Share

MSIAV 2

My stalker vampire 2.

Aku merasa dingin sekali di wajahkuku dan mau tak mau, aku membuka mataku yang sudah nyaman dalam posisi terpejam. Saat aku membuka mata, terlihat tangan yang memegang ice cube dan yang pastinya ice cube itu sedang menempel di pipiku sekarang.

Jared. Kakakku yang paling tua. Ia memang kerap sekali memperlakukanku kejam apalagi saat aku susah untuk bangun pagi.

"Hai, my lovely sista. Kau yakin tidak ingin bangun sekarang? Oh atau kau ingin aku menyirammu dengan air es dan pastinya itu akan membuat dirimu segar," sarkasnya.

"Aku bangun sekarang!" jawabku ketus.

"Kau seharusnya tidak menonton film sampai larut malam, lihat sekarang apa yang terjadi padamu, lingkaran hitam di matamu tampak jelas," omelnya sembari bersidekap tangan.

"Oh.. Lihat sekarang! Kau bahkan ingin melampaui mom. Mom bahkan tidak mengomeliku dasar kau! Kau bahkan ternyata menyukai temanmu, Eric!" balasku tak mau kalah dengannya.

Muka Jared memerah, menandakan ia mulai tersulut olehku. "Apa yang kau katakan? Hell! Aku masih straight, dasar sinting, tidak sepertimu yang hanya berkutat pada benda mati! Aku bahkan akan melamar seorang wanita tahun depan dan masa depanku akan cerah tidak sepertimu yang bahkan tidak pernah merasakan cinta!"

"Haha! Baguslah, lamarlah wanita itu dan kuyakin dia akan menyesal jika meng'iya'kan lamaranmu dan cepatlah pergi dari rumah ini, Jared bodoh!" balasku dan segera berlari keluar kamar dan turun ke bawah.

"Mom!" panggilku.

"Ya! Bisakah kau tidak berteriak?" sahut mom dari ruang makan.

Aku langsung menuju tempat mom. Dan memeluknya dari belakang yang kini sedang memasak. Kebiasaanku yang tak pernah hilang sejak kecil adalah hal ini.

"Jangan suruh jared yang membangunkanku, ia kejam dan menyukai teman prianya," aduku pada Mom.

"Hei, dia kakakmu. kau tidak boleh berkata seperti itu, dan honey, dia tidak menyukai teman prianya," tegur mom dan aku malah bergerak tidak setuju.

"Nah lihat, mom saja tau kebenarannya dan kau masih saja menuduhku tidak-tidak," ujar jared yang entah kapan ia datang karena keberadaanya seperti vampire.

Aku melepaskan pelukanku pada mom dan menghadap padanya sembari bersidekap tangan, "Oh ya? Lalu apa yang kau lakukan dengan teman oh.. Atau pacar priamu kemarin?"

"fuck!-"

"Bahasamu, Jared!" peringat mom.

Jared menggaruk lehernya yang tidak gatal sembari memberi cengiran pada Mom. "Sorry mom."

"Oleh karena itu kau mengatakanku seperti itu?" desisnya padaku dan aku mengangguk.

Aku mendekat padanya dan berbisik "bahkan aku tau jika kalian ingin ber--"

"Hentikan," sela Jared dengan cepat dan wajahnya menjadi merah padam.

Aku menyeringai. "Jangan memerah Jared, kau seharusnya sudah tau mana yang kau mau dan tidak tapi kau lebih memilih pria daripada wanita. Tenang saja, aku tidak akan menghakimimu."

Pletak!

Ia menjentik dahiku. "Itu hanya accident bodoh!" setelah itu ia berlalu dari hadapanku menuju meja makan dan meminum susu.

"Jangan mengelak, aku melihat jelas jika kalian akan berci---"

Splash!

Kali ini jared memuntahkan susu yang di minumnya kek mukaku. Ouh! betapa joroknya dia!

"Jared!" desisku tajam padanya sedangkan ia tersenyum meremehkan.

Ia mendekat padaku dan mengusap pundakku yang ikut terkena basah. "Disini terlalu kotor seharusnya kau bersihkan badan jelekmu."

"Kau sialan!" marahku dan berlari ke atas menuju kamar lalu tak sengaja aku menabrak kakakku. Kakak kedua.

Ia terkikik, "Bisakah kau kondisikan mukamu? Kau sedang maskeran?" tanyanya yang entah polos atau memang ingin menyindirku.

"Tidak, ia tadi ingin susu milikku dan aku memberikannya padanya." Suara itu membuatku berbalik dan mendapatkan Jared yang bersender di dinding sembari bersidekap tangan.

"Hell, Jared! Bagaimana kau bisa langsung datang tiba-tiba, apakah kau vampir, iblis, roh terkutuk, mahluk dunia lain?" singgungku padanya.

Dan ia berdiri tegap dari senderannya. Lalu membentangkan tangannya. "Aku adalah malaikat." Dia mengatakan hal memalukan itu dengan wajah yang bisa dikatakan bodoh.

Aku dan kakak keduaku a.k.a Logan hanya ternganga melihat kelakuan Jared yang seharusnya diumurnya sekarang ia harus bersikap dewasa.

"Pfft...wuahahaa," tawa pecah itu keluar dari Logan dan aku juga tertarik ingin tertawa, entah mengapa aku tertawa. "Wuahahaha."

Jared kesal kentara sekali tampak dari wajahnya yang memerah. "Jangan tertawa, Bodoh!" kesalnya.

Kami tidak menanggapi perkataannya dan kembali tertawa bahkan perutku terasa sakit sekali, aku tak dapat menahan air mata yang jatuh dari sudut mataku karena tidak bisa menahan tawa ini.

Jared menghampiri kami dan... Pletak! Pletak!

Ia menjentik kepalaku dan itu sangat sakit. Kenapa ia selalu melakukan hal kejam seperti ini pada kami, para adik-adiknya?

Aku mulai mengomel. "Pergilah kau ke neraka Jared dan bawa jentikan tanganmu yang menyakitkan itu bersamamu dan terbakarlah di sana." Setelah berkata itu aku memasuki kamarku meninggalkan Logan yang masih tertawa dan Jared masih dengan rasa kesalnya.

Aku merebahkan tubuhku di kasur. Ah... Aku kurang tidur, lebih baik aku kembali tidur. Oh sial! Tapi susu bekas semburan Jared sangat lengket di mukaku membuatku jijik sendiri, aku yakin jika aku tidak mencuci mukaku sekarang juga wajahku aku terinfeksi karena virus semburan Jared.

Aku mencuci mukaku dan setelah itu merasa segar sekali. Rasa lengket menjijikan itu hilang sudah dari muka suciku. Aku keluar dari kamar mandi dan sangat-sangat berniat untuk berbaring memeluk bantal kesayanganku dan kembali terlelap.

"Mika," panggil seseorang membuatku berhenti dari arah jalanku yang menuju kasur dan melihat pintu balkon asal suara panggilan itu.

Apa aku salah dengar? Atau mungkin itu panggilan dari Jared dan Logan? Kurasa aku hanya halusinasi karena kekurangan tidur.

"Mika."

Deg! Ini bukan halusinasi, aku mendengarnya lagi dan kini aku yakin jika suara itu benar-benar berasal dari balkon kamarku.

Aku takut sekaligus penasaran. Aku sejak tadi malam tidak membuka pintu balkon itu dan Jared tidak mungkin sebaik itu membuka pintu balkon kamarku, tapi yang sekarang kulihat pintu balkon itu terbuka lebar dan angin memasuki kamarku.

"Siapa?" tanyaku gemetaran.

"Kemari," panggil suara itu lagi.

Aku mundur dari arah balkon dengan tangan yang dingin. "Kemana?" tanyaku lagi.

"Majulah," perintahnya dan aku maju sedikit.

"Ayolah, itu sedikit sekali, maju ke arah balkon," kesal suara itu dan aku hampir saja terkikik kalau tidak ingat jika itu suara asing.

Aku lalu maju dan sampai ke balkon dan tidak menemukan siapa-siapa. Sial! Aku yakin pasti Jared yang mempermainkanku. Aku langsung menutup balkon itu dan menuju kasur.

Knock!

Ada ketukan di pintu balkon membuatku menoleh dan mendapatkan seseorang yang pastinya tidak aku sangka dan kucuriga sebelumnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status