"Kimmy!!!''
Suara teriakan yang menggelegar ke seluruh penjuru kelas. Siapa lagi kalau bukan teriakan kedua sahabatnya yang tercinta dan tersayang, Hani dan Jeje.
"Kalian berdua bisa nggak, sih, jangan teriak-teriak gitu," omel Kim pada keduanya.
"Hmm, nggak bisa," jawab Hani dan Jeje barengan.
"Arghh..," dengus Kim dengan wajah kesal, dan terlebih dahulu melangkah menuju kelas.
Melihat ekspresi Kim, kedua sahabatnya itu malah tertawa sambil mengekor di belakangnya. Benar-benar melelahkan. Andai saja ada lift menuju lantai tiga, pasti itu sangat menyenangkan.
"Eh, semuanya, ada berita terbaru, nih!" teriak Karin heboh saat memasuki kelas.
"Apaan?''
"Denger-denger, sih, ada Guru baru yang akan gantiin posisinya Pak Anto buat ngajar Bahasa Inggris sama Matematika," jelas gadis berperawakan centil itu di depan kelas.
"Gurunya cowok, apa cewek?" tanya Hani ikutan nibrung.
"Cowok, ganteng!!!" Karin menjawab dengan semangat menggebu-gebu layaknya hendak berperang. "Dan lo, jangan naksir," tambahnya dengan ketus sambil menunjuk ke arah Hani.
"Ishh," decis Hani.
"Mangsa baru," ujar Niken menambahkan dengan tingkah centilnya.
Yap, Niken dan Karin, mereka berdua adalah musuh bebuyutannya Kim and friend's. Karena mereka berdua selalu mencari masalah dengan mereka bertiga.
"Tapi, gue denger-denger, sih, Gurunya killer," ujar Karin menambahkan.
Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba Bapak Dicky memasuki kelas, membuat semua siswa dan siswi yang tak terletak pada tempatnya berlari menuju kursi masing masing.
"Aduh, si Bapak bikin kagetan, deh, ah,'' ujar Niken masih dengan kebiasaannya yang memalukan itu.
"Maaf, saya ke sini cuma mau kasih tau, kalau pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika di kelas ini akan digantikan oleh Guru yang baru," jelas Pak Dicky.
"Oke, Pak." Lagi-lagi Karin dan Niken adala yang paling bersemangat menangapi.
"Kalian tunggu saja di dalam," ujar Pak Dicky menambahkan, sebelum kembali meninggalkan kelas.
Dan benar saja, tak berapa lama setelah Pak Dicky keluar dari kelas, tiba-tiba seseorang masuk. Hingga semua pandangan seisi kelas tertuju padanya. Terutama para siswi yang tak sempat berkedip. Ya, nggak sempat berkedip gara-gara yang masuk adalah seorang cowok ganteng.
"Pagi semuanya," sapanya saat memasuki kelas dan langsung saja menuju meja Guru yang terletak dibagian depan kelas arah ke sudut.
"Pagi, Pak," jawab seisi kelas serentak.
"Astaga, ganteng amat.''
"Malaikat guyss."
"Pingin gue kantongin ni Guru."
"Ke KUA yok, Pak."
Itulah sederetan kata-kata yang keluar dari mulut para siswi yang memuji-muji Guru yang saat ini sedang berhadapan dengan mereka. Maklum sajalah, ABG labil, nggak bisa melihat cogan sedikit saja langsung pada heboh.
"Aduh, ganteng amat tu Bapak. Sayang amat kalo dipanggil, Bapak," bisik Hani pada Kim yang ada di sebelahnya.
"Udah punya gebetan belum, ya?'' Jeje ikut-ikutan.
"Ganteng, sih, ganteng. Tapi, killer guys," tambah Kim pada Hani dan Jeje . Oke ... ia akui mata para sahabatnya memang tak salah. Ganteng adalah kata yang cocok.
"Baiklah, sebelum pelajaran dimulai, saya akan perkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Alvian Dika Geraldi, kalian bisa panggil saya Pak Alvin, umur 23 tahun. Mulai hari ini, saya akan menggantikan Bapak Anto untuk mengajar Bahasa Inggris dan Matematika," jelasnya. "Ada pertanyaan lagi?" tambahnya mengarahkan pandangan pada seisi kelas.
"Udah punya pacar belum, Pak?'' tanya Jeje bersemangat.
"Je, pertanyaan lo nggak bermutu banget, sih," umpat Kim atas pertanyaan yang dilontarkan Jeje. Memalukan sekali sikapnya ini .
"Jawab, dong, Pak. Itu pertanyaan penting, loh."
"Saya masih single,'' jawab Alvin.
Sontak jawaban itu langsung membuat para siswi satu kelas heboh. Iya, heboh ngutak-ngatik Ponsel masing-masing, buat kepoin akun Facebook, Path, Instagram, Line, WA dan lain-lain milik Alvin.
"Oke, kalau gitu saya absen kalian dulu," ujar Alvin sambil membuka buku absen.
"Ardylan Dewanta."
"Hadirr, Pak."
"Adji nugraha."
"Hadir...."
"......"
"Crista Hani Febrika."
"Me, Pak."
"Jena Fika Anastasya"
"Hadirr ,Pak"
"Kimberly Hana Affandi"
"Hadir...."
'Jadi, dia?" batin Alvin menatap ke arah seorang siswi.
"Eh, guys. Itu Pak Alvin ngapain ngeliatin gue gitu banget, ya, bikin merinding. Apa make up gue ketebalan atau eyeliner gue yang berlepotan?" tanya Kim pada kedua sahabatnya karena merasa kalau Alvin sedang memperhatikannya.
"Ah, nggak, kok," jawab Jeje sambil mematut-matut wajah Kim.
"Trus, apa yang salah sama gue?" Kim Bingung sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.
"Naksir kali, tuh," jawab Jeje sambil tertawa seolah meledek Kim
"Ih, Jeje," desis Kim kesal dengan ledekan sobatnya.
"Ehem ... ada masalah apa di sana?'' tanya Alvin karna mendengar suara ribut-ribut dari arah meja Kim dan Jeje.
"Nggak ada kok, Pak," elak keduanya.
"Jangan mengobrol lagi. Sekarang buka buku LKS kalian, kita akan langsung mulai pelajaran," terang Alvin pada seisi kelas.
---000---
Tepat saat waktu menunjukkan pukul sepuluh, bel berbunyi. Itu tandanya waktu istirahat datang. Ada rasa lega yang ditunjukkan semua isi kelas. Karena apa? Ternyata wajah tampan Alvin berbanding terbalik dengan caranya mengajar. Benar-benar menakutkan.
"Oke, pelajaran kita hari ini sudah berakhir. Lusa kita ulangan dan nggak ada penolakan. Terima kasih," jelas Alvin sambil meninggalkan ruang kelas.
Kim menghembuskan napas beratnya.
"Paraha banget, tuh, Guru," umpatnya setelah Alvin meninggalkan ruang kelas.
"Dua jam brasa enam jam," sahut Hani.
"Hmm, suasana kelas yang hangat mendadak jadi mencekam, kayak kuburan," tambah Jeje.
"Kita ke kantin, yok ... haus, nih," ajak Hani.
"Yok, tapi kalian berdua duluan aja. Pesenin strawbery smoothies buat gue, ya. Kebelet, nih," ujar Kim yang berlalu pergi meninggalkan Hani dan Jeje dengan sedikit berlari keluar dari kelas menuju toilet.
Setelah mengeluarkan hasrat manusiawinya, Kim hendak menyusul kedua sahabatnya ke kantin. Tapi, pada saat berjalan di salah satu lorong kelas, tiba-tiba ia malah tak sengaja menabrak sesuatu hingga lututnya harus mencicipi ciuman lantai.
"Aduh," Kim meringis ketika lututnya lah yang menjadi korban.
Berniat mengomel, tapi saat mendapati siapa yang bertabrakan dengannya, rasa kesalnya jadi ciut. "Maaf, Pak, nggak sengaja," ucapnya langsung meminta maaf.
Ya, meskipun ia tahu kalau ini bukanlah salahnya. Tapi yang jadi masalah ketika yang bertabrakan dengannya adalah Alvin, gurunya.
"Kalau jalan lihat-lihat," ujar Alvin dingin.
"Lah, perasaan Bapak yang nabrak, deh," balas Kim tak mau kalah.
"Kalau menurut kamu saya yang nabrak dan saya yang salah, trus kenapa kamu barusan minta maaf?"
"Cuma basa-basi doang kali, Pak.''
Mendengar ucapan Kim, bukannya memberi respon atau berkomentar, Alvin malah berlalu pergi begitu saja.
"Gini, nih, yang bikin sakit hati, tanpa bicara apa-apa main pergi aja,'' sungut Kim menuju ke kantin sambil mengumpat kesal. Ahkan wajah itunia bawa hingga sampai di hadapan kedua sobatnya.
"Kenapa, lo?'' tanya Hani pada Kim yang tampak kesal.
''Bayangin aja, itu Guru killer tadi dia yang nabrak gue, eh, malah gue yang diomelin," jelas Kim memberengut.
"Pak Alvin?'' tanya Jeje.
"Siapa lagi."
"Hwaa ... mau juga dong, ditabrak Pak Alvin," ujar Hani dengan tingkah lebaynya.
Pada saat itu, tiba-tiba ponsel Kim yang ada di sakunya berdering. Iapun segera merogoh dan mengeluarkan benda pipih itu.
"Mama," gumamnya saat melihat nama yang tertera di layar ponsel, dan seketika menggeser ponselnya ke kanan.
"Ya, Ma?"
"Pulang sekolah kamu langsung kesini, ya. Mama sama Papa mau kenalin kamu sama calon suami kamu," jelas mamanya
"Hari ini?''
"Iya."
"Hmm, gimana kalau Mama sama Papa aja yang nemuin, aku males,'' balas Kim sengaja menunjukkan penolakannya. Serius, ia benar-benar tak berminat bertemu apalagi sampai bertatap muka sama itu lelaki.
"Mau, semua aset-aset kamu kembali diambil?"
"Hiks hiks, iya, iya. Ntar, aku kesana." Kim langsung menutup sambungan telfon bersama mamanya.
"Lo kenapa, kok mewek?" tanya Jeje yang melihat raut wajah masam sobatnya.
"Iya, kenapa, sih?" Hani ikut-ikutan.
"Nggak, cuman Papa Mama ngajakin ketemuan sama sahabat-sahabat mereka. Ngebosenin banget, kan," jawab Kim bohong. Ya kali ia jawab jujur, kalau mau ketemuan sama cowok yang bakal dijodohin buat dirinya. Pasti mereka bakal ketawa ngakak, masa iya keluarganya yang modern ngikutin jejaknya Siti Nurbaya.
"Oohhh," balas Hani dan Jeje.
Jam satu siang bel berbunyi ... itu tandanya kegiatan Sekolah untuk hari ini pun berakhir. Semua penghuni sekolah berhamburan keluar layaknya anak ayam yang baru saja keluar kandang."Kalian berdua mau jalan?'' tanya Kim."Nggak, gue mau tidur siang. Sumpah, ini mata gue ngantuk berat, guys. Tadi aja pas pelajarannya Bu Tini, gue nyaris ketiduran," jelas Hani dengan wajah lesunya."Iya, gue juga mau pulang aja," tambah Jeje.''Kalau gitu gue duluan, ya. Mau nyusulin orang tua gue,'' ujar Kim."Oke, bye."Kim pamit dan segera menuju mobilnya, begitupun dengan Hani dan Jeje yang menuju mobil mereka masing-masing.[][][][]Ia segera menuju Cafe yang sudah diberitahukan mamanya tadi lewat pesan singkat. Setibanya di tempat yang di maksud, ia menghampiri meja receptionist."Maaf, Mbak, saya mau cari meja atas nama Bapak William Affandi. Di sebelah mana, ya?'' tanya Kim pada receptionis.
Jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Alvin mengantar Kimmy balik ke rumahnya."Makasih, Pak ... sudah mengantar saya pulang dengan selamat," ucapnya yang sudah berada di luar mobil Alvin."Jangan panggil saya Bapak," kesal Alvin yang berada di dalam mobil."Eh, iya, maaf ... Bapak Alvin," ledek Kim yang langsung kabur sambil tertawa. Entah kenapa, melihat tampang Alvin yang sedang kesal, itu membuatnya sangat terhibur ."Malam," teriak Kim saat menapaki kakinya di ruang keluarga."Kim ... jangan teriak-teriak," semprot mamanya langsung, yang ternyata sudah menunggu di ruang tamu."Eh, Mama, kirain nggak ada orang. Papa juga," ujar Kim sambil cengengesan, menyadari tak hanya mamanya yang ada di sana, tapi juga papanya."Gimana?'' tanya William pada putrinya."Gimana apanya, Pa?'' tanya Kim balik ."Ya elah, maksud Papa gimana kamu sama Alvin?''''Biasa aja.""Ganteng, kan, Alvinnya?'' tanya Jessica senyum-seny
Jam 05:30 Kim terbangun dari tidurnya. Ia mengarahkan pandangan ke seluruh penjuru kamar, mencari keberadaan Alvin, suaminya.'Hah, mungkin tu orang udah bangun,' pikirnya.Ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan gontai menuju ke kamar mandi. Tapi, saat pintu terbuka, di saat itulah ia kaget dengan kedua bola matanya yang langsung membulat."Aaaakk!!!" teriaknya histeris dan segera menutup mata dengan kedua telapak tangannya."Ya ampun, ni anak," dumel Alvin yang tengah berdiri dihadapan Kim, hanya menggunakan handuk.Jangan berpikir kalau ia melihat Alvin dalam keadaan tanpa pakaian alias telanjang. Melihat Alvin dalam keadaan hanya menggunakan handuk begini saja, sudah membuat otaknya konslet. Apalagi kalau telanjang, mungkin ia akan langsung pingsan."Apa kamu pingin semua orang mikirnya kita lagi ngapa-ngapain, gitu? Suaramu sangat memekakkan telinga," ujar Alvin sambil berpangku tangan dihadapan gadis itu."Abisnya ... sa
"Aku pulang!!!" Kim berteriak memasuki rumah saat pulang Sekolah. Ia langsung duduk di sofa karna kecapean, apalagi cuaca hari ini sangat panas. Mungkin matahari sudah sangat dekat dengan bumi."Eh, Non udah pulang. Mau bibik bikinin minum?" tanya bibik yang menghampirinya."Nggak usah, Bik. Aku mau tidur aja, capek," tolaknya. "Oiya, Kak Alvin udah pulang belum, Bik?"Entah kesambet apaan, ia sampai menanyakan Alvin yang menurutnya memiliki ekspressi layaknya sebuah tembok. Sangat datar."Den Alvin udah pulang tadi dari Sekolah jam 11, Non. Trus, habis ganti baju langsung pergi lagi ke kantor,'' jelas Bibik."Oo," sahutnya. "Ya udah, Bik ... aku mau ke kamar, istirahat," ujarnya bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas.Setibanya di kamar, saking ngantuk dan capek, ia langsung ketiduran masih dengan seragam Sekolah yang melekat di badannya. Lengkap dengan sepatu yang masih menempel di kaki. &nbs
Hari ini, entah terkena serangan angin apa ia bangun di jam yang begitu pagi. Biasanya bangun jam enam, kini dirinya bangun di jam lima. Apa mungkin ia baru menyadari kalau statusnya saat ini adalah seorang istri? Mungkin."Astaga! Non bikin kaget aja," ujar Bibik kaget, yang tiba-tiba saja dihampiri oleh Kim."Bibik, lebay-nya akut, deh. Biasa aja kali," balas Kim."Ini mah luar biasa, Non. Apa jam di kamarnya, Non, lagi error ya. Secara, ini masih jam lima," jelas Bibik yang sepertinya sedang meledek majikannya itu."Aku tau, Bik, kalau ini masih jam lima, tapi aku pingin bangun cepet aja," dalih Kim memberi jawaban."Non sakit?" tanya Bibik khawatir sambil memegangi dahi Kim."Ih, Bibik apaan, sih." Ia semakin kesal saja."Aduh, aduh, ini ada apaan, subuh-subuh ribut di dapur." Jessica tiba-tiba datang menghampiri Kim dan Bibik yang sedang heboh.
"Ah, itu mobilnya sepupu gue," gagap Kim menjawab pertanyaan Hani.'Andai kalian tahu, kalau itu adalah mobilnya Kak Alvin,' batin Kim mulai resah."Aduh, Han ... mobil kayak gitu banyak kali," ujar Jeje."Ah, iya, ya," setuju Hani dengan pendapat Jeje."Ya udah, gue turun dulu, ya. Makasih udah nganterin," ujar Kim segera turun dari mobil."Nggak nawarin kita masuk dulu gitu?""Hah?!" Tampang kaget langsung ia tunjukkan."Idih, biasa aja dong. Gue cuma becanda doang. Lagi nggak minat main di rumah lo," kelakar Hani dengan candaannya, tapi sukses membuat Jantung Kim seakan mau copot."Huft ... kirain," gumam Kim menghembuskan napas leganya saat keluar dari mobil.Ia segera memasuki halaman rumah dengan sedikit berlari. Berharap agar segera sampai di dalam rumah. Capek, pengin istirahat."Aku pulang!!!" teriakn
Pagi ini Kim berangkat sekolah dengan penampilan yang berbeda. Bahkan dari saat menginjakkan kakinya di area sekolah, semua mata seolah sedang memandang aneh ke arahnya."Kim, ini kenapa lo pake sweater dan masker gitu?" tanya Jeje bingung dengan penampilan sobatnya."Gaya terbaru, ya? Apa perlu gue ngikutin juga?" Hani mengedipkan mata."Lo bilang gaya terbaru? Nih, liat muka gue, tangan gue, semuanya merah-merah," jelas Kim sambil membuka masker dan juga sweater yang ia kenakan."Omigos! Lo kenapa, Beb?" tanya Hani kaget dengan penampakan muka Kim.''Gara-gara makanan lo yang gue icip kemaren, nih," terang Kim memberungut.Hani dan Jeje malah tertawa. Di satu sisi, mereka merasa kasihan. Di sisi lain, penampilan Kim sangatlah lucu. Ada efek merah-merahnya."Makanya, jangan ngambil makanan orang sembarangan.''Karin yang berada di kursi
"Lo nggak makan?" tanya Jeje pada Kim sambil memakan baksonya dengan lahap."Nggak laper," jawab Kim sambil menyeruput jus jeruknya.Di saat yang bersaman, seorang cowok datang menghampiri meja mereka bertiga. Sontak, Kim merasa kaget."Angga, lo kok ...""Iya, ini gue, Kim," sahutnya.Angga adalah salah satu most wanted di sekolah dan juga ketua tim basket. Dia menyukai Kim, begitupun sebaliknya. Tapi, ya itu ... mungkin karna sok ganteng nya, dia suka gonta ganti cewek.Kenapa dia baru nongol? Karna dua minggu ini dia lagi ijin Sekolah, karena ada urusan keluarga."Kim, udah lama kita nggak ketemu. Kangen nggak sama gue?" tanya Angga pada Kim."Ih, apaan, sih," balas Kim merasa risih, entah karena apa. Biasanya juga dia fine-fine aja saat Angga merayunya seperti itu."Oiya, Kim ... gue mau ngomong sesuatu sama lo,