Happy Reading-----
Gavriel terus memperhatikan Beatrice yang betah menunduk. Keduanya sedang berada di Roll Royce milik Gavriel yang melaju.
“Apa aku begitu menyeramkan untukmu?”
Beatrice langsung tersentak dan bertemu pandangan dengan Gavriel. Ia menggeleng pelan dengan ragu. Meski pria tampan di depannya ini bersuara begitu tenang, tetapi tetap saja membuat Beatrice waspada, terlebih mengingat pria itu adalah Gavriel Arvezio—bos mafia yang lebih kuat dibanding Reed.
Beatrice melempar pandangan ke jendela mobil. Pikirannya berkecamuk. Apa yang bisa ia lakukan jika ia hanya dilempar ke satu mafia ke mafia yang lain? Bagaimana jika pria tampan di depannya ini lebih mengerikan dibanding Reed?
“Kau tak harus percaya padamu. Aku mengerti. Jika kau langsung percaya padaku itu berarti kau bodoh.”
Gavriel merogoh saku jasnya, lalu mengeluarkan ponsel Beatrice yang sedikit retak karena terjatuh sa
Happy Reading-----Suara ramai gelak tawa Pierro dan Vierra, serta selingan suara Liora segera menyeruak ketika Gavriel membuka pintu kamar rawat. Ia tertegun beberapa saat, ia pikir semua telah tidur mengingat ini sudah lewat tengah malam. Setengah satu malam.Ia menyelesaikan urusan terakhirnya dengan mengadakan rapat mendadak pada The Commission. Ia memberitahukan bahwa Gennaro telah tumbang dan ia akuisisi. Ia perlu menegaskan bahwa siapa pun yang berani melangkahi batas kehormatan yang sudah mereka junjung akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.“Lihat, kupu-kupunya terbang tinggi, lalu ... hap! Wah, kenapa dia malah hinggap di hidungmu.” Suara Pierro semakin terdengar kala Gavriel melangkah semakin dalam menuju ruang tempat brankar Liora.Tawa menggemaskan Vierra terdengar.“Wah, sekarang ia malah hinggap di kepalamu.”Pierro meletakkan boneka kupu-kupu kecil di kepala Veirra. Bayi peremp
Happy Reading-----“Aku masih tak percaya dengan hari ini.” Marco menggeleng sampai ia sulit mengekspresikan raut wajahnya sendiri. Antara senang, bangga, tetapi juga was-was.“Kita memang akan selalu berseberangan dengan FBI, tetapi dengan seperti ini kita bisa menjadi saling melakukan genjatan senjata. Aku percaya pada Gavriel,” timpal Daniel seraya melirik Gavriel, tahu maksud kerisauan Marco.Mereka sedang berada di limousine yang baru saja meninggalkan tempat pertemuan Gavriel dengan Direktur FBI Benjamin Watson—ayah Beatrice. Ya, atas kebaikan perlakuan Gavriel, gadis itu kemudian dengan sendirinya berani berbicara pada Benjamin dan pria paruh baya itu pun meminta pertemuan dengan Gavriel tepat di hari ini, tiga minggu usai kematian Armando dan Reed Gennaro.Pertemuan itu berjalan cukup lama dengan saling mengajukan kesepakatan sampai akhirnya mereka benar-benar berada di titik sepakat. Marco dan
Happy Reading-----Orang biasa tak akan memercayai bahwa ini adalah pesta kecil Prospero. Diadakan di ruang terbuka super luas, di dekat bangunan markas besar Prospero. Acara itu tergelar benar-benar mewah, meriah, dan penuh gemerlap, bahkan dalam pandangan mata Liora—keturunan keluarga Quinton sekaligus sang CEO salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Amerika.Suara riuh orang-orang bermayoritas pria beradu dengan musik yang keras. Para wanita-wanita seksi berlenggak-lenggok di panggung runway, sementara para pria bersorak dan sibuk menyelipkan uang di antara pakaian minim wanita-wanita itu. Begitu pula dengan wanita yang berjoget di dalam sangkar.Aktris-aktris film dewasa turut diundang, begitu pula dengan rapper-rapper, DJ, dan penyanyi rock dunia. Terdapat beberapa panggung hiburan yang bisa para anggota Prospero pilih.Hiburan tarian perut, atraksi api dan motor juga turut mengisi acara ini di antara suguhan hidan
Happy Reading-----Perkataan Gavriel masih terus terngiang di telinga Liora, bahkan sampai pagi menjelang. Jantung Liora berdebar-debar tak menentu dengan cara yang membuat pipinya merona.“Kau terlalu percaya diri, Liora,” keluh Liora saat ia melihat pantulan dirinya sendiri di cermin walk in closet usai mandi bersama Vierra.Bisa-bisanya ia berharap siang nanti Gavriel akan mengajaknya ke suatu tempat indah untuk melamarnya. Tidak mungkin. Lagi pula Gavriel juga sedang sibuk dengan Prospero setelah masuknya made guy dan caporegime baru.Liora pun lantas bersegera berpakaian dan mengurus Vierra. Namun, tetap saja. Hatinya tak tenang karena terus penasaran. Seperti saat sedang menyuapi sarapan Vierra sekarang.“Dasar! Kenapa juga harus merahasiakan? Dia bilang juga sudah mempersiapkan semuanya. Lagi-lagi tak memberikanku pilihan untuk memilih setuju atau tidak.” Bibir Liora m
Happy Reading-----“Kau membuatku seperti orang bodoh,” kata Liora datar, tetapi penuh rasa kecewa sekaligus lega yang membingungkan.Matanya menatap jalanan setapak pemakaman yang sepi. Keduanya kini sedang duduk di bangku taman di area pemakaman. Dari sini mereka masih dapat melihat ke arah makam Rose.“Aku tak bermaksud,” lirih Hunter penuh sesal.Liora menoleh. “Jadi orang yang memberikan bunga di makam Rose saat itu dirimu?” tanyanya merujuk pada hari di mana ia mengajak Hunter ke makam Rose pertama kali. Hari peringatan satu tahun kepergian Rose. Di sana ia melihat sudah ada bunga di makam itu. Bunga yang masih tampak segar.Hunter mengangguk.“Kau sangat ahli dalam berakting,” dengkus Liora sinis.Pengacara itu tak membalas. Ia dapat mengerti perasaan Liora saat ini.“Sekarang aku tahu kenapa kau sampai memberikan Vierra hadiah biaya pendidikan
Happy Reading----- Gavriel menyandarkan punggungnya di pintu mobil Roll Royce hitam, sementara tangannya membuka kotak beledu kecil berisi sebuah cincin rose diamond pertunangan berpotongan cushion. Ia telah menyiapkan sejak beberapa waktu lalu. Senyum tak sabar tergambar jelas di wajahnya. Tak jauh dari tempat Gavriel berdiri, sebuah private jet hitam bertuliskan Arshvero telah siap untuk menerbangkan mereka. Ia berencana membawa Liora ke pulau Brylee ke vila mereka yang telah ia renovasi. Semua kejutan telah ia persiapkan di sana. Gavriel kemudian segera menoleh pada kedatangan mobil Cadillac Escalade milik Liora di landasan pribadinya. Dahinya berkerut, mempertanyakan dalam benak mengapa Liora tak menggunakan helikopter yang telah ia siapkan. Ia buru-buru memasukkan kotak cincin itu ke saku sebelum melangkah mendekati mobil itu. Salah satu bodyguard milik Dexter membukakan pintu mobil.
Happy Reading-----“Bawa Vierra kemari,” kata Liora pada salah satu bodyguard dari ayahnya.Mata Liora dan Gavriel saling tertaut pedih. Tak ada yang ingin berpisah, tetapi Liora memilih mengambil pilihan tegas demi anaknya.Bodyguard tersebut memberikan gendongan Vierra pada Liora. Wanita itu memeluk sang bayi dan mencium puncak kepala berambut tipis tersebut.“Kita tak akan bertemu Daddy Gavriel lagi, Sayang. Jadi ucapkan selamat tinggal padanya. Berikan ia kecupan.”“Liora!” Tangan Gavriel terkepal erat.“Ini final, Gav.”Liora kemudian menyodorkan gendongan pada Gavriel. “Apakah kau mau menggendongnya untuk terakhir?”Kedua tangan Vierra cepat-cepat terentang dengan mata berbinar menatap Gavriel, tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di antara dua orang dewasa di sekitarnya ini.“Ini tak akan menj
Happy Reading-----Sejak hari itu, semua berubah. Gavriel benar-benar tak bisa menemui Liora dan Vierra. Seluruh akses Liora dijaga ketat di penthouse maupun di kantor.Namun, meski demikian, bodyguard milik Dexter kini tidak menodongkan pistol pada Gavriel dan made guy. Hal itu membuat made guy Prospero pun tak mengeluarkan pistol ketika bersitegang untuk saling menghormati. Mereka saling melayangkan pukulan untuk mengemban perintah atasan mereka masing-masing, tanpa tidak ada yang ingin benar-benar membunuh, karena atasan mereka pun tak menginginkan hal itu terjadi.Walau begitu, seimbangnya kekuatan kubu Liora dan Gavriel membuat para made guy dan para bodyguard itu tak bisa mengalahkan masing-masing dari mereka. Sehingga Gavriel tetap kesulitan untuk dapat menemui Liora.Seperti yang telah terjadi seminggu ini sampai membuat Pierro keheranan. Pierro pun sengaja menunggu Liora