Bab 103
Hari ini masih pagi, kumandang azan di musala dekat rumah terdengar sangat merdu. Suara Pak Ahmad sangat menggetarkan jiwa.
Aku memindahkan Atta dan Arsya ke dalam kamarku. Sementara Aska sudah bangun. Ibu dan Bi Iyem sudah rapi dengan mukenanya bersiap untuk ke musola.
Sarah sudah sibuk di dapur memasak air panas untuk membuat teh. Aku memeluknya dari belakang.
"Good morning, Cinta!" sapaku sambil mencium lehernya yang terbuka.
"Good morning, Sayang," balasnya dengan membalikkan badan menghadapku."Duh menantu ibu, rajin amat, ya!" sindirku masih memeluknya.
"Sana gih, ke musala dulu. Soalnya tegangan
Sore ini semua rombongan akan pergi ke kota Semarang. Kami ingin menikmati indahnya ibu kota Jawa Tengah. Malamnya kami semua akan menginap di sebuah villa yang sudah disewa Sarah.Ibu menolak untuk ikut bersama kami. Nita sangat bahagia ketika ikut dengan rombongan. Walaupun Sarah memaksa, ibu menolak dengan cara halus. Hanya Bi Iyem yang nanti bertugas menjaga Atta dan Arsya. Akhirnya kami berangkat pergi keliling Kota Semarang. Mobil Caravel warna biru itu meninggalkan rumah ibu menuju Simpang Lima Kota Semarang. Selama perjalanan terdengar semua anak bersandau gurau. Aska nampak sibuk masih memainkan ponselnya di samping Nita. Mereka bercanda berdua. Sementara Atta dan Arsya sibuk dengan ponsel memainkan game. Sarah juga sibuk dengan ponselnya sendiri.Kulirik Sarah yang wajahnya makin cantik setelah
Liburanku di desa sudah selesai. Kini kami sudah berada di Jakarta kembali. Sarah sudah sibuk dengan kegiatannya di restoran. Perombakan besar-besaran dilakukan Sarah. Dia mulai membenahi keuangan restauran yang sempat berantakan. Juga pengambilan modal Hans yang sangat besar.Aku juga mulai sibuk dengan caffeku yang semakin lama tambah ramai. Malah pertemuanku dengan Sarah hanya waktu jam makan siang dan pulang bareng.Setelah selesai dengan urusanku di Caffe aku selalu setia untuk menjemputnya. Terkadang Santi sesekali mengirimkan sebuah pesan. Semua itu juga aku memberitahu Sarah. Kejujuran dan kepercayaan adalah penting bagiku.Aska mulai sibuk dengan Boarding Schoolnya. Saat ini Aska memilih sekolah terpadu dengan pesantren yang ada
"Pram! " panggil mom Sarah yang sudah berada di ranjang hotel tempat kami menginap.Aku masih tidak percaya dengan kejadian hari ini. Kucubit tangan kekarku."Aaaauuh!" Ternyata sakit dan ini tidak mimpi.Kupandangi wajahku yang terpias dari pantulan cermin kamar mandi hotel.Ganteng, kumis tipis, potongan rambut cepak seperti artis- artis Korea.Dengan hidung yang mancung dan bibir yang agak seksi menggoda semua wanita untuk melumatnya.Aku mondar mandir di dalam kamar mandi. Terus terang ada kegelisahan yang kurasakan dan sedikit grogi. Sambil terus mengacak-ngacak rambutku dan tidak tahu harus bagaimana.Malam ini adalah malam pertamaku dengan seorang wanita yang usianya lebih tua dariku
Bunyi ponsel mom Sarah menganggu kegiatan kami. Dia segera mengambil ponsel yang berada di meja sebelah ranjang.Aku sedikit bisa bernafas lega. Segera kurapihkan sarung yang sudah dilempar wanitaku di samping ranjang.Kesempatan ini kugunakan untuk membuka info di internet. Info tentang cara-cara yang dilakukan di saat malam pertama. Jari-jariku berselancar menyusuri situs-situs di internet."Atur saja mas! Nanti kalau tempatnya sudah cocok, saya akan meninjau," kata mom Sarah membalas telpon di ponselnya.Setelah itu wanita yang lemah lembut itu terlihat jengkel dengan mematikan ponselnya. Sesekali dia meliriku dengan senyumnya yang indah. Apalagi melihat raut mukaku yang kadang terlihat lucu.Mom Sarah menaruh kembali pons
Mom Sarah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Barang itu dibungkus dengan rapi dengan warna biru laut. Kotak itu berukuran kecil, entah apa isinya.Dia memberikan kotak itu kepadaku. Aku tidak berani menyentuhnya. Sepertinya barang berharga. Untuk apa bosku memberikan hadiah padaku. Apa ada udang dibalik batu? Apa karena aku karyawan teladan? Hatiku bertanya tanya menanti jawaban."Terimalah, Pram. Itu hadiah dariku karena kamu sudah mengantarku," katanya dengan senyum yang tersungging di bibir.Pram, kuasai dirimu. Kamu bukan laki-laki matre. Kamu laki-laki yang punya harga diri.Aku menolak pemberiannya. Aku tidak bisa melakukan ini. Dia sudah terlalu baik kepadaku. Aku tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apa kata dunia. Walaupun aku tid
"Pram, sebenarnya aku sudah lama memendam rasa sama kamu, sejak pertama kali bertemu. Kamu laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Jujur, apa adanya dan selalu membuat aku tertawa. Ini yang membuat aku suka sama kamu.""Tapi aku tidak enak mau bicara sama kamu. Takutnya kamu beranggapan yang tidak baik tentang aku. Tapi malam ini, aku beranikan diri untuk bicara sama kamu.""Pram, maukah kamu menjadi suamiku?"Haa…..Ternyata itu yang mau disampaikan mom Sarah. Mimpi tidak sih?Jadi.. arloji ini hadiahnya untuk melamarku?Aku tidak percaya bagaikan petir di siang bolong.Duaaar.Hatiku bergemuruh. Jantungku berdegup kencang. Nafasku tidak beraturan.
Pagi ini, kami sudah bersiap untuk sarapan pagi di hotel. Setelah itu kami akan menuju ke Pantai Jimbaran.Kupeluk wanitaku yang sedang berhias di depan kaca. Senyumnya begitu manis. Pergulatan semalam membuatku seperti ingin menikmati lagi candunya. Apalagi permainannya di kamar mandi yang membuatku ingin menikmatinya lagi."Sayang..kamu nampak cantik sekali," pujiku memandang wajahnya yang terpantul di cermin.Kulingkarkan tanganku dipundaknya. Kugesek-gesek kumisku yang tipis di pipinya yang halus. Dia nampak geli dan risih."Pram…." desahnya manja."Nanti kita gak jadi sarapan lo," ujarnya sambil mengelus pipiku.Gairahku kembali menggelegak. Jantungku berdegup kencang. Ada sesuatu yang bergerak dibawa
"Hari ini, kita balik ke Jakarta, Pram, " ujarnya ketika bangun pagi.Tangannya sibuk dengan ponselnya. Masih kupeluk dia dalam dekapanku. Kurenggangkan pelukanku dan menatap wajahnya." Baru dua malam sayang.." protesku.Kudekatkan bibirku mencoba menciumnya. Tangannya yang halus memegangi pipiku." Sudah.. aku ada janji dengan seseorang," jawabnya lirih.Aku bangkit dan duduk di atas ranjang. Kuraih wanitaku dalam dekapanku. Kubelai rambutnya yang panjang terurai. Harum semerbak keluar dari rambutnya yang hitam."Sayang.. aku belum mau pulang. Bagaimana nanti kalau kita di Jakarta? Aku pasti merindukanmu," rajukku.Sarah meletakkan ponselnya dan memandangku