Share

06

Devano adalah pria itu. Pria yang telah menyelamatkan nya dari jambret dan mengakibatkan dirinya terluka juga terlambat masuk kantor.

“J-jadi tuan adalah ...” Shanin terkejut bukan main.

“jangan banyak bicara, duduklah dan katakan apa yang ingin kau bicarakan pada ku” titah Dev.

Gadis itu melangkah sedikit gugup. Rasanya begitu malu saat yang ingin ia temui adalah orang yang menyelamatkan nya tadi dan bahkan dengan bodohnya ia sampai tak bisa mengenali pria itu.

“Maafkan saya tuan atas ketidaksopanan saya sejak awal kita bertemu dan saya ingin berterima kasih atas pertolongan anda.” Ucap tulus Shanin sembari membungkuk hormat.

“Ck. Lupakan aku bukan seorang yang gila hormat kau tau. Katakan saja apa mau mu datang menemui ku” cetus Dev.

Shanin mengambil tempat duduk yang telah disediakan oleh Dev. Duduk berhadapan oleh pria itu, dan disuguhkan celetukan sejak awal meraka bertemu memang membuat dirinya sedikit kesal. Apakah pria itu tidak bisa bersikap lembut kepada wanita? Mengapa kasar sekali? Batin gadis itu menggerutu kembali.

“Ini prihal tawaran yang kau berikan kenapa Sahabat ku, Arana Soya”

Dev mengelus dahinya seolah berfikir sesuatu. “jadi kau bersedia?”

“Tentu tuan” jawab Shanin yakin.

“Kau tahu jika pekerjaan ini tak mudah”

Shanin menghela nafas perlahan. Ia tahu bahwa keputusan yang kali ini mungkin akan membahayakan dirinya. Namun tak ada cara lain untuk mendapatkan uang sebanyak itu selain tawaran konyol itu.

“Saya paham tuan, dan saya telah memikirkan dengan matang bahwa diri saya siap untuk melakukan nya”

Dev mengangguk paham dan mendoyong kan tubuhnya bertumpu pada meja. “Baiklah, sebelum itu aku ingin memberi beberapa pertanyaan yang harus kau jawab dengan jujur.”

“silahkan tuan”

Dev memberi begitu banyak pertanyaan mengenai hidup Shanin dan jawaban membuat pria itu sedikit tersentuh. Ia belum pernah melihat gadis yang begitu rela melakukan apapun demi keluarga hanya karena ingin mengembalikan kepercayaan ayahnya.

“Baiklah sudah cukup, aku menerima mu sebagai phatner kerja sama ku selama 1 tahun.”

Pria itu meraih sebuah maps merah dari nakasnya dan menyodorkan nya pada Shanin.

“Aku telah membuat perjanjian dan kesepakatan yang harus kau patuhi bersama”

Gadis itu membuka maps merah itu dan perlahan membaca begitu banyak perjanjian yang pria itu buat untuknya.

Surat perjanjian

Nama : ... (Kosong)

Umur : ... (Kosong)

Status : ... (Kosong)

Dengan ini saya yang bertanda tangan dibawah ini menyetujui perjanjian dan kesepakatan yang kami buat bersama. Dan akan bertanggung jawab atas segala keputusan yang telah saya buat.

Ada pun perjanjian yang telah dibuat sebagai berikut ;

1. bersedia menjadi ibu rahim bagi tuan Devano

Mahendra Wijaya

2. Tidak diperbolehkan pergi tanpa seizin Tuan

Devano Mahendra Wijaya.

3. Menuruti segala perintah yang diberikan.

4. Tidak ada konsekuensi jika terjadi kesalahan.

5. Mampu bekerja sama sesuai waktu yang

diinginkan.

Ada pun kesepakatan yang telah Tuan Devano Mahendra Wijaya berikan sebagai berikut ;

1. Bersedia melunasi seluruh biaya rumah sakit

dan hutang piutang yang dimiliki .... (Kosong)

2. Bersedia memberi fasilitas dan biaya hidup

selama kesepakatan itu berlaku

3. Menjamin keselamatan selama dalam masa

kerja sama.

4. Tidak akan mencampuri urusan diluar kerja

sama.

Demikian surat ini dibuat dengan Sebenar-benarnya dan akan dipertanggung jawabkan bersama jika dikemudian hari terjadi kesalahan dan pembatalan kesepakatan maka segara di diskusikan kembali.

Yang bertanda tangan Dibawah ini

( ............)

Gadis itu terdiam sejenak ia kembali banyak hal yang harus ia pertimbangankan kali ini. Apakah keputusan kali ini tepat? Bagaimana jika suatu saat terjadi sesuatu yang tidak terduga? Apakah ia bisa mempertanggung jawaban kan segalanya? Shanin terus saja memproses banyak pertanyaan yang mungkin tidak akan terluapkan disini.

“Bagaimana? Apa kau setuju? Tenang saja aku akan membiayai seluruh kehidupan mu”

Shanin menggeleng ragu. “Tidak tuan, hanya saja ...”

“jika ku masih ragu mengapa kau datang pada ku? Aku tidak suka pada orang yang tidak konsisten pada perkataan nya” tegas Dev

Pria itu bisa melihat jika ada banyak keraguan terpancar pada wajah Shanin. Lagipula ia tak suka menunggu jika memang tidak bisa katakan saja, tidak usah bertele-tele bukan.

“Tidak tuan, saya akan menerima tawaran ini”

“kau yakin?” tanya Dev seolah memastikan.

Shanin mengangguk yakin.

“Baiklah, besok kau datang kembali kesini dan ya perbaiki penampilan mu. Kau terlihat lusuh sekali” protes Dev.

Manik gadis itu membulat tak percaya bagaimana bisa ia dikomentari oleh seorang pria. Lagi pula ia tak terlalu memperdulikan penampilannya setelah keadaan membuat harus lebih berhemat.

“Baik tuan, kalau begitu saya permisi”

Dev hanya menatap kepergian Shanin dan memandang nya acuh. Ia masih mencoba berfikir bagaimana ia bisa langsung menerima gadis aneh itu? Sedang ia saja nampak tak lagi mempercayai wanita. Ah ya Dev melupakan satu hal, pertanyaan yang wajib Dev ketahui dari Shanin sendiri. Dan itu terus saja terngiang di otak nya.

‘Apakah gadis itu memiliki kekasih? Apa dia masih virgin? Bagaimana jika kekaksih akan menuntut ku nanti? Aish!’ monolog Dev frustasi.

Tentu ia harus menanyakan soal ini pada gadis itu. Dev tak mau mengambil resiko lebih jauh apalagi harus berurusan dengan orang seperti dia. Itu hanya membuang waktu berharganya, ia bisa aja mencari wanita lain dari pada harus bertikai dengan kekasihnya nanti.

Dev memang terlalu banyak mengkhawatirkan banyak hal sejak kedatangan gadis itu. Tapi ada sedikit ketertarikan yang membuatnya cepat menerima gadis itu. Dev pun tak mengerti dengan perasaan nya sendiri dan ia tak ingin memperdulikan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status