Share

BAB : 2

Author: Soffia
last update Last Updated: 2021-04-16 21:02:58

"Kimmy!!!'' 

Suara teriakan yang menggelegar ke seluruh penjuru kelas. Siapa lagi kalau bukan teriakan kedua sahabatnya yang tercinta dan tersayang, Hani dan Jeje.

"Kalian berdua bisa nggak, sih, jangan teriak-teriak gitu," omel Kim pada keduanya.

"Hmm, nggak bisa," jawab Hani dan Jeje barengan.

"Arghh..," dengus Kim dengan wajah kesal, dan terlebih dahulu melangkah menuju kelas.

Melihat ekspresi Kim, kedua sahabatnya itu malah tertawa sambil mengekor di belakangnya. Benar-benar melelahkan. Andai saja ada lift menuju lantai tiga, pasti itu sangat menyenangkan. 

"Eh, semuanya, ada berita terbaru, nih!" teriak Karin heboh saat memasuki kelas.

"Apaan?''

"Denger-denger, sih, ada Guru baru yang akan gantiin posisinya Pak Anto buat ngajar Bahasa Inggris sama Matematika," jelas gadis berperawakan centil itu di depan kelas.

"Gurunya cowok, apa cewek?" tanya Hani ikutan nibrung.

"Cowok, ganteng!!!" Karin menjawab dengan semangat menggebu-gebu layaknya hendak berperang. "Dan lo, jangan naksir," tambahnya dengan ketus sambil menunjuk ke arah Hani. 

"Ishh," decis Hani.

"Mangsa baru," ujar Niken menambahkan dengan tingkah centilnya.

Yap, Niken dan Karin, mereka berdua adalah musuh bebuyutannya Kim and friend's. Karena mereka berdua selalu mencari masalah dengan mereka bertiga.

"Tapi, gue denger-denger, sih, Gurunya killer," ujar Karin menambahkan.

Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba Bapak Dicky memasuki kelas, membuat semua siswa dan siswi yang tak terletak pada tempatnya berlari menuju kursi masing masing.

"Aduh, si Bapak bikin kagetan, deh, ah,'' ujar Niken masih dengan kebiasaannya yang memalukan itu. 

"Maaf, saya ke sini cuma mau kasih tau, kalau pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika di kelas ini akan digantikan oleh Guru yang baru," jelas Pak Dicky.

"Oke, Pak." Lagi-lagi Karin dan Niken adala yang paling bersemangat menangapi.

"Kalian tunggu saja di dalam," ujar Pak Dicky menambahkan, sebelum kembali meninggalkan kelas.

Dan benar saja, tak berapa lama setelah Pak Dicky keluar dari kelas, tiba-tiba seseorang masuk. Hingga semua pandangan seisi kelas tertuju padanya. Terutama para siswi yang tak sempat berkedip. Ya, nggak sempat berkedip gara-gara yang masuk adalah seorang cowok ganteng.

"Pagi semuanya," sapanya saat memasuki kelas dan langsung saja menuju meja Guru yang terletak dibagian depan kelas arah ke sudut.

"Pagi, Pak," jawab seisi kelas serentak.

"Astaga, ganteng amat.''

"Malaikat guyss."

"Pingin gue kantongin ni Guru."

"Ke KUA yok, Pak."

Itulah sederetan kata-kata yang keluar dari mulut para siswi yang memuji-muji Guru yang saat ini sedang berhadapan dengan mereka. Maklum sajalah, ABG labil, nggak bisa melihat cogan sedikit saja langsung pada heboh.

"Aduh, ganteng amat tu Bapak. Sayang amat kalo dipanggil, Bapak," bisik Hani pada Kim yang ada di sebelahnya.

"Udah punya gebetan belum, ya?''  Jeje ikut-ikutan.

"Ganteng, sih, ganteng. Tapi, killer guys," tambah Kim pada Hani dan Jeje . Oke ... ia akui mata para sahabatnya memang tak salah. Ganteng adalah kata yang cocok.

"Baiklah, sebelum pelajaran dimulai, saya akan perkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Alvian Dika Geraldi, kalian bisa panggil saya Pak Alvin, umur 23 tahun. Mulai hari ini, saya akan menggantikan Bapak Anto untuk mengajar Bahasa Inggris dan Matematika," jelasnya. "Ada pertanyaan lagi?" tambahnya mengarahkan pandangan pada seisi kelas.

"Udah punya pacar belum, Pak?'' tanya Jeje bersemangat.

"Je, pertanyaan lo nggak bermutu banget, sih," umpat Kim atas pertanyaan yang dilontarkan Jeje. Memalukan sekali sikapnya ini .

"Jawab, dong, Pak. Itu pertanyaan penting, loh."

"Saya masih single,'' jawab Alvin.

Sontak jawaban itu langsung membuat para siswi satu kelas heboh. Iya, heboh ngutak-ngatik Ponsel masing-masing, buat kepoin akun Facebook, Path, Instagram, Line, WA dan lain-lain milik Alvin.

"Oke, kalau gitu saya absen kalian dulu," ujar Alvin sambil membuka buku absen.

"Ardylan Dewanta."

"Hadirr, Pak."

"Adji nugraha."

"Hadir...."

"......"

"Crista Hani Febrika."

"Me, Pak."

"Jena Fika Anastasya"

"Hadirr ,Pak"

"Kimberly Hana Affandi"

"Hadir...."

'Jadi, dia?" batin Alvin menatap ke arah seorang siswi.

"Eh, guys. Itu Pak Alvin ngapain ngeliatin gue gitu banget, ya, bikin merinding. Apa make up gue ketebalan atau eyeliner gue yang berlepotan?" tanya Kim pada kedua sahabatnya karena merasa kalau Alvin sedang memperhatikannya.

"Ah, nggak, kok," jawab Jeje sambil mematut-matut wajah Kim.

"Trus, apa yang salah sama gue?" Kim Bingung sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.

"Naksir kali, tuh," jawab Jeje sambil tertawa seolah meledek Kim

"Ih, Jeje," desis Kim kesal dengan ledekan sobatnya.

"Ehem ... ada masalah apa di sana?'' tanya Alvin karna mendengar suara ribut-ribut dari arah meja Kim dan Jeje.

"Nggak ada kok, Pak," elak keduanya.

"Jangan mengobrol lagi. Sekarang buka buku LKS kalian, kita akan langsung mulai pelajaran," terang Alvin pada seisi kelas.

---000---

Tepat saat waktu menunjukkan pukul sepuluh, bel berbunyi. Itu tandanya waktu istirahat datang. Ada rasa lega yang ditunjukkan semua isi kelas. Karena apa? Ternyata wajah tampan Alvin berbanding terbalik dengan caranya mengajar. Benar-benar menakutkan. 

"Oke, pelajaran kita hari ini sudah berakhir. Lusa kita ulangan dan nggak ada penolakan. Terima kasih," jelas Alvin sambil meninggalkan ruang kelas.

Kim menghembuskan napas beratnya.

 "Paraha banget, tuh, Guru," umpatnya setelah Alvin meninggalkan ruang kelas.

"Dua jam brasa enam jam," sahut Hani.

"Hmm, suasana kelas yang hangat mendadak jadi mencekam, kayak kuburan," tambah Jeje.

"Kita ke kantin, yok ... haus, nih," ajak Hani.

"Yok, tapi kalian berdua duluan aja. Pesenin strawbery smoothies buat gue, ya. Kebelet, nih," ujar Kim yang berlalu pergi meninggalkan Hani dan Jeje dengan sedikit berlari keluar dari kelas menuju toilet.

Setelah mengeluarkan hasrat manusiawinya, Kim hendak menyusul kedua sahabatnya ke kantin. Tapi, pada saat berjalan di salah satu lorong kelas, tiba-tiba ia malah tak sengaja menabrak sesuatu hingga lututnya harus mencicipi ciuman lantai.

"Aduh," Kim meringis ketika lututnya lah yang menjadi korban. 

Berniat mengomel, tapi saat mendapati siapa yang bertabrakan dengannya, rasa kesalnya jadi ciut. "Maaf, Pak, nggak sengaja," ucapnya langsung meminta maaf.

 Ya, meskipun ia tahu kalau ini bukanlah salahnya. Tapi yang jadi masalah ketika yang bertabrakan dengannya adalah Alvin, gurunya.

"Kalau jalan lihat-lihat," ujar Alvin dingin.

"Lah, perasaan Bapak yang nabrak, deh," balas Kim tak mau kalah.

"Kalau menurut kamu saya yang nabrak dan saya yang salah, trus kenapa kamu barusan minta maaf?" 

"Cuma basa-basi doang kali, Pak.''

Mendengar ucapan Kim, bukannya memberi respon atau berkomentar, Alvin malah berlalu pergi begitu saja.

"Gini, nih, yang bikin sakit hati, tanpa bicara apa-apa main pergi aja,'' sungut Kim menuju ke kantin sambil mengumpat kesal. Ahkan wajah itunia bawa hingga sampai di hadapan kedua sobatnya.

"Kenapa, lo?'' tanya Hani pada Kim yang tampak kesal.

''Bayangin aja, itu Guru killer tadi dia yang nabrak gue, eh, malah gue yang diomelin," jelas Kim memberengut.

"Pak Alvin?'' tanya Jeje.

"Siapa lagi."

"Hwaa ... mau juga dong, ditabrak Pak Alvin," ujar Hani dengan tingkah lebaynya. 

Pada saat itu, tiba-tiba ponsel Kim yang ada di sakunya berdering. Iapun segera merogoh dan mengeluarkan benda pipih itu.

"Mama," gumamnya saat melihat nama yang tertera di layar ponsel, dan seketika menggeser ponselnya  ke kanan.

"Ya, Ma?"

"Pulang sekolah kamu langsung kesini, ya. Mama sama Papa mau kenalin kamu sama calon suami kamu," jelas mamanya

"Hari ini?''

"Iya."

"Hmm, gimana kalau Mama sama Papa aja yang nemuin, aku males,'' balas Kim sengaja menunjukkan penolakannya. Serius, ia benar-benar tak berminat bertemu apalagi sampai bertatap muka sama itu lelaki.

"Mau, semua aset-aset kamu kembali diambil?"

"Hiks hiks, iya, iya. Ntar, aku kesana." Kim langsung menutup sambungan telfon bersama mamanya.

"Lo kenapa, kok mewek?" tanya Jeje yang melihat raut wajah masam sobatnya.

"Iya, kenapa, sih?" Hani ikut-ikutan.

"Nggak, cuman Papa Mama ngajakin ketemuan sama sahabat-sahabat mereka. Ngebosenin banget, kan," jawab Kim bohong. Ya kali ia jawab jujur, kalau mau ketemuan sama cowok yang bakal dijodohin buat dirinya. Pasti mereka bakal ketawa ngakak, masa iya keluarganya yang modern ngikutin jejaknya Siti Nurbaya.

"Oohhh," balas Hani dan Jeje.


Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
irwin rogate
cowok ganteng adalah impian Gadis atau setiap wanita.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • My Teacher My Husband   TAMAT

    Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18:00, semua kejutan dan lain sebagainya sudah selesai di persiapkan. Tinggal menunggu Alvin kembali dari kantor untuk memberi kejutan. "Mama ..." panggil Arland yang baru pulang sekolah. Lihat, jam segini dia baru balik ke rumah. Bukan sekolah, melainkan pulang dari les tambahan. "Udah pulang, Sayang." "Tante di sini?" tanya Arland pada Jeje "Iya," jawab Jeje. "Dilla nya udah pulang ya, Land?" "Udah, Tan." "Ya udah Kim, kalau gitu gue mau pulang dulu. Ntar balik lagi kesini , oke," pamit Jeje. "Bye, Tante." "Dahhh ...." "Ayo, Sayang ... kamu mandi dulu. Udah bau acem," ejek Kim. "Hmm ...," angguknya. "Sekarang ulang tahunnya Papa loh, Mama nggak lupa, kan? Jangan bilang kalau Mama belum nyiapin hadiah buat Papa karna bingung mau ngasih apa?" jelas Arland pada Kim. Ya ... pengalaman tahun kemarin yang ia ungkit kembali. Sampai-sampai putranya sa

  • My Teacher My Husband   EKSTRA PART : 14

    Pagi ini sangat berbeda, tak biasanya ia masih berada di balik selimut. Sementara Alvin sudah bangun dan sekarang sedang sarapan bersama Arland. Badannya terasa sangat lemas, nggak ada tenaga, mual, pusing, dan nggak mood untuk melakukan apapun."Sayang ... kamu benar nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Alvin masuk dan menghampiri dirinya yang masih tiduran."Iya, Kak, nggak apa-apa," jawabnya."Aku nggak tenang ninggalin kamu dalam keadaan kayak gini,'' khawatir Alvin"Kan ada Bibik, Kak. Udahlah, sana Kakak ke kantor aja.""Pa ... Ma ..." panggil Arland sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia tak akan menyelonong masuk ke dalam kamar begitu saja, apalagi kamar orang tuanya. Sangat tidak sopan kalau begitu."Masuk, Sayang ...," jawab Alvin.Mendengar ijin yang di berikan papanya, barulah ia yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun masuk. Ternyata ia masuk bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan segelas susu hangat.

  • My Teacher My Husband   EKSTRA PART : 13

    "Kak, bangun dong, Kak Fikri nelepon, nih," ujarnya sambil membangunkan Alvin, tapi tak ada respon."Kak ...."Ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Toh, yang menelepon adalah Fikri."Hallo ....""Kim?" tanya kak fikri"Iyalah, Kak," jawabnya. "Siapa lagi cewek yang bisa menyentuh ponselnya Kak Alvin selain aku." "Ya kali aja Alvin punya selingkuhan, mungkin.""Apa!? Kak Alvin punya selingkuhan!?" kagetnya dengan nada tinggi, sampai-sampai Alvin yang lagi tidur dan dari tadi ia coba bangunkan tak berhasil, sekarang ikut terbangun."Siapa yang selingkuh?" tanya Alvin langsung duduk dengan tampang cengok nya."Ihhh ... masih nanya lagi, Kakak lah yang selingkuh," kesalnya langsung banting tu ponsel ke lantai dan beranjak menuju ke kamar mandi.Alvin ikut m

  • My Teacher My Husband   EKSTRA PART : 12

    Sesampainya di rumah, ia langsung jalan menuju ke kamar karna rasanya badannya lagi nggak enak aja. Sementara Alvin, dia lagi teleponan di teras depan sama klien bisnisnya, mungkin. Karna ia juga nggak mau tahu juga lah sama urusan kantor dan pekerjaannya itu.Tapi kalau dia teleponan sama cewek, barulah dirinya bakalan ngamuk."Kamu tidur?" tanya Alvin yang tiba-tiba masuk menghampirinya di tempat tidur."Cuma tidur-tiduran," jawabnya mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Alvin."Hmm ....""Kak, itu masih perih?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah bibir Alvin yang luka akibat gigitannya."Iyalah ... kalau kamu ngegigit bibirku dengan penuh nafsu, sih, aku terima meskipun agak sakit.Nah ini enggak, jadi sakit nya tu berasa banget," jelas Alvin dengan penjelasan anehnya itu.Kim yang tadinya masih tiduran, sekarang bangun. "Aku kan udah minta maaf, Kak. Masa iya belum di maa

  • My Teacher My Husband   EKSTRA PART : 11

    Pagi ini Alvin memasuki area kantor dengan wajah yang berseri-seri. Biasanya ia akan bersikap dingin dan cuek pada karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi kali ini enggak, bahkan ia lah yang menyapa ataupun menegur mereka. Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar bagi semua bawahannya. Apa bos mereka kesambet jin atau sejenisnya?"Pak Alvin kenapa, ya?""Tumben banget aura mistisnya nggak kelihatan.""Jangan jangan beliau lagi menang lotre.""Nggak mungkinlah, menang tender dengan nilai yang fantstis aja ekspresinya biasa aja. Itu artinya ini lebih luar biasa dari menang tender." Begitulah komentar beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Mereka semua hanya bisa menebak-nebak tanpa berani untuk bertanya langsung."Pagi, Pak," sapa Alin yang berpapasan dengan Alvin yang hendak memasuki ruangan nya."Pagi," balasnya sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya."Apa yang terjadi?" bin

  • My Teacher My Husband   EKSTRA PART : 10

    Alvin mengantarkan Kim menuju Rumah Sakit dengan keadaan badan yang lemes pake banget dan mual mual. Ia merasa sudah tak ada lagi stok di lambungnya yang akan dikelurkan, tapi rasa mual itu terus saja munculSetibanya di RS ia langsung di bawa ke UGD dan di periksa sama dokter."Gimana keadaan istri saya, dokter?Apa benar ini cuma asam lambung nya yang lagi kambuh?" tanya Alvin pada Dokter yang habis memeriksa Kim.Dokter malah tersenyum menanggapi pertanyaan Alvin."Bukan ... ini bukan mual mual akibat asam lambung yang kambuh," jawab dokter."Lalu, apa, dok?""Kalau boleh saya tahu, apa kalian berdua lagi berniat punya anak?"Alvin dan Kim malah saling pandang menanggapi pertanyaan dokter. "Maksud dokter?" tanya Kim bingung."Ya, karna setelah saya periksa barusan ... sepertinya saat ini anda sedang hamil."Keduanya langsung memasang tampang kaget mendengar pernyataan dokter. "Serius dok?" tanya Kim tak percaya

  • My Teacher My Husband   EKSTRA PART : 9

    Sudah seminggu Hani dan Ceryl berada di Indonesia, dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka untuk kembali ke LA. Kim dan Arland saat ini lagi di bandara untuk mengantar mereka.Pada awalnya, sih, putranya itu menolak buat ikut, tapi ia paksa.Karena semenjak kejadian di acara ultahnya Dilla waktu itu, dia udah males sama Ceryl. Ini pun tampang nya Arland enggak banget. Jutek abiss."Han, hati-hati, ya. Jangan suka ngomel-ngomel nggak jelas sama Ceryl," pesan Kim sama Hani. Soalnya Hani kan gitu orangnya. Kerjaannya ngomel mulu."Iya.""Ceryl sayang, jangan nakal, ya," ujar Kim pada Ceryl."Iya, Tante," balasnya."Arland, nggak mau ngomong sesuatu sama Ceryl?" tanya Kim pada Arland yang masih dengan sikap dingin nya itu"Nggak, Ma," jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh pa

  • My Teacher My Husband   EKSTRA PART : 8

    "Kamu nggak makan, Sayang?" tanya Alvin pada putranya yang duduk sendiri di sofa."Nggak, Pa," jawabnya dingin. "Ini masih lama, ya, Pa, aku pingin cepat-cepat pulang," ungkapnya.Alvin tahu betul apa yang dirasakan Arland. Taoi, ia hanya pura-pura enggak tahu saja."Kenapa? Kok bete?" tanya Alvin lagi."Pa, aku males sama sikapnya Ceryl. Kita pulang aja.""Ya udah, kalau kamu maunya gitu. Papa bilang sama Mama dulu, ya."Alvin segera menghampiri Kim yang saat itu lagi ngobrol sama Hani dan Jeje."Kim, aku mau bicara bentar," ujar Alvin pada Kim."Apa?" tanya Kim.Hani dan Jeje pun ikut menunggu apa yang akan dikatakan Alvin pada Kim."Berdua, Kim," tambah Alvin sambil berlalu pergi kembali pada Arland."Ishh ....," dengus Kim sambil mengikuti langkah kaki suaminya tercinta. Dan ternyata Alvin malah mengajaknya untuk menghampiri Arland.Kim mengedarkan pandangan pada duo sosok laki-laki yang sangat e

  • My Teacher My Husband   EKSTRA PART : 7

    "Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini.""Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status