Happy Reading-----
Gavriel bergeming, pria itu menelan saliva dengan pahit dan berpaling untuk mengenakan jasnya. Melihat respon tersebut, Liora langsung melangkah mundur dengan tatapan nanar.
“Ya Tuhan.” Liora mengusap wajah tak percaya.
Gavriel berbalik, memegang kedua lengan Liora. “Aku akan membawa gadis itu kembali. Katakan pada Anna bahwa ia tak perlu khawatir lagi. Nanti malam aku akan ke tempatmu untuk bertemu dengannya dan meminta maaf,” kata Gavriel tenang dengan suaranya yang lembut.
“Itu saja?” Mata Liora membulat tak percaya dengan gaya tenang kekasihnya tersebut.
Dengan segera, Liora menyentak tangan Gavriel dan menjauh.
“Liora jangan seperti ini lagi. Kita baru saja berbaikan,” protes Gravriel tertahan, meski kekesalan mencoba merangkak mengaliri darahnya. Ia benci Liora menarik diri darinya seperti sekarang.
“Lalu apa yang kau harapkan? Berterima kasih padamu?” Sorot perak Liora menyipit.
Happy Reading-----“T-tuan—”Tubuh Anna seketika lemas saat sore itu Gavriel mendatangi babysitter Liora tersebut. Gavriel secara terus terang meminta maaf dan sebagai gantinya memberikan jaminan kehidupan dari segi keamanan maupun finansial serta akomodasi untuk pulang ke Inggris menemui Monica menggunakan private jet miliknya.“Tak semua bisa disembuhkan dengan materi, Gavriel,” kata Liora setelah membawa Anna pergi dari hadapan Gavriel untuk membantu wanita itu menenangkan diri.“Ia masih dalam fase syok. Ia belum dapat berpikir jernih. Nanti ia akan mengerti betapa berharganya jaminan yang aku berikan. Aku tak sembarangan menawarkan seperti itu pada orang lain. Kabarkan padaku kapan wanita itu ingin ke Inggris, aku akan siapkan private jet-nya,” kata Gavriel dingin seraya beranjak dari duduknya dan mengancingkan jas.“Apakah ini dirimu yang sesungg
MVG kembaliiii. Ada yang kangen?Happy Reading-----Sudah dua minggu ini Liora tak berkomunikasi dengan Gavriel. Pria itu seolah hilang begitu saja.Liora mencoba menghubungi beberapa kali untuk sekadar menanyakan kabar. Tak ada yang bisa menghalau kerinduan yang menyiksanya, terlebih ini terjadi setelah mereka berbaikan. Namun, Gavriel hanya sekadar membaca pesan darinya tanpa memberi balasan.Ia tak tahu jenis hubungan apa yang ia jalani saat ini dengan Gavriel. Ia hanya berharap hubungan mereka belum berakhir.Gavriel butuh waktu sendiri, setidaknya itu yang Liora tanamkan berkali-kali di otaknya setiap kali ia harus mendapati pagi harinya pahit karena tak ada tanda Gavriel mencoba menghubunginya.“Ma’am, Mr. Weston telah tiba,” kata Lizzi yang baru saja membuka pintu ruang kerja sang CEO-nya.Liora yang sejak tadi berkutat dengan lembar-lembar dokumen yang
Happy Reading-----“Kau sudah lama?” tanya Gavriel dengan senyum lebar melihat kedatangan Pierro.Ia kian berjalan mendekat sembari menyugar rambutnya yang basah. Tubuhnya terasa begitu segar berkat olahraga surfing yang ia lakukan sedari tadi.Ia masih berada di mansion kakeknya di Sheboygan yang tepat menghadap danau Michigan. Salah satu danau terbesar di Amerika Utara yang jarang orang sangka dapat dijadikan olahraga surfing. Kebanyakan orang tak tahu, mengingat ini bukanlah laut, tetapi danau. Mereka tak akan menemukan ombak setinggi 40 kaki, tetapi tempat ini juga bukan untuk peselancar pemula dan anak-anak.Ombak di sini bisa sangat brutal dan tak terduga seperti saat ini karena mengingat letak Sheboygan menjorok ke arah danau, sehingga lokasi ini mendapat angin dari segala arah. Terlebih bulan-bulan mendekati musim dingin seperti sekarang.Meski ia benar-benar menikmati surfing-ny
Happy Reading-----“Don Gavriel,” sambut Daniel dan Marco penuh hormat saat Gavriel turun dari helikopter.Gavriel hanya mengangguk sekilas sembari mengancingkan jas biru tuanya. Sudah tak ada lagi sosok Gavriel yang bertelanjang dada dengan tubuh basah dan papan surfing di tangannya. Pria itu telah kembali menjadi sosok Don Prospero dengan setelan jas tiga potong berwarna gelap yang khas dan sebuah pistol yang selalu tersedia di belakang pinggangnya.Pierro dan dua made guy lain menyusul turun dari helikopter. Mereka telah tiba di mansion Gavriel di Madison kala langit siang sudah berangsur tergantikan sore.“Semua telah dihubungi. Rapat siap dilaksanakan dua jam lagi,” lapor Marco.“Fredo telah di sini,” tambah Daniel.Daniel menahan dirinya sekuat mungkin untuk bersikap profesional dan tak meluapkan kekesalannya pada Gavriel karena tindakan yang
Happy Reading-----BRAAK!Gavriel menggebrak meja kerjanya, sedang mata biru pria itu menatap menyalang pada seorang made guy yang mengepalai penjagaan terhadap Liora selama ini.“Bagaimana bisa kau tidak melaporkan hal seperti ini padaku?!” sentak Gavriel murka.“Anda terlihat ingin sendiri beberapa waktu ini, jadi saya memutuskan untuk mencari tahu tentang pria itu sebelum melaporkannya pada Anda nantinya,” jawab made guy itu seraya menunduk, tidak berani menatap kemarahan sang Don yang biasanya terkenal begitu tenang.“Aku yang memutuskan apa yang harus kau lakukan!”“Maafkan saya, Don Gavriel.” Pria itu mengepalkan tangannya di sisi paha dengan gemetaran, telapaknya sudah basah oleh keringat.“Dan apa yang sudah kau dapatkan dari perilaku sok idemu itu?!”“Kami belum mendapatkannya,
Happy Reading-----“Cara mia, bertahanlah. Bertahanlah, Sayangku.” Gavriel terus menggenggam tangan Liora erat-erat di tengah mobil ambulans yang melaju kencang menuju rumah sakit. Ia berulang kali mengecupi punggung tangan Liora yang pucat.“G-ga-gav,” panggil Liora terus berbata oleh rasa kematian yang terus menerus menghunjam di dadanya yang luar biasa sesak. Seperti inikah rasanya saat nyawa hendak tercabut?Buliran air mata terus menetes di ujung matanya. Bukan hanya karena sakit luar biasa yang menghantamnya, tetapi juga harus melihat Gavriel bersedih karena keadaannya. Andai bisa, ia tak ingin membiarkan pria itu melihat kondisinya saat ini.Gavriel prianya yang tangguh, prianya yang berani, sang pemimpin yang ditakuti, tetapi kini terlihat begitu hancur dengan air mata yang menyelimuti mata biru indah itu.“Aku mencintaimu, Liora. Kumohon bertahan. Bertahanlah, Cara mia
Happy Reading-----Gavriel membelai lembut pipi Liora, sedang tangannya yang lain menggenggam jemari sang kekasih tersebut. Mata Liora masih tertutup sedari tadi, belum tersadar dari efek anestesi.“Maafkan aku, Cara mia.” Gavriel mencium punggung tangan Liora dan membawa tangan itu ke pipinya.“Aku harusnya lebih bisa menjagamu.” Mata Gavriel kembali berlapis kaca.Kondisi Liora terus menghunjam jantungnya. Ia tak tahu sudah sebanyak apa air matanya menetes sejak tadi. Seumur hidup, ia tak pernah menangis seperti ini. Pantang baginya menangis sejak umurnya sepuluh tahun. Bahkan ketika pelatihan keras yang ia tempa dari sang ayah dan kakek. Sidney—ibu tirinya yang selalu menangis untuknya setiap kali melihat ia pulang dari gempuran pelatihan keras untuk menjadi Don Prospero.Gavriel merasa hatinya sudah mati untuk merasakan empati pada orang lain selain keluarganya, tetapi kini?
Happy Reading----- Jake, Zerenity, dan Starley datang berselang setengah jam kemudian. Disusul Geoffrey dan Everley—paman dan bibi Liora dari garis keluarga Dexter. Gavriel tak berekspektasi bahwa keluarga besar Liora dapat setanggap ini untuk tetap datang dari negara bagian tengah malam seperti ini. Meski demikian, Gavriel sangat senang kekasihnya dikelilingi orang tercinta seperti ini. Namun, di tengah ramainya ruangan itu, Liora tak sedikit pun melepas genggaman tangannya pada Gavriel meski mata dan fokusnya pada keluarga. Hal itu membuat Gavriel tak bisa untuk melepas senyum. Ia berkali-kali mencium tangan Liora karena itu. Sampai akhirnya semua orang menengok pada kedatangan Daniel. “Maaf menganggu waktu kalian.” “Sebentar,” bisik Gavriel seraya mencium sekilas bibir Liora sebagai bujukan. Ia ngusap punggung tangan kekasihnya sekali lagi, sebelum berjalan menemui Daniel. Sementara Liora memperhatikan kepergian Gavriel