Share

Bab 7 Marah Besar

Theo kembali ke hadapan Amilie setelah selesai berbicara lewat telepon dengan sekretarisnya. Pikirannya berkecamuk, tetapi ia menyembunyikan itu dibalik senyuman. Ia tidak mau Amilie mengetahui masalahnya.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Amilie. Ia merasa bahwa Theo ini memang sedang digencat kuat oleh masalah dalam hidupnya. Tidak tahu apa, tetapi perasaan Amilie mengatakan itu.

Entah apa masalah yang menimpanya, Amilie tidak tahu. Namun, apapun itu ia harus membantu suaminya jika memang bisa.

"Tidak apa-apa. Aku hanya akan pergi keluar sebentar. Nanti aku akan kembali," kata Theo sembari menatap sepasang mata Amilie dan beranjak pergi dari kamar tersebut.

"Ah, baiklah."

Meski khawatir, tetapi Theo pun tidak bisa meninggalkan masalahnya begitu saja. Walau saat ini ia masih ingin berada di samping Amilie.

Tok Tok Tok!

Suara ketukan pintu dari luar kamar terdengar begitu nyaring. Sontak Amilie dan Theo pun menoleh secara bersamaan.

'Siapa lagi itu? Apa itu orang tua Kak Theo' pikir Amilie.

Theo yang juga merasa penasaran, kemudian ia membuka pintu kamar tersebut untuk melihatnya.

Terlihat seluruh tubuh Reza yang terlihat basah kuyup tak terkira.

"Untunglah bukan orang tuanya," batin Amilie sembari mengelus dada tenang.

"Ada apa?" tanya Theo sembari memandang seluruh tubuh Reza yang tampak basah. Itu membuat Theo bertanya-tanya penyebab terhadap apa yang dilihatnya ini.

"Saya mau memberikan ponsel ini pada istri Anda," jawabnya.

Dengan cepat, Theo pun mengambilnya. "Kenapa ponsel ini ada padamu?"

"Tadi, ketika Nyonya jatuh, ponsel ini juga ikut jatuh ke dalam kolam."

Mendengar penjelasan singkat dari Reza itu membuat Theo mengerti kenapa tubuh Reza basah seperti itu. Ia juga baru sadar kalau sebelumnya Amilie memang jatuh ke dalam kolam.

Amilie mengambil ponselnya dari tangan Theo dengan cepat. Ia pun segera mengeringkannya dengan handuk yang dipakainya tersebut.

"Bagaimana ini? Ponselku pasti bermasalah sekarang," gumam Amilie panik.

Setelah mengeringkannya, Amilie pun mencoba untuk menyalakannya. Untungnya, ponsel itu nyala dan menghilangkan rasa panik dalam jiwa Amilie. Ketika membuka ponsel, terlihat ada 2 telepon yang masuk.

"Mama. Untuk apa dia menghubungiku setelah kejadian ini?" umpat Amilie.

Di sisi lain, Amilie penasaran dengan tujuan Dania menghubunginya. Tetapi, disamping itu dirinya juga merasa kesal dan kecewa. Ia masih marah dengan kedua orang tuanya.

Karena Reza pikir sudah memberikan ponsel Amilie, ia pun kemudian pamit pergi dari hadapan pasangan itu.

"Kalau begitu saya izin kembali ke tempat saya."

"Ya, silakan."

Theo menoleh sejenak ke arah Amilie, melihat raut muka istrinya yang tampak dalam suasana hati nan buruk.

"Aku mau pergi, kamu hati-hati di rumah. Jangan pergi ke mana-mana!"

Itulah pesan yang terlontar dari mulut Theo sebelum dirinya pergi untuk menemui seseorang di luar. Theo mulai melangkah pergi dari sana, ia sudah tidak bisa menundanya lagi.

Dengan langkah cepat, Theo menuruni tangga menuju keluar rumah. Namun, ponsel itu kembali berdering. Ia menghentikan langkah kakinya sejenak, sekadar untuk menjawab telepon.

"Halo. Ada apa lagi?"

"Kamu ini, dasar anak yang tidak sopan. Sembarangan saja kamu menikahi anak orang!"

Sanjaya begitu marah dengan Theo. Ia kesal, karena anak itu menikahi Amilie. Padahal, sebenarnya ia sudah menjodohkan anaknya itu dengan wanita lain. Ia berniat untuk menjodohkannya rekan bisnis yang lain.

Tentu saja, alasannya hanya agar bisnisnya semakin maju, sehingga melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar.

Sengaja Sanjaya menjodohkan anak-anaknya dengan keluarga yang berbeda, karena tujuannya memang untuk memperluas sekaligus memperkuat bisnis tersebut.

"Ini hidupku, kenapa Papa selalu ikut campur dengan urusanku. Aku sudah memenuhi apa yang Papa mau. Tapi, Papa tidak pernah merasa puas. Sekarang, aku akan menjalani hidupku sendiri! Aku tidak mau lagi hidup dalam aturan Papa!"

Setelah mengatakan itu pada Sanjaya, Theo pun langsung mematikan telepon begitu saja secara sebelah pihak.

Sanjaya kesal dibuatnya. " Heh! Dasar anak tidak tahu diuntung!" Sanjaya membanting ponsel itu di sofa.

Theo pun kemudian bergegas pergi ke mobil dan langsung tancap gas begitu ia menyalakan mesin mobil tersebut.

Selama dalam perjalanan itu, Theo merasa tidak tenang. Hatinya seakan bergemuruh tidak karuan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status