"Hentikan semuanya, Mama! Angel tak menyukai Bryan! Angel hanya menginginkan Nick!" teriak Angel histeris.
Choi menatap anaknya dengan linglung."Hilde bilang bahwa Nick tak pernah dijodohkan sedikitpun. Kalianlah yang sedang berusaha membuat Nick menjauh dariku! Aku tak ingin kalau harus kehilangan Nick!" lanjutnya histeris."Jangan membantah mama, Angel!" tegas Choi memperingati.Angel terkekeh sinis."Apalagi yang mau mama katakan?! Semuanya sudah terbukti, Mama! Terbukti!" bentaknya."Kalian berusaha membuat Nick menjauh dariku, tetapi kalian tak bisa sedikit," sinis Angel."...""Angel! Pertunangan kita sudah dilanjutkan! Jangan gegabah! Nick hanya masa lalu kamu saja, Angel!" bentak Bryan.Plak!Kedua bola mata Bryan membulat dengan begitu lebar usai mendapatkan tamparan keras dari Angel pada wajahnya."Jangan ikut campur bajingan!" teriak Angel emosi."Aku maupun Nick tidak akan pernah puJam sudah menunjukkan waktu pukul dua belas di malam hari ini."Nick, apa maksud kamu tadinya?" tanya Angel pelan."..."Nick bergeming."Nick-""Jangan bicara dan diam!" potong Nick dengan dingin.Angel mengatupkan bibirnya dengan cepat sambil menatap Nick dengan begitu geram. Bisa-bisanya Nick memotong ucapannya seperti itu."Hah! Mana bisa aku diam seperti orang bodoh begini, Daddy?! Aku itu penasaran!" kesal Angel.Nick melirik ke arah Angel. Kedua bola matanya menatap Angel dengan begitu tajam.Angel mendengkus kesal."Tuh kan! Pasti aku salah lagi!" kesalnya sambil menggaruk kepalanya dengan emosi.Nick memijat pelipisnya degan kesal. Kenapa wanita yang ada disampingnya itu menggemaskan sekali."Coba jelasin dong! Siapa anak siapa? Siapa yang kaya atau apalah itu!" kesal Angel seakan-akan dia ingin berubah saja menjadi Mama Zola saat itu juga Nick hanya memilih untuk mendengarkan Ang
"Mama! Apa maksud, Nick sialan itu?!" tanya Bryan emosi."Kenapa dia datang dengan gaya sok elegannya dan merebut Angel-ku?!" tanya Bryan lagi dengan penuh amarah."..."Narang bergeming dan tidak menjawab pertanyaan anak tunggalnya itu."What the hell! Kenapa mama hanya diam saja?! Jawab pertanyaan Bryan, Mama!" seru Bryan lagi dengan emosinya."Jaga ucapan kamu Bryan!" seru Jacob saat melihat istrinya disudutkan oleh anaknya.Bryan menghembuskan napasnya dengan kasar."Bagaimana Bry tidak emosi, Pa. Bryan harus kehilangan Angel karena direbut oleh anak adopsi itu!" kesal Bryan."Bryan-""Apa lagi, Mama?!" potong Bryan."Apa mama mau bilang kalau Nick itu anak orang kaya, sedangkan kita dari kalangan orang miskin?!" tanya Bryan kesal."Ya. Nick memang berasal dari orang tua kaya. Lebih tepatnya, Nick adalah anak konglomerat," jelas Jacob.Bryan tertawa sinis."Apa-apaan ini?! Papa berangga
Jam sekarang menunjukkan kalau waktu sudah memasuki jam delapan pagi.Seorang gadis lucu tengah berlari menuju gerbang sekolah kebanggaan China itu.Ah ... Tak lupa di belakangnya juga terdapat seorang lelaki yang tengah berlari dengan begitu cepat menuju gerbang sekolah."Astaga! Aku tidak menyangka kalau aku akan terlambat hari ini!" rutuk Angel."Ck! Padahal kemarin aku hanya menikmati waktu bersantai dan hiburan malam ku bersama Evie hingga jam satu malam!" lanjutnya.Kedua bola mata Angel membulat dengan begitu lebar saat satpam sekolah sudah bersiap untuk menutup pintu gerbang sekolah itu."Yakkkk! Jangan ditutup dulu gerbangnya, Pak!" teriak Angel keras.Sret!Angel langsung merasa lemas saat itu juga dikala dengan tiba-tiba sang satpam menutup gerbang sekolah."Pak! Bukain dong!" teriak Angel kesal."Maaf. Anda sudah terlambat setengah jam yang lalu," kata sang satpam memperingati."Tapi, kan, bapak
Nick berjalan memasuki apartemen Angel dengan begitu santai. Dia tak takut dengan Choi. Dia tak takut dengan Lay.Nick melirik ke arah dua orang yang tengah berbincang dengan serius satu sama lain di ruang tamu itu.Ah ... Jam dua subuh begini, memangnya masuk akal kalau ada sepasang suami istri tengah berbicara serius di ruang tamu?"Bagaimana bisa kita lalai menjodohkan Angel dan Bryan?! Bukannya kamu bilang kalau Jacob berasal dari keluarga terpandang dan juga pewaris kekayaan terbesar di sini?!" tanya Choi tak habis pikir kepada suaminya."Aku sudah bilang, Angel harus bersama Bryan karena Bryan anak orang kaya!" lanjut Choi dengan penuh emosi."Arg! Aku tak habis pikir kalau mangsa kita ternyata daging busuk!" sinis Choi.Lay menatap istrinya dengan datar. Choi melirik ke arah Lay."Kenapa kamu diam saja, Bajingan?! Bukankah aku bilang, kamu harus cari cara agar kita tidak terpandang buruk di mata Nick?!" bentak Choi kepada suami
Waktu berlalu dengan begitu cepat. Evie sekarang sedang berada di dalam kelasnya, lebih tepatnya dia duduk di atas kursinya sembari menunggu kedatangan sahabatnya.Evie mendengkus kesal sambil celingak-celinguk ke sana kemari karena Angel sahabatnya tak kunjung datang dan masuk ke dalam kelas."Haish! Si Angel kemana, sih?!" tanya Evie kesal sambil menghela napas panjang.Evie kembali mengatur deru nafasnya sambil menatap ke arah ambang pintu kelas dan berharap agar Angel datang dengan cepat.Hari ini, Evie ingin menceritakan semua rasa kesalnya. Dia kesal karena malam tadi Hilde tak berlaku romantis kepadanya, dia ingin kalau Angel memberi pelajaran untuk pria sok tampan itu.Ck! Padahal Hilde memang tampan."Waktu belajar akan dimulai dalam lima belas menit lagi. Gerbang sekolah akan ditutup!"Evie membulatkan matanya dengan begitu lebar. Itu tadi suara bel sekolah, kan?!Tadi, sudah ada pemberitahuan gerbang sek
Brak!Hilde menutup telinganya dengan kedua tangan berototnya usai mendengarkan vas bunga itu berakhir pecah di belakangnya.Prang!Sekali lagi retakan itu kembali menggema di kedua telinga Hilde, membuat pria itu menggeram rendah sambil menghembuskan napas dengan kasar."Sialan ..." umpat Hilde pelan karena kakacauan itu.Hilde mengarahkan pandangannya untuk menatap seluruh kekacauan yang ada di dalam apartemen mewahnya.Televisi yang sudah pecah layarnya.Vas bunga yang sudah hancur tak bisa diperbaiki.Piring kaca yang pecah tak terbentuk berserakan kesana kemari di atas lantai.Bahkan, meja kaca di ruang tamu patah menjadi dua bagian.Oh sial! Berapa kerugian Hilde saat ini di dalam apartemennya?"Apart gue hancur macam kapal pecah ..." lirih Hilde sambil mengusap wajahnya dengan kasar.Hilde melirik ke arah si pelaku yang tengah mengatur deru napasnya. Sang pelaku bersikap santai dan tenang
Evie membalikkan badannya sambil menatap wanita yang tidak jauh dari hadapannya."Hey! Lo lagi?" seru Evie.Wanita itu menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menjawab pertanyaan Evie."Duduk dulu gih," tawar Evie."Makasih," jawab si wanita mungil dengan lembut.Wanita itu duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Evie. Kursi kosong itu biasanya diisi oleh Angel, tetapi kali ini kursi kosong itu diisi oleh wanita mungil, polos dan sama sekali tidak Evie kenali."Lo mau pesan apa? Nanti biar gue yang pesanin," kata Evie menawarkan.Wanita itu terkekeh kecil."Buat apa mesenin aku, sih? Kan, aku punya kaki sendiri. Emangnya, apa guna kakiku?" kata si wanita mungil.Evie tertawa pelan."Lo gemesin banget deh!" puji Evie.Wanita itu terkekeh."Ah iya. Aku ke sana buat pesan makan dulu, yah!" seru wanita mungil itu."Uhm ... Iya," gumam Evie.Wanita mungil itu berdiri, lalu menuju salah
Evie dan Angel tengah duduk di depan peti mati yang berisikan mama Angel yang sudah tak bernyawa.Para pelayat dengan pakaian serba hitam mereka juga duduk untuk mengirimkan doa kepada mama Angel yang sudah tak bernyawa itu.Angel terus menangis atas kepergian mamanya yang tidak diduga-duga itu, tetapi berbeda dengan Evie, dia malah bertanya-tanya di dalam hatinya."Apa Nick benar-benar setega itu sampai rela membunuh mama Angel hanya karena dia yang ingin bersatu dengan Angel tapi tak direstui."Kalau Evie pikirkan hal itu, dia merasa kalau Nick tak segila itu hanya untuk mendapatkan restu saja. Membunuh? Sungguh gila kalau memang Nick memiliki niat bejat seperti itu kepada mama Angel dari awal."Ngel, lo yang sabar, yah," kata Evie dengan lembutnya kepada Angel.Angel menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil terus menangis dan memegang peti mati sang mama."Gimana aku enggak nangis, Vie. Mama aku meninggal dan papa