Share

04

Jeremy hanya menggeleng tak habis fikir. Trauma itu sepertinya sudah mendarah daging. Ketidakpercayaan nya terhadap wanita membuat sulit untuk membangun nya kembali pada siapapun.

“Buka sedikit hati mu untuk memberi kepercayaan pada wanita. Tidak semua wanita itu sama Dev, selamanya kau tidak akan seperti ini. Kau juga butuh seorang penerus, tak masalah jika memang kau tak ingin menikah kembali namun lambat laun usia mu akan bertambah. Kau juga harus memikirkan masa depan perusahaan ini.”  ucap Jeremy panjang lebar.

Yang dikatakan Jeremy mungkin ada benarnya.

Dev sedikit terketuk saat ia bicara soal masa depan perusahaan nya. Ia sedikit tersadar bahwa yang ia lakukan hanya lah menyakiti dirinya sendiri. Dendam itu membuatnya mati rasa pada siapapun, dan Dev sadar akan hal itu.

“Dimana kita bisa dapat wanita seperti itu?”

Pertanyaan Dev sontak membuat Jeremy terkejut. Pria dingin itu selalu membuat nya terus tak habis fikir. Seperti nya tak sulit untuk Meluluhkan pria kutub itu.

“Mungkin ini cukup sulit namun aku akan mengusahakan nya”

“Aku tidak suka menunggu. Besok wanita harus sudah ada” perintah Dev.

“Hey kau fikir semudah itu, Yang benar saja huh!” protes Jeremy.

Jangan lupa selain sifat keras kepala dan dingin yang dimiliki pria itu. Dev juga memiliki sifat yang tak sabaran, setiap keinginannya harus ada segera dipenuhi jika tidak bersiaplah untuk menjadi bahan olahraga pagi bagi dev.

“Aku tidak peduli, ini sudah menjadi tugas bagaimana pun caranya wanita itu harus datang pada ku besok.”

Rasa nya Jeremy ingin sekali mencekik siapa saja yang ada di hadapan nya dan kebetulan yang sedang berhadapan dengan nya adalah Dev. Pria itu lebih mengerikan dari yang orang bayangkan. Menatap nya saja seperti ingin membunuh diri.

Tok ... Tok ...

“masuk!” seru Dev dari dalam ruang kerjanya.

Pintu itu terbuka memperlihatkan seorang wanita dengan tumpukan berkas ditangannya. Menampakkan ekspresi cemas dan juga ketakutan.

“Maaf tuan sudah mengganggu waktunya. Saya Arana Soya yang bekerja sebagai devisi administrasi perusahan ini, ingin memohon untuk tidak tuan pecat. Saya sangat memerlukan pekerjaan ini tuan, ini karena ibu saya yang memang membutuhkan biaya untuk pengobatan nya. Jika saya dipecat bagaimana saya bisa membiayai pengobatan ibu saya tuan.” 

Gadis itu terlihat menahan tangis disudut ruang kerja Dev. Sedang Dev yang memang sudah acuh dengan Karyawan wanita tak peduli dengan keadaan gadis itu sekarang.

“Apa peduli ku, kau sudah tahu bahwa kau telah di pecat. Untuk apa kau datang kemari bodoh!” bentak dev.

“T-tapi tuan ...”

“pergi! Pergi kau dari raungan ku!” usir Dev kasar.

Jeremy yang memiliki rencana lain segera menahan gadis itu pergi. “Tetap disini” titahnya.

“Apa yang sedang kau lakukan, Jeremy?” tanya Dev sedikit bingung.

Jeremy tersenyum penuh arti pada Dev. Mentransfer seluruh pemikiran nya lewat sebuah tatapan itu, dan Dev mengerti apa yang sedang Jeremy maksudkan padanya.

“Kami tidak akan memecat mu dari perusahaan ini dan bahkan kami akan melunasi seluruh biaya pengobatan ibu mu dan rumah sakitnya tetapi kami juga memiliki tawaran untuk mu. Apa kau bersedia?” 

Dev yang mendengar itu sedikit ingin protes namun lebih dulu ditahan oleh Jeremy. Pria bule itu lebih tahu apa yang harus ia lakukan sekarang ketimbang pria kutub itu. 

“Apapun tawaran itu saya bersedia tuan. Asalkan semua kesempatan itu mampu tuan berikan pada saya lagi” jawab Arana tanpa berfikir panjang.

Jeremy menyeringai seolah ada sebuah kemenangan yang datang padanya. “baiklah, kemari dan mendekat lah. Akan ku beri tahu semua hal yang harus kau lakukan.” 

Gadis itu dengan segera mendekat pada pria bule itu. Jeremy lalu memberi tahu semua hal yang sedang ia butuhkan sekarang bersama Dev. Arana sedikit ragu namun dengan kenyakinan yang diberikan Jeremy gadis itu menyetujui tawaran itu.

“Baik tuan saya bersedia mencari wanita yang sedang tuan butuhkan dan segera saya bawa wanita itu pada tuan” 

“Apa kau bisa dipercaya?” tanya Dev masih ragu.

“Baik tuan saya bersedia mencari wanita yang sedang tuan butuhkan dan segera saya bawa wanita itu pada tuan” 

“Apa kau bisa dipercaya?” tanya Dev masih ragu.

“Jika memang saya tidak dapat dipercaya maka tuan boleh mempenjarakan saya jika tuan mau” 

“baik akan ku pegang kata-kata mu dan jika ku mengkhianati kami mungkin hubungan mu bukan sekedar itu namun nyawa mu yang manjadi taruhan nya.” Ancam Dev. 

Gadis itu hanya mengangguk paham disertai ketakutan yang lebih menghantui dirinya. Mungkin kali ini keputusannya tidak akan mengecewakan nantinya. Melihat ia memilki pemimpin yang angkuh dan semena- mena membuatnya harus menuruti apapun keinginan pria itu jika ia tak ingin pekerjaan nya jadi taruhan nya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status