"Percayalah, waktu akan menyembuhkan kita melalui pelukan hangat orang-orang yang menyayangi kita."
*****
Sudah satu Minggu semenjak pertemuan keluarga Naratama dan keluarga Agustaf berlangsung. Malam ini sesuai kesepakatan, Kanaya dan Dinnar harus memberi keputusan tentang perjodohan itu.
Malam ini Sam dan Marta yang tidak lain adalah orang tua Dinnar sudah tiba di kediaman keluarga Naratama. Setiba di Indonesia mereka langsung datang ke rumah keluarga Naratama. Saat mereka sedang bercengkrama di ruang keluarga, Dinnar dan Varo datang yang langsung membuat semua orang yang berada di ruangan itu terkejut, kecuali Helga.
"Assalamualaikum." Ucap Dinnar dan Varo bersama.
"Waalaikumsalam." Jawab mereka yang berada di ruangan kompak.
"Dinnar, Varo apa yang terjadi sama kalian?" Sam terkejut melihat wajah kedua p
"Cinta itu bak sebuah benih tanaman, jangan kamu tanam di sembarang hati. Tanamlah benih cintamu di hati yang humus dan lembut. Bukan di hati yang cadas dan tandus."----------Kanaya Naratama"Dinnar, Kanaya bagaimana keputusan kalian?" Ayah menatap ke arah Dinnar dan ke arah ku bergantian meminta jawaban. Aku dan Alfizam saling bertatap mata, aku tidak bisa mengartikan tatapan itu."Dinnar." Ayah meminta Al untuk mengutarakan jawabannya."Emm, lady first." Dengan expresi datarnya Al melihat ku, memintaku untuk menjawab duluan. Apa-apaan coba, nggakjentel banget kan, masak aku duluan yang mesti jawab. Kayaknya emang aku harus menolak perjodohan ini deh."Fine." Jawabku sebal pakai banget. Aku meli
"Bersama orang yang tepat hal rumit menjadi sederhana, dan hal sederhana menjadi bermakna."-----------Kanaya Naratama"Sudah lama nunggu ya?" Suara khas mengalun merdu, mendadak membuat jantungku melompat-lompat nggak karuan. Aku melotot melihat sosok yang berada di depan ku saat ini. What? Ngapain Alfizam ada di sini? Tunggu-tunggu, temannya kak Helga?Jangan-jangan yang di maksud temannya kak Helga itu si Alfizam. Ya Allah, kak Helga udah ngerjain aku deh, pokoknya awas tuh kak Helga, sampai rumah tak gantung di gapura depan komplek.Aduh, ini si Alfizam pakai senyum segala, bikin susah nafas deh."Ka-kamu kok ada disini?" Tanyaku gugup. Gimananggak gugup coba kalo ada cowok tampan model kayak gini sedang tersenyum dihadapan kita."Kamu yang jemput aku kan?" Tanyanya lembut"Hah." Aku bingung dan cuma bengong, pasalnya kak Hel
"Bukan tentang siapa yang datang dengan kesempurnaannya, tapi tentang ia yang menerima ketidak sempurnaan mu."---------- Kanaya menuruni tangga rumahnya untuk bergabung sarapan dengan kedua orang tuanya."Morning Ayah dan bunda ku sayang." Sapa Kanaya sembari mencium pipi ayah dan bundanya."Morning sayang." Ucap orang tuanya kompak."Kakak beneran nggak pulang Bun?" Kanaya duduk di samping ayahnya."Nggak sayang, tadi malam lembur, soalnya besok kakak sudah mulai tidak masuk kantor.""Perasaan baru kemarin kamu tinggal di Jogja, eh sekarang pulang-pulang sudah mau nikah aja." Ayah Diga mengelus pucuk kepala Kanaya."Thanks yah." Kanaya menghambur ke pelukan ayahnya."For?" Tanya ayah Diga."Everything, maaf Naya belum bisa membalas apa yang sudah ayah dan bunda berikan kepada Naya, maaf juga Naya belum bisa menjad
"Untuk apapun tujuan hidupmu, jangan saling tunggu, jangan saling tinggalkan baiknya saling temani."---------- Hari Jum'at ba'da shalat Jum'at, momen yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari pernikahan antara Dinnar dan Kanaya. Terlihat MC mulai membuka acara, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an. Tidak lupa sebelum ijab qobul, penghulu memberikan beberapa nasehat pernikahan yang ditujukan untuk kedua mempelai. Dinnar sudah berada diruang keluarga Naratama, ya ruang keluarga yang sudah disulap sedemikian rupa khusus untuk pernikahan mereka. Berbeda dengan Kanaya terlihat duduk ditepi ranjang dengan perasaan cemas dan tegang bercampur jadi satu. Beberapa kali ia memainkan jemari manisnya di atas kebaya panjangnya. Bunda yang menemaninya, berusaha menenangkan kegelisahan hati putri tercintanya menunggu ijab qobul.
"Menemukan pasangan bukan hanya tentang menemukan cinta, tapi tentang menemukan Ia yang menemani mu beribadah bersama sembari terus memperbaiki diri untuk menggapai ridho-Nya hingga ujung usia."---------- Dinnar dan Kanaya bersalaman pada keluarga mereka. Dan mulai detik itu kehidupan panjang seumur hidup akan mereka jalankan. Pandangan Dinnar menyapu setiap sudut ruangan. Dilihatnya satu persatu keluarganya dan keluarga Kanaya. Acara semakin meriah seiring berjalannya waktu. Semua keluarga Dinnar dan keluarga Kanaya berkumpul disini termasuk keluarga para sepupu-sepupunya. Terlihat binar-binar tatapan raut wajah bahagia semua orang. Termasuk eyang Kanaya, nenek dan kakek Dinnar yang kini ada di sana, yang kini duduk bersama Diga, Kayla, Sam dan Marta di meja makan besar khusus
"Kita akan mengerti dengan sendirinya, bahwa jodoh bukan tentang yang terbaik, tetapi yang menerima kita dengan baik. Karena yang menurutmu baik belum tentu dapat menerimamu dengan baik."---------- Esoknya, pagi-pagi sekali aku sudah menyiapkan keperluan Al. Aku belajar melakukan apa yang diberitahukan bunda dan tante Marta. Bukan hanya apa yang suka dilakukan Al, tapi juga apa yang tidak suka dilakukan Al. Waktu yang singka membuat kita belum mengetahui kebiasaan masing-masing. Hari ini aku dan Al harus mengantarkan eyang ke bandara. Eyang ingin pulang ke Jogja, entah kenapa eyang nggak mau tinggal lebih lama disini."Sayang, nanti habis dari bandara langsung ke rumah ya, soalnya besok mama sama papa mau nganter nenek pulang ke Bali." Aku melihat Al memperhatikan ku yang sedang memakai jilbab di depan
WARNING!!!Mohon maaf, bab ini sedikit membuat panas dingin.**"Percayalah, nanti ada seorang laki-laki yang mengatakan bahwa kamu perempuan paling cantik di muka bumi ini❤. Sebab ia mencintaimu dari hati bukan dari mata, sebab ia mencintaimu seutuhnya, ia akan selalu ada untukmu, untuk selamanya."---------- Pupus sudah harapan Dinnar untuk memiliki Kanaya seutuhnya malam ini. Dinnar harus menunda keinginannya itu, dan harus menahan sesuatu yang bergejolak dibawah sana. Kanaya keluar dari kamar mandi melihat mama dan suaminya tengah duduk di sofa bed yangada dikamar. Kanaya melihat suaminya tampak kesal, entah Kanaya sendiri belum tahu pasti apa penyebab suaminya itu kembali memasang mode datar. Ia segera menghampiri mama dan suaminya itu."Hai ma."
"Setua apapun seorang perempuan, selalu ingin dianggap seperti anak-anak. Ia selalu ingin dimanja, dicandain, dan disayang, juga diperhatikan setiap waktunya ?."----------Alfizam Dinnar Agustaf Aku kembali tersenyum bahagia memperhatikan wanita cantik yang kini berada dalam dekapanku. Setelah semalam dengan penuh gairah, memanggil namaku berkali-kali dengan suara merdunya. Aku tertawa kecil, nggak pernah menyangka pernikahan yang pernah aku tentang karena perbedaan usia kini justru membawa kebahagiaan tersendiri bagi ku. Terlebih lagi dia bidadari yang selama ini aku tunggu. Aku perhatkan wajah istri ku ang terlihat chubby dengan pipi merona. Bibir merahnya sesekali mengerucut menggoda imanku yang ingin mengecupnya. Aku nggak tau udah berapa lama aku me