Share

Part 5 (Insiden)

Seumur hidupnya Mita tak pernah merasakan kegugupan saat berdekatan dengan orang lain. Terhitung sejak kejadian di halaman rumah Riko dua hari yang lalu, Mita merasa gugup dan gelisah jika dekat dengan laki-laki itu.

Seperti sekarang ini, Mita terfokus pada keadaan di luar jendela tempat ia duduk. Ia merasa mobil yang di kemudikan Riko berjalan sangat lambat. Padahal faktanya tidak seperti itu.

Mereka pergi bersama menuju ke Hotel Pandawa, tempat berlangsungnya resepsi pernikahan Rendy dan Melissa. Keduanya tampak larut dalam pikiran masing-masing. Hingga tak ada satu pun yang mengeluarkan suara.

Sebenarnya Riko sudah gatal ingin mengomentari penampilan gadis di sebelahnya ini. Hanya saja ia takut lepas kendali. Pasalnya keduanya tidak memiliki hubungan khusus. Dan  cukup membuat laki-laki itu frustrasi. Sifat possesifnya tiba-tiba muncul begitu saja.

Memasuki pelataran hotel itu, Riko masuk ke area Basement . Ia berniat memakirkan mobilnya di sana. Laki-laki itu memilih tempat paling dekat dengan lift satu-satunya di sana. Setelah ia memarkirkan mobilnya dengan baik, laki-laki itu terdiam. Hal itu sontak membuat Mita mengernyit heran dengan tingkah laku Riko.

“Kak, buka pintunya. Mita mau turun.” Ucap gadis itu lembut.

Suara lembut gadis itu terdengar merdu di telinga Riko. Membuatnya seketika menegang. Sial!!! Riko menatap gadis itu dengan tatapan sulit di artikan.

Setelah Riko membuka kunci pintu mobilnya, Mita buru-buru turun dari mobil itu. Gadis itu perlu menyelamatkan jantungnya yang berdetak kencang karena tatapan Riko yang seakan membunuhnya. Ia memang tak pernah pacaran, tapi setidaknya dari film yang sering ia tonton membuatnya tahu bagaimana sikap laki-laki terhadap seorang perempuan.

Karena terlalu terburu-buru Mita hampir saja terjungkal. Highells yang di pakai saat ini terlalu tinggi dan dirinya kurang berhati-hati.  Untung saja Riko sigap meraih tubuh Mita, kalau tidak pasti akan memalukan baginya.

“Kayaknya sandal kamu ini terlalu tinggi deh.” Cetus Riko.

Mita mengernyitkan dahinya. “Kenapa? Ada yang salah?”

“Hmm, itu membahayakan kamu.” Jawabnya santai.

Perkataan bernada perhatian itu mampu menimbulkan semburat merah di pipi Mita, membuat Riko menyeringai.

“Ini masih normal sih. Cuma Mita aja yang kurang hati-hati.” Sahut Mita gugup. Sial, berada di sekitar laki-laki ini membuat jantungnya berdisko ria.

“Lain kali kamu pake yang biasa saja. Lebih aman, iya kan?” Ucap Riko datar.

Mita memutar bola mata malas. Ia diam tak membalas apapun.

Ting

Lift terbuka. Mita dan Riko masuk  dan  laki-laki itu menekan angka empat. Saat lift berhenti di lantai dua, ada beberapa laki-laki yang berniat masuk. Riko langsung menarik Mita ke pojok. Tanpa laki-laki itu sadar, ia melingkarkan tangannya di pinggang Mita bak sepasang kekasih. Membuat laki-laki yang akan masuk itu menjaga jarak aman.

Perlakuan Riko yang tiba-tiba itu membuat nyawa Mita seakan melayang dari tubuhnya. Dalam benaknya, gadis itu berfikir ‘apa begini perlakuannya pada setiap wanita’. Tanpa sadar ia mendengus yang masih bisa ditangkap jelas oleh Riko, membuat laki-laki itu tersenyum samar.

Ting

Lift telah tiba di lantai empat. Mereka berdua keluar dari sana, masih dengan posisi Riko yang melingkarkan tangannya di pinggang Mita. Tentu saja membuat gadis itu gugup sekali. Apalagi saat ia merasakan remasan lembut di pinggangnya. Tidak pingsan saat itu juga merupakan prestasi baik bagi Mita.

Mendapati kegugupan Mita membuat Riko menyeringai puas. Ada kepuasan tersendiri bisa menggoda gadis mungil yang lucu menurutnya itu. Tapi, senyumnya luntur saat melihat siluet seorang wanita berbalut gaun merah panjang dengan belahan mencapai atas paha dan belahan dada yang terbuka. Laki-laki itu semakin meraih pinggang Mita mendekat kepadanya. Hal yang membuat Mita harus menahan nafas karena harum tubuh Riko masuk ke paru-parunya.

“Mau Kakak antar ke ruangannya?” bisik Riko lembut di telinga Mita.

Hembusan nafas Riko yang membelai daun telinganya membuat Mita meremang.

“M-Mita b-bisa kesana s-sendiri kok K-Kak.” Jawab Mita gugup. Gadis itu kehilangan sebagian konsentrasi otaknya karena pengaruh Riko di sampingnya.

“Kakak anter aja. Ayo!” sahut Riko cepat tanpa mau di bantah. Laki-laki itu dengan santainya mengantar Mita menuju ruangan di mana adiknya sedang di rias untuk pesta yang akan di langsungkan satu jam lagi.

Mita menguatkan dirinya yang kini menjadi pusat perhatian orang. Tak banyak memang, tapi itu membuatnya gugup. Apalagi saat ini ia di rangkul mesra oleh laki-laki. Ia menyadari tatapan tak suka yang terang-terangan di tunjukkan oleh salah satu tamu wanita yang sedang di gandeng oleh seorang laki-laki yang tidak Mita kenal.

Seharusnya tadi aku bareng Ayah dan Bunda saja

Kalau saja Kak Riko tidak memaksa aku,

Ish, lihat tatapan wanita itu

Mita yang terlalu larut dalam fikirannya membuat ia kaget saat wanita yang menatapnya tak suka menghampirinya.

“Selera kamu anak-anak banget Ri? Emang dia bisa ngimbangin kamu?” Tanya wanita bergaun merah dengan nada mengejek.

Riko menyeringai, “Lo nggak tau aja, dia bahkan lebih hebat dari wanita berumur tiga puluh tahun. Tentunya, lebih muda, lebih cantik dan patuh.” Riko menjeda perkataannya. “Ahh, dan satu lagi. Perempuan yang Lo bilang masih anak-anak ini mempunyai pendirian yang tak mudah goyah.” Ucap Riko telak.

Wanita bergaun merah itu meremas tas kecil yang ada digenggamannya. “Oh ya ... kamu yakin? Jangan-jangan dia hanya bisa menangis saat nanti kamu tinggalkan.” Ucapnya dengan nada sinis.

Ucapan wanita dengan nada sarkas itu mengusik  ketenangan hati Mita. Ia merasa di permalukan oleh orang yang belum pernah di kenalnya. Gadis itu merasakan remasan lembut di pinggangnya ketika dirinya hampir saja meluapkan emosi yang kini bercokol di hatinya. Mita mengalihkan tatapannya ke Riko dan di balas senyum manis olehnya.

“Gue bukan Elo yang bisa meninggalkan begitu saja hanya karena mencari yang lebih baik. Dan ‘calon istri’ Gue ini punya pendirian yang teguh. Bukan seperti Lo, yang hanya mengejar kelebihan tanpa menerima kekurangan orang lain.” Ucap Riko santai.

Ucapan Riko membuat beberapa orang terkesiap dan membeku. Termasuk pria dan wanita paruh baya yang baru saja datang. Keduanya membeku di tempatnya berdiri.

“Ayo Sayang. Aku antar kamu ke dalam.” Ucap Riko lembut.

Mita tertegun mendengar ucapan Riko yang terkesan lugas dan terang-terangan itu. Kedua pipinya merona tanpa bisa di cegah. Siapapun yang melihatnya pasti akan menduga, mereka benar-benar sepasang kekasih yang lagi kasmaran.

Tak mendapat balasan dari Mita membuat Riko gusar. Tanpa aba-aba laki-laki itu semakin menarik Mita mendekat. Kedua hidung mereka nyaris menempel, bahkan sedikit saja salah satunya bergerak bibir mereka akan bersentuhan.

Beberapa tamu yang memperhatikan interaksi mereka menahan nafas, terutama pria dan wanita paruh baya yang saling bergandengan itu. Mereka tampak mengeratkan tangan.

Mita meneguk ludahnya.  Sial, otaknya tiba saja tidak berfungsi dengan baik. Kedua tangannya yang berada di dada Riko bergetar.

“Kak,” cicit Mita. 

“Ya?” sahut Riko cepat.

Mita menghela nafas dalam-dalam. “Antar Mita ke dalam Kak.”

Riko tersenyum puas. Pelan-pelan ia mengendurkan rengkuhannya. “Dengan senang hati.” Riko dengan sengaja mengecup pipi Mita. Dan tindakannya sukses membuat wanita bergaun merah itu merah padam. Perpaduan antara malu dan tidak suka.

Sedangkan Mita hanya terdiam kaku. Pun saat Riko menuntun dirinya masuk ke ruangan di mana sepasang pengantin dan beberapa Bridesmaid dan Growsman  berada.

“Kamu ganti baju dulu sana. Habis itu nanti Kakak kesini lagi. Kakak mau ketemu Ayah dan Bunda dulu.” Riko mengusap pipi Mita lembut, membuat gadis itu tercekat. Dari kejauhan Melissa tersenyum penuh arti melihat drama romansa itu.

Setelah kepergian Riko, Mita mendapat sorakan beruntun dari semua orang yang berada di sana. Tak terkecuali Melissa. Gadis yang baru saja resmi menjadi Nyonya Pratama itu meledeknya habis-habisan. Pasalnya Mita sempat mengelak tentang kedekatannya dengan Riko.

“Please deh. Kepala gue udah pusing Mel. Jangan nambah-nambahin lagi ya?” Pinta Mita.

“Halah, akal-akalan Lo aja pasti. Kemarin-kemarin aja bilang nggak. Lha ini buktinya.” Melissa geleng-geleng kepala mendengar setiap kata pembelaan yang Mita ucapkan.

Mita merasa geram. Lalu dengan penuh keyakinan ia berkata, “Iya gue suka Kak Riko.  Trus Lo mau apa coba?” ucapnya lantang.

Pernyataan itu jelas membuat Melissa terkesiap.  “A-apa gue gak s-salah denger?” tanya Melissa memastikan.

“Enggak.” Jawabnya cepat.

Kedua mata Melissa berkaca-kaca. Wanita itu menghambur ke pelukan sahabatnya.

“Terima kasih.” Ucap Melissa.

Ucapan Melissa membuat Mita melongo. Apalagi pelukan eratnya kali ini mempunyai makna yang berbeda. Tak seperti biasanya. Mita merasakan aura di sekitarnya berubah menjadi aneh.

Ada apa sih? Pikirnya

Setelah tadi pagi Bunda Sukma,

Sekarang Meli pun ikut eror

Ah, Kak Riko malah lebih parah

Sebentar lagi ...

Mita merasakan jantungnya tak lagi berdetak. Bagaimana tidak, seharian ini ia sudah di kejutkan banyak hal. Dari kenyataan hingga dugaan. Dan kali ini ia takkan mampu mengelak jika kedua orang tuanya mengetahui kejadian yang baru saja terjadi. Tanpa ia tahu, kedua orang tuanya bahkan sudah melihatnya secara langsung.

*

Pesta pernikahan sedang berlangsung. Mita yang merasa letih memutuskan untuk kembali ke salah satu ruang istirahat. Ia memilih duduk di salah satu sofa yang ada disana.

“Capek?” cetus laki-laki yang saat ini berdiri di pintu ruangan itu.

Kedua mata Mita yang mulanya terpejam langsung membuka. “Hmm.” Jawabnya singkat. Ia kembali memejamkan matanya sejenak.

Pergerakan pelan laki-laki itu membuat Mita tak menyadari keberadaannya. Laki-laki itu mendaratkan bokongnya tepat di sebelah Mita. Pergerakan tiba-tiba itu membuat gadis itu terkejut.

“K-Kak Riko ngapain?” tanya Mita syok.

“Istirahat.” Jawabnya santai.

“K-kan bisa duduk disana?” Mita menunjuk sofa lain yang lebih kecil dari yang ia duduki.

“Aku suka di sini. Kalau di sana aku duduk sendiri.” Jawab Riko.

Mita meneguk ludah. Berdekatan dengan Riko bukan hal baik bagi kesehatan jantungnya. Kini ia seperti bisa mendengar dengan jelas debaran yang semakin riuh seiring terhirupnya aroma maskulin dari tubuh laki-laki itu.

“Kamu kenapa? Kok pipi kamu merah-merah? Kamu sakit?” Riko menempelkan tangannya ke dahi Mita kemudian turun ke pipi. Kedua tangannya menangkap kedua pipi Mita.

Berada dalam posisi seperti ini, tubuh Mita membeku. Ia terpaku saat kedua bola mata Riko menghujam kedua matanya.

Posisi seperti ini tak pernah Riko bayangkan sebelumnya. Sebenarnya sejak tadi ia sudah mengontrol dirinya sendiri agar tak lepas kendali. Namun ini terlihat sangat sulit. Kedua pipi yang merona dan bibir mungil yang dipoles lipstik itu seakan merayu dirinya untuk melabuhkan kecupan di sana.

Glek ...

Bertahan menjadi hal sulit bagi Riko. Memanfaatkan keterdiaman Mita, laki-laki yang terbawa suasana itu memiringkan kepalanya, untuk melabuhkan kecupan di bibir gadis berusia dua puluh satu tahun itu.

Cup ...

Kedua bibir itu bersentuhan. Tubuh Mita seketika menegang. Rasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Begitu juga dengan Riko. Laki-laki itu merasakan sengatan dahsyat pada hatinya yang dingin. Tiba-tiba satu suara wanita paruh baya membuat mereka memalingkan wajah bersamaan.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN?!!!!”

.

.

.

Bersambung  ...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Leny Lestarie
nah lho emaknya mita murka.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status