Kini Nick berjalan turun ke lantai 1, lebih tepatnya ke dance floor untuk bertemu tamu VIP yang dimaksud Hilde.
Seketika Nick menghentikan langkahnya saat hampir sampai di depan sofa, matanya menatap serius ke arah depan.
Nick melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap tajam ke depan dan detik berikutnya dia tersenyum tipis.
Nick melangkahkan kakinya untuk berjalan pelan dan perlahan menurunkan pandangannya untuk menatap ke arah bawah, objek yang tengah berbaring di atas sofa.
Jolie tersenyum menggoda dan perlahan dia terbangun dari posisinya untuk duduk dihadapan Nick.
"Gue udah lama datang ke bar ini cuma untuk cari pemiliknya doang," ucapnya.
"Dan sekarang gue udah ketemu sama pemiliknya," lanjutnya lagi sambil mengedipkan sebelah matanya.
"..."
"Gue dengar banyak cewek yang habis dari sini, mereka bilang kalau pemilik bar ini tampan dan juga seksi," kata Jolie dan perlahan mengarahkan kedua bola matanya untuk memperhatikan Nick dari atas sampai bawah.
Jolie tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya perlahan.
"Hum... Dan gue percaya semuanya, sama apa yang mereka bilang, kalau pemiliknya itu beneran tampan dan juga seksi," puji Jolie sambil tersenyum menggoda.
Nick tersenyum miring mendengarkan pujian yang dilontarkan oleh Jolie untuk dirinya.
Jolie melipat kedua tangannya dan tidak lupa dia sedikit menurunkan leher bajunya, dia bermaksud untuk menggoda Nick dengan menggunakan payudaranya.
"Lo tahu, kan, apa maksud gue pesan VIP room?" tanya Jolie.
"Gue pesan VIP cuma demi lo," lanjutnya dan perlahan berdiri sambil merangkul Nick.
Nick melirik rangkulan Jolie, detik berikutnya dia tersenyum tipis.
Jolie mengusap lembut rahang tegas milik Nick.
"Gue bela-belain pesan VIP dan ninggalin kerjaan gue cuma demi lo, demi bermain sama lo. Nick..." ucapnya dengan nada suara yang menggoda.
Jolie menggerakkan tangan kanannya ke sana kemari untuk mengelus setiap inci wajah tampan yang dimiliki oleh Nick.
Nick yang mendapatkan perlakuan itu tersenyum menyeringai.
Jolie perlahan menjatuhkan pandangannya untuk menatap bibir tipis Nick.
"Bagaimana kalau kita bermain? Atau kita pemanasan terlebih dahulu di bagian pertama," tawar Jolie, tangannya bergerak untuk mengelus ujung bibir tipis milik Nick.
"Ciuman panas sepertinya lebih enak dan lebih bergairah sebagai pembuka," bisiknya dengan seksi.
Nick tidak bergerak di tempatnya dan hanya terus memperhatikan gelagat yang dimainkan oleh Jolie.
Jolie perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Nick, tetapi sialnya karena Nick langsung memundurkan wajahnya dengan cepat.
Jolie yang mendapatkan perlakuan itu langsung merenggut kesal.
"Emangnya lo berani bayar berapa, sampai lo niat banget buat nyentuh bibir gue pakai bibir lo?" Nick bertanya dengan santai sambil tersenyum tipis dan tidak lupa kedua tangannya melipat di depan dada.
"Gue berani bayar cash dan juga kepuasan. Gue bisa puasin lo dengan menggunakan mainan gue," ucap Jolie sambil tersenyum dengan lembut.
Nick yang mendengarkan itu langsung tertawa dengan begitu deras, kedua alisnya langsung terangkat ke atas.
"Lo beneran?"
"Hum..." Jolie tersenyum tipis.
Nick langsung memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya.
"Sayangnya, gue nggak mau sama yang udah kendor. Gimana dong?" tanya Nick, dia membuat ekspresi sedih.
Jolie yang mendengarkan penghinaan itu langsung mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat.
Nick tersenyum lebar saat dia melihat semburat kemarahan melalui kedua bola mata Jolie.
Perlahan Nick mendekati Jolie dan mengarahkan bibirnya tepat pada daun telinga kanan wanita itu.
"Gue tahu, lo adalah bitches dari club Morega," bisiknya sambil tersenyum menyeringai.
Jolie membulatkan kedua bola matanya karena kaget. Kenapa Nick bisa tahu tentang identitasnya?!
Nick perlahan melangkahkan kakinya untuk berjalan mundur, senyuman kemenangannya tersungging dengan begitu tenang.
"Selamat bersenang-senang," ucapnya dengan singkat, lalu kemudian melangkahkan kakinya untuk berjalan pergi dari sana.
Jolie menghentakkan kakinya dengan begitu emosi di atas lantai.
"Sial..." gumam Jolie.
Seseorang tiba-tiba datang untuk menghampiri Jolie.
"Loh... Nick nya mana?" tanya Hilde, dia memasang ekspresi kaget dan panik.
Jolie yang melihat drama yang dimainkan oleh Hilde, dengan cepat mengalihkan pandangannya untuk menatap tajam pria itu.
"Lo jangan pernah sok peduli!" pekiknya dengan begitu emosi.
Hilde tersenyum menyeringai sambil menganggukkan kepalanya karena ternyata drama yang dia mainkan itu sudah diketahui dengan cepat oleh Jolie.
"Nichje bar enggak sebodoh dengan apa yang lo kira," ucap Hilde sambil menyunggingkan senyuman meremehkannya.
Jolie tidak bisa berkata apa-apa selain hanya menatap marah tepat pada kedua bola mata Hilde.
"Dan..." Hilde menggantung ucapannya dan perlahan dia memperhatikan Jolie mulai dari atas sampai bawah.
Dia menyunggingkan senyuman liciknya.
"Dengan cara lo untuk menjatuhi Nick biar Nichje bar hancur, lo salah besar. Karena satu-satunya jalan untuk menghancurkannya adalah hati Nick," lanjut Hilde.
Jolie yang tadinya menatap marah ke arah Hilde langsung beralih untuk menatap keheranan ke arah pria itu.
"Selamat bersenang-senang," ucap Hilde dan tidak peduli dengan tatapan keheranan yang diberikan oleh Jolie.
"Sial!" teriak Jolie emosi.
Nick kini berjalan ke arah parkiran, tetapi langkah kakinya terhenti karena seseorang menahan pergelangan tangannya dengan cepat."Lo mau ke mana?" tanya Hilde."Apart," jawabnya singkat."Sialan!" Hilde menghembuskan nafasnya dengan kasar."Lo tadi katanya mau lembur. Ngapain tiba-tiba mau balik ke apart?!""Gue nggak mood pas jumpa jodoh lo tadi.""Siapa, anjir?!" tanya Hilde bingung."Jolie," jawab Nick dengan tenang dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Hilde."Anj! Lo kalau bicara jangan semena-mena. Ya kali kalau dia jodoh gue! Bangsat lah!" kesal Hilde.Nick hanya tersenyum tipis dan kembali melangkahkan kakinya untuk berjalan menuju parkiran."Lo beneran nggak tinggal di sini?!" Hilde kembali memastikan.Nick tidak menggubris pertanyaan sahabatnya itu dan lebih memilih untuk melanjutka
Angel terduduk dengan cepat dan tidak lupa pandangannya langsung melirik ke arah samping."Ishhh! Kok masih tidur, sihhhh?!"Angel mengerucutkan bibirnya dan perlahan berjalan menuju kamar mandi.Angel membasuh wajahnya dan kembali menghampiri Nick yang masih tertidur pulas."Tidurnya pulas banget, sih. Kan, Angel nggak tega bangunin Daddy," gumamnya sambil mengerucutkan bibirnya."Daddy..." bisiknya pada daun telinga Nick."...""Daddy-nya Angelll! Sekarang udah pagi! Bangun, daddy..." bisiknya lagi dengan suara lembut."..."Angel langsung menghembuskan nafasnya dengan kesal dan mengerucutkan bibirnya."Daddyyyyyyyyy!!"Nick yang sudah mulai terganggu dengan suara Angel langsung membuka matanya.Nick perlahan memicingkan matanya."Jangan ganggu, Ngel. Gue la
Angel kini sudah berada di taman kompleks yang memang di sana banyak orang yang sedang jogging pagi.Sebenarnya Angel tidak terlalu suka berolahraga, apalagi berolahraga pagi seperti ini.Cuma saja Angel sedikit kesal dengan Nick, sehingga Angel lebih memilih berjalan sendiri karena merasa suntuk juga di apartemen."Kenapa Nick minta dingertiin terus sama Angel?! Padahal Nick sendiri nggak pernah ngertiin Angel! Angel cuma mau jalan-jalan sama seperti pasangan yang biasanya, berjalan santai di hari Minggu biar senang-senang," ucap Angel dengan kesal."Tapi dia lebih milih tidur!" lanjutnya lagi sambil memandang kesal ke depan."Oke! Angel tahu kalau Nick itu bekerja di saat malam dan pulang saat subuh. Tapi, dia bisa, kan, sekali-kali keluar jalan sama Angel?"Angel mengerucutkan bibirnya sambil terus berjalan dengan begitu kesal."Ishhhhhh! Mau cari daddy baru. Tap
"Nick mana, sih?! Katanya mau datang ke sini. Ish... Apa dia bohong sama aku?!" tanya Angel, dia merasa bosan menunggu.Sembari menunggu kedatangan Nick, Angel lebih memilih untuk meminum coffee-nya sambil menatap lurus ke depan.Angel mengangkat cangkir coffee-nya dan detik berikutnya dia menghirup aroma coffee tersebut dengan dalam-dalam."Wuahhhh! Enak kali lah!" pekiknya sambil tertawa kecil.Seseorang menghampiri Angel, lalu kemudian duduk di depan Angel sehingga membuat Angel langsung reflek mengangkat pandangannya.Nick tengah duduk di depan Angel sambil melipat kedua tangannya di depan dada."Daddyyyyyyyyy!"Angel tersenyum lebar."Kenapa lama?" Nick menatap Angel dengan tajam.Angel mengerucutkan bibirnya dengan lucu."Ih... Mana ada Angel lama?! Orang Angel cuma lari beberapa jam doang," jawabnya dengan manja."Lari atau makan?" Nick mengangkat alis kanannya dengan tinggi sambil menatap junk food yang ada di
“Tumbenan banget lo mau jadi bartender, biasanya juga ogah banget buat jadi bartender,” ledek Hilde saat melihat bosnya itu sedang meracik minuman.“Lagi mood,” jawab Nick singkat.“Halah!” Hilde mendecih sinis. “Mood apaan? Bagus kalau lo ke dance floor aja, goyang-goyang disana bareng cewek-cewek jalang,” lanjut Hilde.Nick yang mendengarka itu hanya mendecih sinis sambil tersenyum sinis. Hilde memutar bola matanya dengan malas saat melihat reaksi Nick.“Ya kali gila... Pemilik bar jadi bartender. Gila banget nggak, sih?” ledek Hilde.“...” Nick hanya diam dan lebih memilih untuk meracik alkohol untuk tamu VIP-nya.“By the way Nick. Kenapa Angel nggak pernah datang ke bar lagi, sih?” tanya Hilde.Nick langsung menghentikan aktifitasnya untuk meracik alkohol dan menatap tajam tepat pada kedua bola mata Hilde.“
Kini Angel dan kedua orang tuanya terduduk sambil menyantap sarapan pagi mereka bertiga.“Bagaimana dengan sekolah kamu, Nak?” tanya ibu Angel, Choi Anneliez.“Hum... Baik-baik aja kok, Ma,” jawab Angel sambil mengunyah rotinya.“Kamu nggak ada masalah dengan sekolahmu?” tanya sang mama lagi.“Gak ada,” jawab Angel lagi.“Kalau ada masalah sama sekolah kamu, kamu bilang aja sama mama ataupun papa,” kata sang mama dengan nada suaranya yang begitu lembut.Angel tersenyum tipis sambil membatin di dalam hatinya.“Apaan mau bilang, bahkan aku aja kurang perhatian dari mama dan papa,” batin Angel sambil tersenyum kecut.“Tapi papa lihat-lihat, kamu gak pernah sedikitpun pakai kartu ATM-mu. Kamu pernah pakai, sih. Tapi kamu make kartumu jarang banget,” sahut sang papa, Lay Hwang.“Gimana mau pakai kartunya, orang semua belanjaan aku dibaya
Angel kini sudah berada di dalam mobil Nick menuju perjalanan pulang ke apartemennya.Nick sekilas melirik Angel yang sedaritadi hanya terdiam dan tidak berbicara sedikitpun.“Tumben banget bocah sebiji ini diem,” batin Nick.“Ngel,” panggil Nick.“Ha?!” Angel langsung menatap Nick dengan cepat.“Tumben banget diem dan nggak banyak bicara.”“Ah... Lagi nggak mau bicara aja, Dad. Takut Angel ganggu daddy buat nyetirnya,” jawab Angel sambil tersenyum lembut.Nick menatap Angel beberapa detik untuk memperhatikan mimik wajah curiga wanita itu, hingga pada akhirnya Nick menghembuskan nafasnya dengan panjang.“Mau kemana dulu?” tanya Nick tiba-tiba.“Ha?!”Nick langsung menepikan mobilnya.“Kok berhenti?” tanya Angel heran sambil menatap Nick.Nick membalas tatapan Angel.
“Bro!”Nick langsung melirik Hilde dengan malas.“Hari ini ada bocah yang ulang tahun dan katanya mau pesan bagian balkon. Dia mau booking bagian balkon sama mau pakai kolam yang ada di lantai dua,” jelas Hilde.“Ck... Dan lo nanya sama gue?” tanya Nick datar saat setelah dia mendecih sinis.“Iya lah, gue nanya sama lo!” jawab Hilde. “Boleh, kan?” tanya Hilde sambil menaik turunkan alisnya secara bergantian.“Lo tahu dengan jawaban gue, kan?” tanya Nick sinis.“Iya?” jawab Hilde dengan sedikit ragu.“Gak!” tegas Nick, dia langsung berjalan pergi menjauhi Hilde.“Astaga Nickkkk!” rengek Hilde sambil mengekori Nick dari belakang.Nick langsung menghentikan langkahnya saat dia mendengarkan reng