Rere menyikut lengan Tiara. "Gebetan lo tuh," katanya, mengedikkan dagunya ke arah pinggir lapangan.
Tiara refleks menoleh, tertegun saat melihat Gavin menghampiri Reya yang sedang duduk di tepi lapangan. Tiara memperhatikan setiap interaksi yang dilakukan Gavin, bibirnya kelu, padahal dalam hati rasanya Tiara ingin mengumpat ketika Gavin menggenggam tangan Reya lalu menariknya pergi.
"Gak dikejar?" Suara Rere mengembalikan kesadaran Tiara, ia menoleh. "Katanya lo mau belajar kelompok." Rere menaikan sebelah alisnya. "Buruan gih kejar, ntar gatot lagi kalau Gavin pulang."
Benar, beberapa kali Tiara merencanakan untuk belajar kelompok bareng Gavin, tapi selalu berakhir gagal. Kali ini Tiara harus bergerak cepat, ia tidak mau rencananya kembali gagal total.
Gas terus, pepet terus, pantang mundur!Tarik sis ...semongko!!Kita, selalu menjadi korban fitnah di cerita orang lain.-ReyanaStronghold-Dua puluh menit menuju bel istirahat, kelas Reya tampak senyap. Wajah-wajah kuyu semakin lusuh ketika melihat sepuluh soal matematika terpampang di papan tulis, membuat para siswa frustasi."Si botak punya masalah hidup apa si?" bisik Michael, tak habis pikir."Beban hidupnya kayanya berat bro, lihat aja kepalanya am
Mungkin kita tidak bisa merubah masa lalu, tapi kita masih punya kesempatan untuk merubah masa depan.-Reyana-Masa lalu biarlah masa laluJangan kau ungkit jangan ingatkan akuMasa lalu biarlah masa laluSungguh hatiku tetap cemburu.Tarik sis ...semongko!!!"Lima jenis manusia purba." Reya bergumam membaca buku sejarah. "Antara lain,ArdipithecusRamidus,AustralopithecusAfricanus,Sinanthro
Tuhan, jika dia jodohku maka dekatkanlah.Jika dia bukan jodohku, maka jodohkanlah.Jika dia jodoh orang lain, gue tikung di sepertiga malam.-Bucingaris Keras-Jodoh itu di tangan Tuhan, makanya sekarang masih jomblo, gak berani ngambil.-Reyana-Dag-dig-dug, detak jantungkuSer-ser-ser-ser-ser, bunyi darahku
Tampang cantik, jiwa bar-barHobi cari ribut karenagabut.Gue, no debat.-Reyana-Reya membasuh wajahnya dengan air, mengembuskan napas kasar saat menatap pantulan diri di cermin. Dadanya masih bergemuruh, jantungnya berdetak cepat seperti bom yang siap akan meledak. Reya menangkup kedua pipinya, merasakan panas yang menjalar ke suluruh tubuh."Gila, gue tadi beneran cium Gavin, guru-guru lihat gak ya? Kalau diaduin ke papa sama mama, bisa mampus gue," gumam Reya, mengontrol deru napasnya yang memburu.Bunyi ponselnya mengalihkan perhatian Reya, ia mengambil ponsel di saku baju,
"Usahaadalah besarnya energi untuk merubah posisi yang diberikan gaya pada benda atau objek.""Re.""Besaran usaha dinotasikan W dengan rumus, W= F*x. W= usaha, F= gaya dan x= jarak———""Reya!" Suara lantang Gavin menyentak Reya, refleks iya menoleh."Ya?" Mata Reya berkedip-kedip, tampak jelas raut wajah terkejut dan bingung."Lo gak mau turun?" Sudah lima menit yang lalu mobil Gavin berhenti, namun Reya tak kunjung turun dan fokus dengan hafalannya."Eh, udah sampai ya?" Reya menatap keluar mobil. "Sori gue gugup banget, takut gak hafal," kata Reya, melepas sabuk pengaman.
Iri, benci dan dengki itu penyakit hati. Semakin lama kamu memeliharanya, semakin tersiksabatinmu. Balas dendam hanya akan membuatmu puas sesaat, namun pada akhirnya akanmembelenggumupada rasa sesal yang berkepanjangan.-GavindraPradipta-Mendapatkan yang kamu inginkan itu mudah, tapi mempertahankannya yang tak mudah.Bukan untuk dicontoh, silakan ambil sisi positifnya, buang sisi negatifnya. Mari bersama-sama memperbaiki diri.Jika kamu suka, jangan lupa vote dan komen. 😊
Balas Dendam tak akan menyelesaikan masalah, hanya akan meninggalkan bekas luka yang semakin dalam.Ada adegan berbahaya, bukan untuk dicontoh.Jangan lupa tinggalkan vote dan tuliskan kesan di kolom komentar 😊Happyreading.Kelas Reya heboh saat pembagian hasil ulangan Fisika kemarin. Bagaimana tidak, kalau dari seluruh murid di kelas hanya satu orang yang mendapat nilai sempurna dan yang lebih mengejutkan lagi orang itu ternyata Reya."Sumpah lo dapat nilai 100?" Michael menganga melihat nilai ulangan Reya. "Wah, gak mungkin, gak mungkin. Ini pasti bu Fika pasti salah ngasih nilai. Kel
Hujan sudah reda setengah jam yang lalu. Gavin kembali membawa dua botol air yang ia beli di pinggir jalan, menyodorkannya pada Reya yang masih terduduk di bangku, menatap kosong kedua ujung sepatunya."Makasih," kata Reya, lalu meminumnya. Tenggorokannya terasa kering setelah hampir satu jam menangis.Hening. Keduanya kembali membisu, menatap ke jalan raya. Hingga akhirnya Reya lebih dulu bersuara setelah beberapa saat."Gue sekarang ingat, kalau dulu pernah punya mantan namanya Samuel." Gavin menoleh, namun tetap diam mendengarkan. "Waktu itu gue masih SMP kelas IX dan Sam udah SMA kelas XII. Bagi gue, pacaran dengan anak SMA suatu kebanggaan tersendiri. Di saat temen-temen sebaya gue cuma bisa ngehaluin mereka, gue justru dengan mudahnya pacaran sama mereka.