Beranda / Romansa / My Sweet Husband / Bab 7 Marah Besar

Share

Bab 7 Marah Besar

Penulis: Clavita SA
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-06 12:39:46

Theo kembali ke hadapan Amilie setelah selesai berbicara lewat telepon dengan sekretarisnya. Pikirannya berkecamuk, tetapi ia menyembunyikan itu dibalik senyuman. Ia tidak mau Amilie mengetahui masalahnya.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Amilie. Ia merasa bahwa Theo ini memang sedang digencat kuat oleh masalah dalam hidupnya. Tidak tahu apa, tetapi perasaan Amilie mengatakan itu.

Entah apa masalah yang menimpanya, Amilie tidak tahu. Namun, apapun itu ia harus membantu suaminya jika memang bisa.

"Tidak apa-apa. Aku hanya akan pergi keluar sebentar. Nanti aku akan kembali," kata Theo sembari menatap sepasang mata Amilie dan beranjak pergi dari kamar tersebut.

"Ah, baiklah."

Meski khawatir, tetapi Theo pun tidak bisa meninggalkan masalahnya begitu saja. Walau saat ini ia masih ingin berada di samping Amilie.

Tok Tok Tok!

Suara ketukan pintu dari luar kamar terdengar begitu nyaring. Sontak Amilie dan Theo pun menoleh secara bersamaan.

'Siapa lagi itu? Apa itu orang tua Kak Theo' pikir Amilie.

Theo yang juga merasa penasaran, kemudian ia membuka pintu kamar tersebut untuk melihatnya.

Terlihat seluruh tubuh Reza yang terlihat basah kuyup tak terkira.

"Untunglah bukan orang tuanya," batin Amilie sembari mengelus dada tenang.

"Ada apa?" tanya Theo sembari memandang seluruh tubuh Reza yang tampak basah. Itu membuat Theo bertanya-tanya penyebab terhadap apa yang dilihatnya ini.

"Saya mau memberikan ponsel ini pada istri Anda," jawabnya.

Dengan cepat, Theo pun mengambilnya. "Kenapa ponsel ini ada padamu?"

"Tadi, ketika Nyonya jatuh, ponsel ini juga ikut jatuh ke dalam kolam."

Mendengar penjelasan singkat dari Reza itu membuat Theo mengerti kenapa tubuh Reza basah seperti itu. Ia juga baru sadar kalau sebelumnya Amilie memang jatuh ke dalam kolam.

Amilie mengambil ponselnya dari tangan Theo dengan cepat. Ia pun segera mengeringkannya dengan handuk yang dipakainya tersebut.

"Bagaimana ini? Ponselku pasti bermasalah sekarang," gumam Amilie panik.

Setelah mengeringkannya, Amilie pun mencoba untuk menyalakannya. Untungnya, ponsel itu nyala dan menghilangkan rasa panik dalam jiwa Amilie. Ketika membuka ponsel, terlihat ada 2 telepon yang masuk.

"Mama. Untuk apa dia menghubungiku setelah kejadian ini?" umpat Amilie.

Di sisi lain, Amilie penasaran dengan tujuan Dania menghubunginya. Tetapi, disamping itu dirinya juga merasa kesal dan kecewa. Ia masih marah dengan kedua orang tuanya.

Karena Reza pikir sudah memberikan ponsel Amilie, ia pun kemudian pamit pergi dari hadapan pasangan itu.

"Kalau begitu saya izin kembali ke tempat saya."

"Ya, silakan."

Theo menoleh sejenak ke arah Amilie, melihat raut muka istrinya yang tampak dalam suasana hati nan buruk.

"Aku mau pergi, kamu hati-hati di rumah. Jangan pergi ke mana-mana!"

Itulah pesan yang terlontar dari mulut Theo sebelum dirinya pergi untuk menemui seseorang di luar. Theo mulai melangkah pergi dari sana, ia sudah tidak bisa menundanya lagi.

Dengan langkah cepat, Theo menuruni tangga menuju keluar rumah. Namun, ponsel itu kembali berdering. Ia menghentikan langkah kakinya sejenak, sekadar untuk menjawab telepon.

"Halo. Ada apa lagi?"

"Kamu ini, dasar anak yang tidak sopan. Sembarangan saja kamu menikahi anak orang!"

Sanjaya begitu marah dengan Theo. Ia kesal, karena anak itu menikahi Amilie. Padahal, sebenarnya ia sudah menjodohkan anaknya itu dengan wanita lain. Ia berniat untuk menjodohkannya rekan bisnis yang lain.

Tentu saja, alasannya hanya agar bisnisnya semakin maju, sehingga melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar.

Sengaja Sanjaya menjodohkan anak-anaknya dengan keluarga yang berbeda, karena tujuannya memang untuk memperluas sekaligus memperkuat bisnis tersebut.

"Ini hidupku, kenapa Papa selalu ikut campur dengan urusanku. Aku sudah memenuhi apa yang Papa mau. Tapi, Papa tidak pernah merasa puas. Sekarang, aku akan menjalani hidupku sendiri! Aku tidak mau lagi hidup dalam aturan Papa!"

Setelah mengatakan itu pada Sanjaya, Theo pun langsung mematikan telepon begitu saja secara sebelah pihak.

Sanjaya kesal dibuatnya. " Heh! Dasar anak tidak tahu diuntung!" Sanjaya membanting ponsel itu di sofa.

Theo pun kemudian bergegas pergi ke mobil dan langsung tancap gas begitu ia menyalakan mesin mobil tersebut.

Selama dalam perjalanan itu, Theo merasa tidak tenang. Hatinya seakan bergemuruh tidak karuan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Sweet Husband   Bab 173 Tamat

    Drap Drap Drap!Theo berjalan menuju mobil itu dengan Santoso. Santoso mendekat dan tampaknya ia ingin menanyakan sesuatu. Tetapi, entah angin apa yang membuatnya mengurungkan niat tersebut.Pada akhirnya, ia hanya bicara mengenai sesuatu yang mendasar saja."Nak, biar Papa saja yang mengemudi! Papa lihat, kondisi kamu sedang kurang baik!" ujar Santoso meminta kunci mobil yang ada di tangan menantunya tersebut.Dengan wajah tampak kusut, Theo menoleh lalu memberikan kunci mobil. "Terima kasih, Pa," ucapnya dengan singkat. "Apa yang terjadi? Sepertinya dia tengah memikirkan sesuatu dengan serius? Apa ada masalah yang begitu memberatkan pikirannya?" batin Santoso sembari menatap wajah Theo."Terima kasih buat apa?" tanya Santoso sembari memasuki mobil. Begitu juga dengan Theo yang masuk ke dalam mobil tersebut. Tetapi, kali ini mereka pindah posisi, karena yang mengemudikan mobil itu saat ini adalah Santoso."Terima kasih karena Papa sudah mengerti keadaan saya," sahutnya, singkat.San

  • My Sweet Husband   Bab 172 Membenarkan Pernyataan!

    "Papa habiskan dulu sarapannya!" ujar Dania kepada Santoso yang langsung bangkit. Padahal, saat itu ia hanya baru makan dua sendok saja.Santoso pun menoleh ke arah Dania. "Papa harus pergi ke suatu tempat dulu!" Ia pun kemudian berjalan keluar dari sana. "Ayo, Nak! Kita harus pergi sekarang!"Awalnya, Theo terdiam. Ia bingung dengan maksud Santoso. Sebelumnya ia bahkan tidak diberitahu kemana dirinya akan diajak pergi. Tetapi, kemudian ia ikut dengan ajakan tersebut."Mas, kamu mau pergi ke mana?" tanya Amilie yang juga penasaran dengan itu. Sedangkan Amanda, ia hanya terdiam.Setelah sekian lama dirinya sendiri, ia pun akhirnya sadar dan tak lagi mengganggu rumah tangga adiknya. Dirinya tidak mau jika di masa depan, ada seorang pengganggu dalam rumah tangga yang nanti akan dibangunnya tersebut."Aku harus pergi dulu. Kamu jaga diri baik-baik ya, sayang~"Theo mengecup dahi Amilie, lalu melangkah pergi dari ruangan itu.Tanpa tahu menahu apa yang akan dilakukan oleh Santoso dengan

  • My Sweet Husband   Bab 171 Tertangkapnya Pelaku Kejahatan

    "AWAAAASS!!!" Teriak Rosalina kepada sopir yang terlihat tidak berkendara dengan baik.Namun, Rosalina tidak tahu jika sopir itu ternyata mengantuk hingga kehilangan fokus saat mengemudikan mobil.BRAAKK! DUAAAARRR!Mobil taksi menghantam keras mobil lainnya yang sedang berkendara dengan kecepatan yang tinggi. Hingga membuat kedua mobil tersebut penyok dan parahnya. Para pengendara termasuk penumpang di sana mobil itu harus mengalami luka yang begitu hebat."Aaarghhh!" Rosalina meringis kesakitan. Ia memegang kepalanya dan dirinya langsung syok begitu melihat banyaknya darah dalam kepalanya tersebut.Rosalina melihat ke sana kemari sembari memegang sebuah tas yang berisi uang.Orang-orang, termasuk para polisi yang ada di sana pun langsung menghampiri ke arah mobil yang mengalami tabrakan hebat tersebut.Tidak mau keberadaannya diketahui oleh para polisi, ia pun bermaksud kabur sebelum para polisi itu sampai pada mobil tersebut."Aku harus melarikan diri dari sini!" gumamnya sembari

  • My Sweet Husband   Bab 170 Menentukan Pilihan

    Pagi ini, cuaca tampak cerah dengan kicauan burung yang semakin melengkapi pagi mereka. Dengan senyum bahagia, mereka mempersiapkan segalanya untuk kepulangan mereka hari ini. Namun ...Tok Tok Tok!Suara ketukan pintu membuat keduanya menoleh secara bersamaan ke arah suara itu berasal. Ada rasa penasaran dalam benaknya."Siapa, Mas?" tanya Amilie ke arah Theo.Theo mengangkat kedua bahunya. "Tidak tahu, sayang. Mungkin itu Papa," jawab Theo, ngasal. Karena yang ada di pikiran Theo saat itu hanya Ayah mertuanya yang kemarin banyak bertanya kepada dirinya."Masuk saja!" sahut Theo sembari menoleh ke arah pintu. Klek! Pintu terbuka.Seorang pria datang ke ruangan itu dengan sopan. Lalu, ia berdiri di hadapan Amilie dan Theo. Theo yang melihat pria yang ia pikir membeli restoran itu ada di hadapannya membuat dirinya langsung tercengang kaget "Bukannya kamu yang waktu itu ...!" Theo mengingatnya, bahwa orang itu merupakan orang yang membeli restorannya kala itu."Benar. Kita pernah ber

  • My Sweet Husband   Bab 169 Antara Tenang dan Bimbang

    Di dalam sebuah ruangan rumah sakit tersebut, Amilie duduk sembari melihat ke arah jendela. Ia menunggu kedatangan suaminya yang sampai kini pun belum kembali."Mas, kamu dimana? Kamu baik-baik saja, 'kan?" ucap Amilie. Ia terus berbicara sendiri.Klek! Pintu pun terbuka.Theo datang ke rumah sakit itu dengan bayi yang ada di dalam pelukannya. Suara tangisan bayi itu semakin terdengar nyaring. Hal ini membuat Amilie langsung berlari menuju Theo. "Mas, berikan dia padaku, aku yakin dia merasa lapar ...!" pinta Amilie kepada suaminya yang masih memeluk erat bayi itu.Perlahan, Theo pun memberikan bayi itu kepada Amilie. Ia memeluknya dengan penuh cinta, lalu berjalan menuju ranjang sana. Dirinya duduk, lalu memberikan asi kepada bayinya."Mas, tidak terjadi sesuatu sama kamu, 'kan?" tanya Amilie sembari menyusui."Tidak ada, sayang. Aku baik-baik saja," jawabnya.Tetapi, wajahnya seolah menahan rasa sakit. Sayangnya, saat itu Amilie tidak menyadari keadaan suaminya. Yang ia paling ped

  • My Sweet Husband   Bab 168 Menjadi Buronan

    "Cepat lemparkan tas itu sekarang!" teriak seseorang yang datang terakhir itu. Lantas, Theo pun kemudian melemparkan tas itu ke wajahnya. Pada saat yang bersamaan, seorang pria datang ke tempat itu dan mendahului mengambil has tersebut.Theo pun dibuat heran dengan sosok tak dikenalnya itu. Lalu, secara beruntun yang lainnya datang ke tempat itu dan melawan ketiga penjahat tersebut.Rosalina dalam balutan topeng di wajahnya itu dibuat syok. "Hah! Siapa mereka?" gumamnya dengan melirik ke setiap orang yang datang dan seolah hendak membantu Theo.Tetapi, di sisi lain Theo merasa senang karena sepertinya mereka akan membantunya dari orang-orang jahat tersebut.Di sana mereka bersiap melawan para penjahat. Begitu pun, para penjahat yang seolah tidak takut dengan mereka.Namun, tak berselang lama setelah itu, kini para polisi datang ke tempat itu bersama para bodyguard Santoso. Hingga, tempat itu terkepung. "Serahkan bayi itu sekarang!"Alih-alih menyerah, Rosalina malah menggunakan bay

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status