarnya."Kamu gak apa-apa, 'kan?" tanya Hara sembari mengusap punggung Aruna.Aruna mencoba tersenyum, walau masih ada gurat kesedihan. Namun, dia tidak mungkin membiarkan Hara ikut campur terlalu jauh."Ya, aku gak apa-apa. Udah lupain aja yang tadi. Mendingan kita ngomongin persiapan besok. Gimana?" Aruna sengaja mengalihkan obrolan.Gadis itu berharap, suasana hatinya membaik. Ya, besok hari kelulusan dan hari berangkat menuju puncak. Jadi, karena itulah Hara ada bersama Aruna.Hara berencana menginap hari ini sekalian p
"Hanya tinggal menghitung hari sebelum pergi. Semoga kau bahagia dan aku pun bisa melepasmu dengan ikhlas."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺"Kak Wildan?" Tampak kekagetan dari wajah Aruna, tapi tak lama kemudian seulas senyum terbit.Wildan langsung menghampiri Aruna dan Arsen. Dia menatap keduanya secara bergantian."Kalian sedang apa di belakang aula?" tanya Wildan, menyelidik.Baru saja Aruna membuka mulut, Arsen terlebih dahulu bersuara."Bukan urusan lu. Sedang apa lu di sini? Lu bukan warga sekolah ini," ungkap Arsen, kesal.Dada Arsen bergemuruh, hebat. Jelas saja dia tak suka pada Wildan, karena laki-laki itu terang-terangan akan merebut Aruna darinya. Bertambah kesal kala Aruna tampak senang dengan kehadiran
"Jangan pergi! Tetaplah seperti ini, menjadi Aruna yang selalu perduli. Aku mohon."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Waktu sudah menunjukkan angka 01.30. Aruna tersenyum getir sembari menatap jarum jam yang terus berputar. Konyol, kata itu yang pantas diberikan kepada sang gadis.Aruna tahu jika Arsen tidak akan pulang, tapi dia masih nekad menunggu suaminya. Kecewa, sudah pasti. Tetapi, apa yang bisa dia lakukan selain meratapi nasibnya.Keinginan Aruna tak banyak, hanya ingin agar Arsen menghargainya. Walaupun belum ada cinta, apa sulit sekedar menghargai istri sendiri? Aruna rasa tidak.Mata yang masih terjaga itu akhirnya menitikan bulir bening. Sungguh, sakit jika berjuang sendiri dalam sebuah hubungan. Aruna ingin menyerah, benar-benar menyerah.Dia menangis di pagi buta karena cinta yang tak tersambut. Cukup lama, Aruna ingin melepas semua
"Cinta memang butuh pengorbanan. Tapi, jika aku saja yang berjuang, sebaiknya akhiri semua. Aku berhak bahagia dan silakan kau pergi sejauh mungkin."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺Arsen diam menatap Aruna bingung. Sungguh, pertanyaan itu seperti buah simalakama untuknya. Bagaimana Aruna bisa tahu? Dan apa yang harus Arsen jawab?Aruna tersenyum miris, kepalanya menunduk menahan bulir bening yang siap menyeruak ke permukaan. Pada akhirnya, Aruna tahu seperti apa akhir dari cerita ini."Aku tahu. Aku tahu semua akan seperti ini, Sen. Perkataanmu tempo hari hanyalah hiburan sesaat untukku, kan? Jadi, sudah jelas semuanya. Kita akhiri saja pernikahan ini," papar Aruna. Gadis itu berbalik dan meninggalkan kamar Arsen.Sedangkan Arsen hanya diam menatap kepergian Aruna. Dia ingin mengejar istrinya, tapi hatinya terus diliputi kegundahan. Barulah setelah pint
"Aku bertahan karena itu kamu. Tapi, jika berkhianat, silakan pilih aku atau dia."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺Cukup lama Hara terdiam menunggu Aruna yang sedari tadi terisak. Dia ingin bertanya, tapi melihat cara temannya menangis membuatnya juga ikut sedih. Gadis berkacamata itu akhirnya membiarkan Aruna menangis sepuasnya. Mungkin dengan begitu, Aruna bisa merasa lega.Malam semakin larut, angin sepoi pun ikut mengusik ketenangan. Langit terlihat pekat tanpa bintang, seolah mendukung suasana saat itu.Hara tidak tahu apa yang terjadi. Tetapi, melihat Aruna seperti ini membuatnya yakin terjadi sesuatu di rumah Vando.Saat keduanya masih sama-sama terdiam, denting ponsel Aruna berbunyi. Gadis cantik itu melirik ponselnya, ada pesan dari Arsen.Bukannya membuka aplikasi hijau itu, Aruna malah terdiam menatap ponselnya.
"Kucoba yakinkan hati demi kelangsungan hubungan ini. Tapi, dengan mudahnya kau hancurkan kepercayaan dengan satu ucapan. Terima kasih."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺Aruna berjalan gontai memasuki rumah. Langkahnya terasa mengambang melihat rumah yang lengang. Biasanya Mbok Nah akan menyambutnya, atau mungkin Ningrum. Namun kali ini tak ada satu pun orang di sana.Gadis itu menghempaskan diri di sofa tamu. Tubuhnya sengaja disandarkan sembari menatap langit-langit bercat putih. Sepi, bukan hanya rumah itu tapi hatinya pun sama.Jujur Aruna akui, hatinya sudah tertaut oleh Arsen. Ya, awalnya benci, tapi semua berubah seiring berjalannya waktu. Salahkah Aruna mengharapkan cinta dari suaminya sendiri?Mata indah itu terpejam, menghayati kesendiriannya dan memikirkan tentang kehidupan yang dia jalani saat ini. Semua belum dimulai. Jika ini novel romance, maka prol
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.