Home / Romansa / My Sweet Husband / Bab 6 Membongkar Aib

Share

Bab 6 Membongkar Aib

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2023-02-03 21:34:51

Hampir satu jam Amilie berada di kamar mandi. Ia masih menangis meratapi hidupnya yang menyedihkan. Hatinya patah dan jiwanya bagai ditarik ke jurang masalah. Mentalnya benar-benar hancur.

Walaupun kini ia sudah menikah dengan pria yang peduli dengan dirinya. Tetapi, ia merasa sangat bersalah karena ada janin di dalam kandungannya yang merupakan benih dari Stephen.

"Apa yang harus aku katakan padanya sekarang? Dia Pasti akan sangat kecewa kalau tahu aku sedang mengandung anak orang lain?"

Perlahan, Amilie menanggalkan bajunya satu persatu. Lalu, ia menyalakan shower yang kemudian membasahi seluruh tubuhnya.

Sesekali Amilie menjambak rambutnya yang panjang dengan air mata yang tak henti-hentinya membanjiri pipi.

Sedangkan, Theo khawatir dengan Amilie yang tak kunjung keluar membuatnya menghampiri kamar mandi itu.

"Amilie! Kamu tidak apa-apa, 'kan?"

Tok Tok Tok.

Theo berseru sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Tetapi, Amilie tak kunjung menyahutnya. Ia hanya menoleh ke arah pintu dan buru-buru menyelesaikan mandinya.

Amilie mengambil handuk putih yang tersimpan rapi di rak khusus yang ada di kamar mandi itu. Lalu, setelah itu ia pun melingkarkan handuk tersebut ke dada. Sampai bagian dada sampai lutut tertutup handuk.

Di sisi lain, Theo membuka pintu kamar mandi tersebut untuk melihat keadaan Amilie. Ia takut terjadi sesuatu kepada istrinya.

Untungnya, saat pintu sudah terbuka Amilie sudah memakai handuk. Sehingga, dirinya bisa berhadapan dengan nyaman di depan Theo.

"Kamu kenapa lama sekali? Aku pikir terjadi sesuatu padamu," gerutu Theo.

Amilie menunduk, ia berusaha menyembunyikan matanya yang sembab.

Meskipun begitu, Theo tetap bisa melihat dengan jelas mata Amilie yang sembab itu. Ia tidak bisa dibohongi.

"Kenapa kamu menangis?" Theo menarik pergelangan tangan Amilie saat Amilie berusaha menghindarinya.

"Tunggu dulu!"

Amilie menepis tangan Theo darinya karena tidak mau jika dirinya dihujani dengan banyak pertanyaan. Tetapi, Theo menarik tangan Amilie lagi sehingga membuat keduanya berpelukan.

Pada saat itu, Amilie tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain memperlihatkan betapa sembabnya mata itu setelah beberapa saat yang lalu ia menangis.

Theo memegang pipi Amilie, ia menatap mata sembab Amilie yang mana air netra itu keluar begitu saja tanpa aba-aba.

"Lepaskan tanganku!" ujar Amilie.

"Kenapa kamu menangisinya? Apa yang kamu tangisi dari itu?"

Pertanyaan itu menghujani telinga Amilie saat wanita itu terus menangis. Theo juga menyeka air mata Amilie yang terus mengaliri pipi.

Lalu, ia pun memeluk Amilie -- memberikan pelukan hangat. Berusaha menenangkan wanita yang kini telah menjadi istrinya itu.

Amilie menerima pelukan itu. Jujur. Saat ini, yang Amilie butuhkan hanyalah kasih sayang yang tulus bukan kepura-puraan layaknya Stephen.

"Sudah-sudah. Jangan menangisi orang yang tidak peduli dengan perasaanmu!"

Tangisan itu kemudian berhenti dan Amilie berniat mengatakan hal yang sejujurnya kepada Theo. Apapun keputusan Theo akan ia terima, karena ia sadar bahwa dirinya tak layak untuk Theo yang sudah berbaik hati mau menikahinya.

"Oiya, aku akan memberimu obat karena sepertinya kamu masuk angin." Theo membalikkan badan dan pergi dari hadapan Amilie.

Amilie tidak mau membuang-buang waktu Theo, ia pun kemudian menghentikan langkah kaki pria itu.

"Tunggu!"

"Ada apa?" Theo menoleh.

"Jika kamu berpikir kalau aku mual-mual karena masuk angin ... Kamu salah, Kak Theo. Aku tidak masuk angin. Tapi, aku ... A--aku sedang hamil anak Stephen."

Sontak saja kedua bola mata Theo terbelalak seketika. Ia memutar tubuhnya dan menatap wajah Amilie. Sedangkan Amilie, ia hanya menunduk malu setelah ia mengungkap aibnya. Meski berat, tetapi Amilie mencoba jujur pada suaminya.

"Terserah kamu mau menceraikan aku atau tidak. Yang jelas, aku hanya ingin agar tidak ada kebohongan diantara kita. Sebelum pernikahan kita berjalan lebih lama, kamu bebas menentukan keputusan apapun dan aku akan menerima segala konsekuensinya," tutur Amilie, berusaha tegar.

Theo berjalan perlahan dengan pandangan terus mengarah pada Amilie. Langkah kakinya begitu lambat. Hingga, akhirnya ia berdiri di hadapan Amilie. Lalu, kedua tangan itu merayap -- memegang kedua pundak Amilie.

"Tatap mataku!"

Amilie masih belum berani mengangkat wajahnya, apalagi jika harus menatap wajah Theo. Sungguh, ini benar-benar memalukan sekali bagi Amilie.

"Kenapa kamu baru mengatakan hal ini sekarang? Kalau tahu kamu hamil, tentu aku tidak akan membiarkan mereka bertunangan. Adikku harus bertanggung jawab untuk ini."

Biji matanya memerah, ia merasa kesal dengan Stephen yang malah menerima pertunangan itu dan membiarkan Amilie dengan janin yang ada di dalam kandungannya.

Amilie gemetar ketakutan, setelah melihat Theo yang tampaknya sangat marah.

"Sekarang kamu sudah tahu aku mengandung anak dari lelaki lain. Kalau kamu mau menceraikan aku maka aku akan menerimanya."

Namun, Theo bukanlah lelaki semacam itu. Apa yang dipikirkan Amilie sungguh tidak benar. Theo menggelengkan kepala dengan tatapan lekat ke arah Amilie.

"Tidak. Tujuanku bukan ingin tubuhmu. Seperti niatku sejak awal, aku akan membantumu untuk membalas sakit hatimu padanya. Tidak peduli kamu sedang mengandung anak siapa, tapi pilihanku tetap sama ... Ingin membantumu!"

Kalimat yang terlontar dari mulut Theo itu membuat Amilie tercengang. Ia sungguh heran dengan pria yang ada di hadapannya.

'Bahkan setelah tahu aku hamil pun, dia masih mau menerimaku sebagai istrinya. Apa dia memang orang tulus atau ... Dia juga juga punya tujuan lain yang tidak aku ketahui sama sekali' pikiran yang terus bermunculan di kepala Amilie.

Hingga, suara dering telepon berbunyi. Theo mengambil ponsel itu dari saku celananya dan kemudian menjawabnya sebentar.

"Halo. Apa?!"

Belum selesai dengan masalah Amilie, ia harus menerima masalah lain yang menghalau hidupnya.

"Saya akan segera ke sana!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Sweet Husband   Bab 173 Tamat

    Drap Drap Drap!Theo berjalan menuju mobil itu dengan Santoso. Santoso mendekat dan tampaknya ia ingin menanyakan sesuatu. Tetapi, entah angin apa yang membuatnya mengurungkan niat tersebut.Pada akhirnya, ia hanya bicara mengenai sesuatu yang mendasar saja."Nak, biar Papa saja yang mengemudi! Papa lihat, kondisi kamu sedang kurang baik!" ujar Santoso meminta kunci mobil yang ada di tangan menantunya tersebut.Dengan wajah tampak kusut, Theo menoleh lalu memberikan kunci mobil. "Terima kasih, Pa," ucapnya dengan singkat. "Apa yang terjadi? Sepertinya dia tengah memikirkan sesuatu dengan serius? Apa ada masalah yang begitu memberatkan pikirannya?" batin Santoso sembari menatap wajah Theo."Terima kasih buat apa?" tanya Santoso sembari memasuki mobil. Begitu juga dengan Theo yang masuk ke dalam mobil tersebut. Tetapi, kali ini mereka pindah posisi, karena yang mengemudikan mobil itu saat ini adalah Santoso."Terima kasih karena Papa sudah mengerti keadaan saya," sahutnya, singkat.San

  • My Sweet Husband   Bab 172 Membenarkan Pernyataan!

    "Papa habiskan dulu sarapannya!" ujar Dania kepada Santoso yang langsung bangkit. Padahal, saat itu ia hanya baru makan dua sendok saja.Santoso pun menoleh ke arah Dania. "Papa harus pergi ke suatu tempat dulu!" Ia pun kemudian berjalan keluar dari sana. "Ayo, Nak! Kita harus pergi sekarang!"Awalnya, Theo terdiam. Ia bingung dengan maksud Santoso. Sebelumnya ia bahkan tidak diberitahu kemana dirinya akan diajak pergi. Tetapi, kemudian ia ikut dengan ajakan tersebut."Mas, kamu mau pergi ke mana?" tanya Amilie yang juga penasaran dengan itu. Sedangkan Amanda, ia hanya terdiam.Setelah sekian lama dirinya sendiri, ia pun akhirnya sadar dan tak lagi mengganggu rumah tangga adiknya. Dirinya tidak mau jika di masa depan, ada seorang pengganggu dalam rumah tangga yang nanti akan dibangunnya tersebut."Aku harus pergi dulu. Kamu jaga diri baik-baik ya, sayang~"Theo mengecup dahi Amilie, lalu melangkah pergi dari ruangan itu.Tanpa tahu menahu apa yang akan dilakukan oleh Santoso dengan

  • My Sweet Husband   Bab 171 Tertangkapnya Pelaku Kejahatan

    "AWAAAASS!!!" Teriak Rosalina kepada sopir yang terlihat tidak berkendara dengan baik.Namun, Rosalina tidak tahu jika sopir itu ternyata mengantuk hingga kehilangan fokus saat mengemudikan mobil.BRAAKK! DUAAAARRR!Mobil taksi menghantam keras mobil lainnya yang sedang berkendara dengan kecepatan yang tinggi. Hingga membuat kedua mobil tersebut penyok dan parahnya. Para pengendara termasuk penumpang di sana mobil itu harus mengalami luka yang begitu hebat."Aaarghhh!" Rosalina meringis kesakitan. Ia memegang kepalanya dan dirinya langsung syok begitu melihat banyaknya darah dalam kepalanya tersebut.Rosalina melihat ke sana kemari sembari memegang sebuah tas yang berisi uang.Orang-orang, termasuk para polisi yang ada di sana pun langsung menghampiri ke arah mobil yang mengalami tabrakan hebat tersebut.Tidak mau keberadaannya diketahui oleh para polisi, ia pun bermaksud kabur sebelum para polisi itu sampai pada mobil tersebut."Aku harus melarikan diri dari sini!" gumamnya sembari

  • My Sweet Husband   Bab 170 Menentukan Pilihan

    Pagi ini, cuaca tampak cerah dengan kicauan burung yang semakin melengkapi pagi mereka. Dengan senyum bahagia, mereka mempersiapkan segalanya untuk kepulangan mereka hari ini. Namun ...Tok Tok Tok!Suara ketukan pintu membuat keduanya menoleh secara bersamaan ke arah suara itu berasal. Ada rasa penasaran dalam benaknya."Siapa, Mas?" tanya Amilie ke arah Theo.Theo mengangkat kedua bahunya. "Tidak tahu, sayang. Mungkin itu Papa," jawab Theo, ngasal. Karena yang ada di pikiran Theo saat itu hanya Ayah mertuanya yang kemarin banyak bertanya kepada dirinya."Masuk saja!" sahut Theo sembari menoleh ke arah pintu. Klek! Pintu terbuka.Seorang pria datang ke ruangan itu dengan sopan. Lalu, ia berdiri di hadapan Amilie dan Theo. Theo yang melihat pria yang ia pikir membeli restoran itu ada di hadapannya membuat dirinya langsung tercengang kaget "Bukannya kamu yang waktu itu ...!" Theo mengingatnya, bahwa orang itu merupakan orang yang membeli restorannya kala itu."Benar. Kita pernah ber

  • My Sweet Husband   Bab 169 Antara Tenang dan Bimbang

    Di dalam sebuah ruangan rumah sakit tersebut, Amilie duduk sembari melihat ke arah jendela. Ia menunggu kedatangan suaminya yang sampai kini pun belum kembali."Mas, kamu dimana? Kamu baik-baik saja, 'kan?" ucap Amilie. Ia terus berbicara sendiri.Klek! Pintu pun terbuka.Theo datang ke rumah sakit itu dengan bayi yang ada di dalam pelukannya. Suara tangisan bayi itu semakin terdengar nyaring. Hal ini membuat Amilie langsung berlari menuju Theo. "Mas, berikan dia padaku, aku yakin dia merasa lapar ...!" pinta Amilie kepada suaminya yang masih memeluk erat bayi itu.Perlahan, Theo pun memberikan bayi itu kepada Amilie. Ia memeluknya dengan penuh cinta, lalu berjalan menuju ranjang sana. Dirinya duduk, lalu memberikan asi kepada bayinya."Mas, tidak terjadi sesuatu sama kamu, 'kan?" tanya Amilie sembari menyusui."Tidak ada, sayang. Aku baik-baik saja," jawabnya.Tetapi, wajahnya seolah menahan rasa sakit. Sayangnya, saat itu Amilie tidak menyadari keadaan suaminya. Yang ia paling ped

  • My Sweet Husband   Bab 168 Menjadi Buronan

    "Cepat lemparkan tas itu sekarang!" teriak seseorang yang datang terakhir itu. Lantas, Theo pun kemudian melemparkan tas itu ke wajahnya. Pada saat yang bersamaan, seorang pria datang ke tempat itu dan mendahului mengambil has tersebut.Theo pun dibuat heran dengan sosok tak dikenalnya itu. Lalu, secara beruntun yang lainnya datang ke tempat itu dan melawan ketiga penjahat tersebut.Rosalina dalam balutan topeng di wajahnya itu dibuat syok. "Hah! Siapa mereka?" gumamnya dengan melirik ke setiap orang yang datang dan seolah hendak membantu Theo.Tetapi, di sisi lain Theo merasa senang karena sepertinya mereka akan membantunya dari orang-orang jahat tersebut.Di sana mereka bersiap melawan para penjahat. Begitu pun, para penjahat yang seolah tidak takut dengan mereka.Namun, tak berselang lama setelah itu, kini para polisi datang ke tempat itu bersama para bodyguard Santoso. Hingga, tempat itu terkepung. "Serahkan bayi itu sekarang!"Alih-alih menyerah, Rosalina malah menggunakan bay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status