Mom Sarah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Barang itu dibungkus dengan rapi dengan warna biru laut. Kotak itu berukuran kecil, entah apa isinya.
Dia memberikan kotak itu kepadaku. Aku tidak berani menyentuhnya. Sepertinya barang berharga. Untuk apa bosku memberikan hadiah padaku. Apa ada udang dibalik batu? Apa karena aku karyawan teladan? Hatiku bertanya tanya menanti jawaban.
"Terimalah, Pram. Itu hadiah dariku karena kamu sudah mengantarku," katanya dengan senyum yang tersungging di bibir.
Pram, kuasai dirimu. Kamu bukan laki-laki matre. Kamu laki-laki yang punya harga diri.
Aku menolak pemberiannya. Aku tidak bisa melakukan ini. Dia sudah terlalu baik kepadaku. Aku tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apa kata dunia. Walaupun aku tidak punya harta tapi aku punya harga diri.
Bibirnya agak dimanyunkan,matanya sendu. Dia kelihatan marah. Mukanya tertunduk. Aku serba salah dihadapan bosku ini. Apa yang harus kulakukan? Mataku melihat ke atas dan kebawah. Mencari cari alasan yang tepat untuk menolaknya.
Aku tidak bisa membuat kecewa bos yang sudah terlalu baik kepadaku. Sudah berapa kali aku melakukan kesalahan, dia selalu memaafkanku. Mungkin teman-temanku ada perasaan iri kepadaku.
Kugaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Kubetulkan kaosku. Serba salah. Aku seperti anak kecil yang baru saja dimarahin ibunya.
Mom Sarah masih diam. Dia memainkan ponselnya. Wanita itu tidak menyapaku. Untung saja pelayan restoran segera datang membawa pesanan kami.
Segelas jus jeruk mampu melepaskan kegelisahanku. Membasahi tenggorokanku yang seakan tersekat karena suasana kaku dan dingin di meja kami.
Jangan-jangan aku dipecat. Aduh. Aku harus bergerak cepat. Jangan sampai bosku yang cantik ini memecatku gara-gara aku menolak hadiahnya.
"Baiklah, Mom," kataku memecah keheningan.
"Aku terima hadiah dari Mom Sarah. Tapi sepertinya ini terlalu berlebihan Mom. Aku tidak enak dengan teman-teman lain di kantor. Bagaimana nanti mereka memandangku. " Aku menatap wajahnya yang lembut.
Baru kali ini aku berani langsung menatap matanya yang sendu. Mata elangku langsung menukik di matanya. Ingin menaklukkan dan menundukkan wajah lembut di hadapanku.
Tiba-tiba senyumnya merekah. Bagai bunga mawar yang sedang mekar. Pipinya yang agak merah dan lesung pipitnya terlihat ranum. Nampak pemandangan wanita solekhah di depanku.
"Terimakasih ya, Pram," ujarnya lembut.
"Bukalah! Mudah-mudahan kamu suka," imbuhnya.
Kubuka kotak kecil warna biru di depanku. Otaku bergerilya. Apakah gerangan isinya?
Barang berharga atau sesuatu yang lucu."Wow!" seruku kaget.
Saking senangnya kakiku menginjak kakinya yang duduk di depanku.
"Aauuu!" pekik mom Sarah.
""Maaf, Mom," ujarku menyadari kekonyolanku.
Mom Sarah hanya meringis kesakitan. Kakiku ini memang tidak punya mata. Seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah dari ibunya.
Setelah kubuka kotak kecil itu, ternyata isinya adalah sebuah jam tangan yang keren. Mungkin beberapa bulan gajiku belum bisa membeli jam tangan mewah itu.
Aku tidak percaya Mataku terbelalak memandangi barang itu. Seolah mimpi di siang hari. Kupegangi pipiku. Aku memang bermimpi mempunyai jam tangan seperti itu. Tapi apalah dayaku. Aku hanya karyawan biasa yang gajinya kecil.
"Ini buatku,Mom?" tanyaku tidak percaya.
Mom Sarah mengangguk pelan. Perlahan dia membuka arloji itu dan memakaikan di tanganku. Memang kelihatan keren. Penampilanku tambah ganteng dan keren.
"Bagaimana kamu suka tidak? Sengaja aku memilih ini buatmu. Dengan arloji ini semoga kamu bisa menghargai waktu," katanya.
Dia memang wanita hebat. Memang aku sering masuk kerja telat.Karena paginya aku harus nyambi jadi tukang ojek dulu.
Dia ternyata sangat memperhatikanku. Aku tidak menyadarinya.Terkadang ada perasaan risih dan malu. Karena sering banget dia memanggilku hanya untuk mengerjakan sesuatu yang kurasa hanya sepele. Bahkan teman-temanku meledekku sebagai simpanan bos.
Duh kejam sekali tuduhan mereka. Aku tidak pernah berpikir untuk berbuat nekat seperti itu. Tujuanku hanya satu yaitu menyelesaikan kuliahku dan bisa menjadi seorang chef. Dengan mencari tambahan penghasilan, bekerja apa saja yang penting halal.
"Bagaimana?" tanyanya lagi membuyarkan lamunan kosongku.
"Eh iya Mom, aku suka banget. Thank you, Mom," jawabku tergagap.
"Pram..!" panggil mom Sarah dengan nada yang paling rendah.
"Yes, Bos ," jawabku sambil bercanda.
Sekarang aku mulai berani dengan bosku ini. Kedua telapak tanganku kuletakkan diatas meja sambil mukaku menatapnya serius.
Mom Sarah diam. Sepertinya dia ingin mengungkapkan sesuatu yang mengganjal hatinya tapi susah untuk mengatakannya. Apa ya?
Mom Sarah menunduk.Tangan kanannya memainkan sendok kecil yang ada di kelas minumannya. Sementara kanan kirinya mengetuk ngetuk meja.
"Mom..!" ujarku mengagetkannya.
"Ada apa? Apakah aku mau dinaikan jabatan? Masak ganteng kayak gini menjadi office boy," kelakarku.
Tanganku membetulkan rambut jambulku di depannya. Tak urung dia tersenyum melihat tingkahku yang lucu.
" Pram..Eeh.." kata mom Sarah ragu.
" Apa sih Mom. Bikin penasaran ," kataku.
"Kamu sudah punya pacar belum? " tanya Mom Sarah akhirnya.
Nampak mukanya merona dan matanya tertunduk. Dia tidak mampu memandangku. Ups. Aku jadi ikut malu. Mengapa bos menanyakan hal itu.
"Ehem…ehem…."
Aku hampir tersedak dengan ludahku sendiri mendengar pertanyaan bos. Aku menduga mau kemana arah pembicaraannya. Apakah dia mau menjadikanku mantu kesayangan, atau apa?
" Pacar?" tanyaku ulang sambil mengernyitkan dahi.
Aku minum jus yang masih tersisa. Sembari berpikir jawaban yang tepat untuk bosku yang cantik ini. Yah.. selama ini aku memang belum punya pacar. Tidak ada waktu untuk mencari pacar atau lebih tempatnya tidak ada yang mau denganku. Pemuda ganteng tetapi tidak kaya. Cewek sekarang maunya yang ganteng dan kaya. Hah…Nasib..
Mom Sarah masih memandangiku. Seakan mencoba memikat hatiku. Setiap pandangan sendunya mengandung arti yang aku tidak pernah tahu. Dia menunggu jawaban dariku dengan sabar.
"Belum punya Mom," jawabku malu.
"Tidak ada gadis yang mau menjadi pacarku Mom. Laki laki anak kuliahan yang nyambi sebagai seorang cleaning service. Wajahku si ganteng seperti Riski Billar tetapi aku tidak kaya mana ada yang mau menjadi pacarku Mom," tambahku.
"Ooo."
Hanya kata itu yang keluar dari mulut bosku. Senyumnya tambah merekah seperti bunga-bunga yang bermekaran. Lama lama aku duduk dihadapan bosku, aku bisa tergoda. Melihat sikap ramahnya, tutur sapanya, dan tertawanya yang sangat khas.
Ingat Pram! Dia bosmu yang harus kamu jaga.
Hah. Hatiku mulai tergoda. Mungkin bos mau menjadikanku mantu atau naik jabatan menjadi Chef di restorannya.
Pelayan datang membawa makanan yang kami pesan. Ada tiga jenis makanan yang dia pesan. Kita memang mempunyai persamaan dalam selera.
Pelayan menaruh semua pesanan diatas meja."Pram, coba kamu makan kuah ini!" kata Mom Sarah sambil menyuapiku kuah sup di mangkoknya.
"Kamu bisa menebak bahan-bahan yang ada di dalamnya."
Aku hanya menurut ketika wanita itu menyuapiku. Kuah sup ini memang rasanya khas dengan rempah-rempah. Rasanya pedas, asam dan manis yang seimbang.
Yah. Makanan yang kami pesan adalah semangkok sup iga bakar, nasi lemak dan semangkok bakso pedas buatku. Aku makan dengan lahap. Memang aku menahan lapar dari sore tadi.
Padahal mom Sarah sudah mempunyai restoran yang besar tetapi dia juga sering pergi ke restoran lainnya. Hanya untuk mencoba makanan baru.
Kami makan dengan santai. Bahkan dia sudah melupakan pertanyaan tentang pacarku. Aku menjadi penasaran dengannya. Mengapa dia menanyakan tentang pacarku?
Perutku rasanya kenyang sekali. Aku mengelap mulutku dengan tissu dan mencoba rileks.
"Mom," panggilku pada bosku.
Mom Sarah menatapku sebentar. Dia nampak sudah tenang sekarang. Tidak seperti tadi yang kelihatan gelisah.
"Sebenarnya apa yang mau Mom tanyakan tentang pacarku," tandasku.
Setelah selesai makan, wanita yang berlesung pilot itu membetulkan make up di wajahnya. Membubuhkan bedak tipis di pipinya, dan mengoleskan lipstick tipis di bibirnya. Setelah itu, dia menatapku dengan penuh arti. Sebelum berbicara nampak dia menghela nafas.
" Pram, aku mau bicara denganmu sangat penting. Ini menyangkut tentang kehidupanku dan masa depanmu. Memang kelihatan kurang etis ya. Tapi aku tidak mau menunggu terlalu lama. Tersiksa dalam perasaan yang selalu menggangguku. "
" Kamu boleh menolaknya atau menerimanya. Setidaknya aku megetahui dan aku tidak penasaran dengan perasaanku."
Aku mendengarkan arah pembicaraannya. Apa sebenarnya yang dimaksut dengan perasaannya. Duh. Kok hatiku menjadi tidak karuan ya.
Jangan ….jangan.
Bersambung….
Jangan-jangan apa ya?
Liburanku di desa sudah selesai. Kini kami sudah berada di Jakarta kembali. Sarah sudah sibuk dengan kegiatannya di restoran. Perombakan besar-besaran dilakukan Sarah. Dia mulai membenahi keuangan restauran yang sempat berantakan. Juga pengambilan modal Hans yang sangat besar.Aku juga mulai sibuk dengan caffeku yang semakin lama tambah ramai. Malah pertemuanku dengan Sarah hanya waktu jam makan siang dan pulang bareng.Setelah selesai dengan urusanku di Caffe aku selalu setia untuk menjemputnya. Terkadang Santi sesekali mengirimkan sebuah pesan. Semua itu juga aku memberitahu Sarah. Kejujuran dan kepercayaan adalah penting bagiku.Aska mulai sibuk dengan Boarding Schoolnya. Saat ini Aska memilih sekolah terpadu dengan pesantren yang ada
Sore ini semua rombongan akan pergi ke kota Semarang. Kami ingin menikmati indahnya ibu kota Jawa Tengah. Malamnya kami semua akan menginap di sebuah villa yang sudah disewa Sarah.Ibu menolak untuk ikut bersama kami. Nita sangat bahagia ketika ikut dengan rombongan. Walaupun Sarah memaksa, ibu menolak dengan cara halus. Hanya Bi Iyem yang nanti bertugas menjaga Atta dan Arsya. Akhirnya kami berangkat pergi keliling Kota Semarang. Mobil Caravel warna biru itu meninggalkan rumah ibu menuju Simpang Lima Kota Semarang. Selama perjalanan terdengar semua anak bersandau gurau. Aska nampak sibuk masih memainkan ponselnya di samping Nita. Mereka bercanda berdua. Sementara Atta dan Arsya sibuk dengan ponsel memainkan game. Sarah juga sibuk dengan ponselnya sendiri.Kulirik Sarah yang wajahnya makin cantik setelah
Bab 103Hari ini masih pagi, kumandang azan di musala dekat rumah terdengar sangat merdu. Suara Pak Ahmad sangat menggetarkan jiwa.Aku memindahkan Atta dan Arsya ke dalam kamarku. Sementara Aska sudah bangun. Ibu dan Bi Iyem sudah rapi dengan mukenanya bersiap untuk ke musola.Sarah sudah sibuk di dapur memasak air panas untuk membuat teh. Aku memeluknya dari belakang."Good morning, Cinta!" sapaku sambil mencium lehernya yang terbuka. "Good morning, Sayang," balasnya dengan membalikkan badan menghadapku."Duh menantu ibu, rajin amat, ya!" sindirku masih memeluknya."Sana gih, ke musala dulu. Soalnya tegangan
Bulan madu ke luar negeri yang sebelumnya kami rencanakan akhirnya dibatalkan. Sarah hanya ingin tahu kampung halamanku sekalian berinteraksi dengan keluargaku.Sarah akan mengajak semua anak-anaknya juga Bi Iyem. Sejenak melupakan kejadian yang telah menimpaku dan Sarah. Ibu sangat gembira ketika mendengar mereka akan ikut pulang kampung untuk liburan.Sementara semua urusan bisnis yang ada di Jakarta sudah diserahkan kepada semua pegawainya. Aku juga sudah menunjuk pegawai kepercayaanku untuk memegang kendali atas kelancaran cafe.Tidak lupa aku nanti akan memantau dari jauh perkembangan cafe dan restoran Sarah.Hari yang ditentukan semua rombongan bertolak ke Semarang. Kali ini aku kembali y
Bab 101Bang Zoel berjalan tertatih menuju ke arah kami.Tangan kanan menjulur ke arahku."Pram, selamat atas pernikahan kalian! Aku nitip anak-anak kepadamu. Aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Sekalian aku pamit mau ke Bali siang ini. Bisnis istriku akan segera dimulai," ujar Bang Zoel dengan tulus.Aku menjabat tangan Bang Zoel dan memeluknya."Iya, Bang Zoel. Semoga tetap menjadi saudara. Hati-hati dan semoga sukses," ucapku.Gantian Bang Zoel menatap Sarah yang masih menunduk. Entah mengapa Sarah tidak mau menatap pria yang telah memberikan tiga anak ini. Mungkin luka yang terlalu dalam Bang Zoel torehkan sehingga Sarah begitu muak meli
Sebelum balik ke kampung, Ibu dan Nita ingin menghabiskan waktu keliling Jakarta. Ibu ingin melihat banyak tempat di Kota Metroplitan ini. Seperti Monas, Taman Mini dan yang menjadi impian ibu adalah bisa salat di Masjid Istiqlal Jakarta.Hari Minggu ini kami sekeluarga akan jalan-jalan ke Taman Mini dan Masjid Istiqlal. Kebetulan bersamaan anak-anak juga libur sekolah. Sehingga bisa membawa mereka keliling Taman Mini.Segala persiapan sudah ada di dalam mobil. Dari makanan ringan hingga minuman lengkap. Bi Iyem juga memasak beberapa makanan untuk Arsya dan Atta.Ibu dan Nita sudah siap menunggu di teras rumah. Mereka nampaknya sudah bangun pagi sekali. Membantu Bi Iyem mempersiapkan bekal.&nb