Share

Episode 2 : Malam pertama 2

Bunyi ponsel mom Sarah menganggu kegiatan kami. Dia segera mengambil ponsel yang berada di meja sebelah ranjang. 

Aku sedikit bisa bernafas lega. Segera kurapihkan sarung yang sudah dilempar wanitaku di samping ranjang. 

Kesempatan ini kugunakan untuk membuka info di internet. Info tentang cara-cara yang dilakukan di saat malam pertama. Jari-jariku berselancar menyusuri situs-situs di internet.

"Atur  saja mas! Nanti kalau tempatnya sudah cocok, saya akan  meninjau," kata mom Sarah membalas telpon di ponselnya. 

Setelah itu wanita yang lemah lembut itu terlihat jengkel dengan mematikan ponselnya. Sesekali dia meliriku dengan senyumnya yang indah. Apalagi melihat raut mukaku yang kadang terlihat lucu. 

Mom Sarah menaruh kembali ponselnya di meja. Dia menghembuskan nafas lega. 

Wanita itu  berbaring di sampingku. Kepalanya di taruh dibawah ketiakku. Bau asam di tubuhku tidak membuatnya risi. 

Kutaruh  ponselku di meja samping ranjang. Aku juga mematikan ponselku agar tidak mengganggu. Siapa tahu ada sahabatku yang tiba-tiba menelpon.

"Pram…" katanya lembut. 

Manik matanya yang sendu menatapku penuh harap. Bibirnya merekah seolah memintaku melakukan sesuatu. 

Aku teringat situs yang kubaca di internet. Di sana diajarkan  apa saja yang harus dilakukan di malam pertama.  Apakah aku mau mempraktekan atau tidak.

Perlahan tanganku mulai membalas sentuhannya. Seperti singa yang sedang kelaparan, dia  menyerangku tanpa ampun. Aku tidak berdaya melawannya.

☆☆☆

 Pagi harinya.

"Ibu…"

Aku berteriak sekencangnya. Ketika bangun tidur aku mendapatkan tubuhku tanpa busana di samping wanita lembut yang masih memelukku  tanpa busana juga. Apalagi tercium bau menyengat dari atas ranjang.

Mom Sarah  terbangun, melepaskan pelukannya. Wajahnya terlihat pias.  Wajah tanpa polesan. Wanita itu mengucek matanya. Dia memandangi wajahku dengan cemas.

"Pram.."

"Ada apa? Apakah kamu mimpi buruk? " tanyanya sambil mengelus pipiku.

Kulepas pelukannya dari tubuhku. Aku bangkit dari tempat tidur. Sambil menyambar sarung yang tergeletak di lantai,  aku berlari menuju ke kamar mandi.

Aku menangis di kamar mandi. Kok bisa?

Karena sesuatu yang paling kujaga sudah terenggut dengan seorang wanita yang telah menolongku. 

Aku tidak berdaya. Aku terbawa dengan permainannya yang sangat liar dan menggoda. Wanita yang  anggun, baik hati, dan ramah. Tiba tiba nampak berbeda ketika sudah berada di kamar.

Flashback 4 bulan yang lalu.

Tok ..tok..

Aku mengetuk pintu ruang kerja bosku. Hari ini, aku pertama kali masuk kerja sebagai cleaning service di restoran besar di Jakarta.

Sebenarnya aku melamar sebagai Chef, tetapi tidak ada lowongan. Hanya lowongan cleaning service yang tersisa.  Dengan terpaksa aku menerimanya. Baru pertama kali ini aku bekerja sebagai cleaning service. 

"Masuk!" terdengar suara lembut seorang wanita dari dalam ruangan.

Aku membuka pintu dengan pelan. Tangan kananku membuka pintu. Sedangkan tangan kiriku membawa nampan berisi secangkir teh panas dan sepiring  lumpia.

Mataku menatap ke depan . Seorang wanita berhijab merah duduk di meja kerjanya. Dia menatapku tajam.Tiba tiba aku sedikit grogi.

Pyaaar.

Aduh..

Aku tersandung karpet yang ada di ruangan. Nampan yang kubawa terlepas. Secangkir kopi dan sepiring lumpia berantakan di karpet. 

Aku gugup segera memberesi barang yang berserakan. Aku mengutuk diriku sendiri. Baru masuk kerja sudah membuat kesalahan.

Wanita itu melompat dari tempat duduknya. Tergesa-gesa dia menolongku dan melihat keadaanku. Pucat pasi wajahku dengan kejadian yang tidak terduga ini. 

"Mas!" 

" Mas tidak apa-apa?" tanyanya sambil memegangi tanganku yang tergores pecahan kaca.

Suaranya yang lembut. Wajahnya seperti kelihatan cemas. Refleks dia mengambil tissu yang ada di meja kerja. Dia dengan cekatan mengelap darah di tanganku.

"Maaf,Bu..," ucapku merasa bersalah.

Tatapanku tertunduk tak mampu memandang wajah bos baruku. Rasa malu dan bingung yang aku rasakan. Aku memang sedikit grogi.

"Sudah tidak apa-apa, Mas," sambungnya.

Tangannya terus memegangi tanganku yang terluka. Sementara tangan yang lain mengambil ponsel, dia menelpon seseorang.

" Reni, tolong cepat ke ruanganku!" perintahnya di telponnya.

Sesaat kemudian, seorang gadis berseragam sama denganku masuk ke ruangan. Gadis manis berkulit kulit langsat tergopoh-gopoh menghampiri kami.

"Ya, Mom, " kata gadis itu.

"Reni, tolong bersihkan ruangan ini. Dan tolong ambilkan obat merah buat mas ini!" perintah bosku.

Reni, gadis yang dipanggil bu bos, segera membersihkan ruangan yang kotor.  Dia sangat cekatan membersihkan kotoran dan pecahan  beling yang berserakan di karpet. 

Sesekali dia melirikku. Sorot matanya terlihat aneh penuh misteri.

Setelah mengobati lukaku, wanita itu menyuruhku duduk di hadapannya.

Aku gemetar dan gugup. Nasib. Baru pertama masuk kerja sudah melakukan kesalahan. Aku pasrah kalau bosku memecatku.

" Pagi, Mas!" sapanya manis.

Dia membetulkan hijab merah yang dikenakannya, duduk rileks di kursinya.

"Namanya siapa, Mas?"

"Agung Pramono," jawabku malu-malu.

" Bisa dipanggil Pram?" katanya.

"Iya,Bu," jawabku.

Matanya yang agak sipit, hidung  mancung, muka bulat dengan lesung pipit dipipinya, nilai tujuh setengah kusematkan untuk kecantikan bosku.

Eh. Aku jadi serba salah.  Aku mencuri pandang, melirik wajah bosku dengan sudut mataku. Dia masih menatapku dengan lembut.

" Bu, saya dipecat ya?" tanyaku polos.

Kembali bosku tersenyum.  Senyum yang menggoda. Laki laki mana yang hatinya tidak akan meleleh dengan manis senyumannya. Walau sudah berumur,  bosku kelihatan  cantik, sumringah dan  bahagia.

"Tidak Pram. Lain kali hati hati ya!" pesannya.

" Oh ya namaku Sarah, bos disini. Aku mohon bekerjalah yang rajin, sopan, jujur, dan amanah ya!" 

"Karyawanku lebih suka memanggilku Mom Sarah," tambahnya dengan berdiri dan mengulurkan tangannya.

Dengan ragu aku menyambut tangannya.

Tanganku yang kasar memegang tangannya yang halus.

Sejak saat itu, bosku selalu menyuruhku ke ruangannya.  Teman-teman sekantor sudah menggunjingku. Aku cuek saja. Tidak mendengarkan ocehan mereka. 

Ternyata bosku adalah seorang janda yang mempunyai anak tiga. Dia bercerai dengan suaminya 3 tahun yang lalu karena suaminya menikah lagi.

Mom Sarah membuka usaha kuliner dan sukses hingga membuka beberapa cabang di Jakarta. Berkat kegigihannya, restorannya maju dan terkenal di kota ini. Selain rasanya yang enak, pelayanannya juga terkenal ramah dan  tempatnya nyaman.

Sifatnya yang ramah dan supel membuat semua karyawan menyukainya. Bahkan dia tidak pernah memarahi karyawannya. Sehingga semua karyawannya salut dan hormat kepadanya.

Selama ini aku tak pernah menduga kalau bosku itu  menyukaiku. Padahal kulihat banyak relasinya  yang datang, mereka nampak kaya dan keren. Mengapa wanita cantik itu  tidak menanggapinya.

Mom Sarah juga banyak membantuku. Dia dengan diam-diam telah membayar uang kuliahku dan membayar biaya praktek kuliahku. 

Dia juga telah membayarkan  biaya rumah sakit ketika ibuku sedang dirawat di rumah sakit. Ada perasaan yang tidak enak terhadap kebaikan bosku. 

Sampai suatu hari.

Mom Sarah memintaku untuk menjadi supir pribadinya dan menemaninya makan malam. Aku memang bisa menyopir. Aku dulu pernah bekerja sebagai supir angkot. Tapi mengapa dia memilihku untuk menjalankan tugas malam ini? Entahlah..

Sebagai karyawan yang patuh dan taat,  aku hanya menjalankan tugas. Aku mengantarkan bosku ke kawasan Jakarta Selatan.

Di sebuah restoran yang bernuansa romantis, mom Sarah mengajaku masuk ke dalam. Aku seperti ragu. Ada apakah gerangan?

Aku masih belum mengerti apa yang akan terjadi. Mengapa dia mengajakku masuk. Aku pikir dia ingin bertemu dengan orang spesial atau tamu penting. 

Di pojok ruangan, si bos menyuruhku duduk. Aku agak kikuk dan serba salah.

Kutatap matanya meminta penjelasan. Tetapi dia  hanya tersenyum manis. 

"Duduklah Pram!" perintahnya lembut.

Wanita itu duduk di depanku. Memang malam ini bosku terlihat beda sekali. Penampilannya sangat anggun. Dia mengenakan dress panjang dan hijab kekinian.Wajahnya yang putih dan bersih hanya memakai make up sekedarnya. Tetapi tidak mengurangi kecantikannya. 

"Pram, malam ini saya mau berbicara padamu. Mungkin bagimu tidak masuk akal. Tapi saya mau mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa saya pendam. Setelah ini kamu bisa menjawabnya atau menolaknya. Saya tidak bisa memaksamu ," ungkapnya pelan pelan. 

Matanya yang indah, menunduk malu. Bos yang aku hormati. Wanita tegas dan tegar serta dihormati begitu kelihatan lemah di hadapanku.

"Tapi Mom," potongku.

Mom Sarah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

Bersambung…

Kira kira apa yang ingin diperlihatkan mom Sarah?

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Juhaina R
gak papalah agresip sedikit toh gak ada yg salah dri pda dipendam iakn mom...
goodnovel comment avatar
Normawati Juhumat
bikin penasaran
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
iya iya iya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status