MasukSepasang remaja yang terpaksa harus menikah karena sebuah wasiat. Usia mereka yang belum genap 18 tahun dijadikan alasan untuk merahasiakan pernikahan. Namun, bukan hanya itu saja. Arsen, begitu benci pada Aruna karena telah merusak masa kebebasannya di sekolah maupun di rumah. Berbagai cara dilakukan Arsen agar Aruna menyerah dan mengajukan cerai. Namun ternyata, semua berbalik saat Arsen menyadari jika dirinya telah jatuh cinta. Persahabatan, rasa cemburu dan berbagai masalah datang, membuat Arsen dan Aruna beberapa kali berpisah. Dari datangnya masa lalu Arsen, dan hadirnya laki-laki lain yang siap membahagiakan Aruna. Hingga keputusan Arsen untuk mengumumkan pernikahan, membuat mereka pun memulai semua dari awal. Kehidupan berubah dan mereka pun bahagia.
Lihat lebih banyak"Rasa rindu ini sudah tak tertahankan hingga membeku. Namun, dalam sekejap cair dan membuncah memenuhi rongga dada. Aku menemukanmu, Aruna."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Aruna berjalan gontai menuju dapur. Badannya begitu lemas, tapi dia juga tak bisa berdiam diri saja. Apalagi perut terus meronta meminta diisi, kasihan juga pada calon anaknya yang pasti kelaparan."Ah, kamu pasti lapar, kan, Sayang?" Aruna mengelus perutnya yang masih rata.Aruna melihat isi kulkas. Tinggal beberapa potong roti dan sayuran. Sepertinya hari ini Aruna harus belanja. Untuk sekarang, dia memilih memakan roti tawar sebagai pengganjal perut. Semoga saja itu cukup untuk menopangnya beraktivitas hari ini.Aruna duduk di depan TV. Meluruskan kaki sambil menyantap roti tawar yang diolesi mertega. Kadang, Aruna menikmati kesendirian ini. Tidak ada yang menuntut dan bebas untuk melakukan apa pun.Saat dia tengah menyantap
"Rasa rindu ini sudah tak tertahankan hingga membeku. Namun, dalam sekejap cair dan membuncah memenuhi rongga dada. Aku menemukanmu, Aruna."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Aruna berjalan gontai menuju dapur. Badannya begitu lemas, tapi dia juga tak bisa berdiam diri saja. Apalagi perut terus meronta meminta diisi, kasihan juga pada calon anaknya yang pasti kelaparan."Ah, kamu pasti lapar, kan, Sayang?" Aruna mengelus perutnya yang masih rata.Aruna melihat isi kulkas. Tinggal beberapa potong roti dan sayuran. Sepertinya hari ini Aruna harus belanja. Untuk sekarang, dia memilih memakan roti tawar sebagai pengganjal perut. Semoga saja itu cukup untuk menopangnya beraktivitas hari ini.Aruna duduk di depan TV. Meluruskan kaki sambil menyantap roti tawar yang diolesi mertega. Kadang, Aruna menikmati kesendirian ini. Tidak ada yang menuntut dan bebas untuk melakukan apa pun.Saat dia tengah menyantap
"Aku hampir patah arang dengan nasib yang menimpa. Namun, kesadaranku kembali saat tahu ada anugerah di dalam rahim ini. Aku akan bertahan demi kamu, Nak."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺"Hoek!"Suara itu terus saja terdengar dari kamar mandi Aruna. Waktu baru saja menunjukkan pukul 3 dini hari. Beberapa orang terbuai dalam mimpi, tapi kesunyian pagi buta dipecahkan dengan suara muntahan Aruna.Sebenarnya, gadis itu ingin sekali menahan gejolak di perutnya. Namun, semua sia-sia karena rasa pusing yang mendera membuat isi perut Aruna mau tak mau keluar.Setelah dirasa cukup, Aruna kembali berjalan gontai ke kamar. Sunyi. Hanya desiran angin di luar beradu dengan suara jangkrik. Sepi ini membuat dada Aruna sesak, hingga tanpa terasa air mata akhirnya luruh jua."Ayah, Ibu ... Aruna kangen," lirih gadis itu sambil mengigit bibirnya.Pilu rasanya hidup berakhir seperti ini. Cita-cita yang harus terhempas jauh hingga terusir karena anugerah tak diinginkan. Aruna merasa hidupnya berantakan tanpa si
"Kenapa rindu ini begitu menyiksa? Setelah kutahu jejakmu, dalam sekejap kau menjauh entah ke mana. Kembalilah, Aruna."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺"Jadi ....""Iya, Neng. Waktu Nenek wafat, ada sepasang suami istri yang seumuran sama bapaknya Neng. Mereka bilang mau ambil hak asuh Neng Aruna dan menikahkan dengan anak lelakinya," terang Agus.Agus adalah orang yang sudah lama bekerja dengan ayahnya Aruna. Setelah kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Aruna, Agus pun kembali ke kampung halamannya, yaitu tempat neneknya Aruna tinggal.Bu Ningsih tampak mendengarkan dengan santai. Tetangga Aruna itu memang tak berniat untuk ikut campur masalah pribadi. Tetapi, dia juga ingin agar Aruna bisa paham situasi di tempat baru."Nah, Aruna. Jadi, kalau kamu mau tinggal lagi di sini, kamu lapor saja sama aparat desa. Mereka juga pasti paham kalau kamu sudah menikah. Oh iya, di mana suamimu?" tanya Bu Ningsih membuat dada Aruna tiba-tiba sesak.Gadis itu menatap Bu Ningsih dan Agus bergantian. Enta






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Ulasan-ulasan