Happy Reading-----
“Kau membuatku seperti orang bodoh,” kata Liora datar, tetapi penuh rasa kecewa sekaligus lega yang membingungkan.
Matanya menatap jalanan setapak pemakaman yang sepi. Keduanya kini sedang duduk di bangku taman di area pemakaman. Dari sini mereka masih dapat melihat ke arah makam Rose.
“Aku tak bermaksud,” lirih Hunter penuh sesal.
Liora menoleh. “Jadi orang yang memberikan bunga di makam Rose saat itu dirimu?” tanyanya merujuk pada hari di mana ia mengajak Hunter ke makam Rose pertama kali. Hari peringatan satu tahun kepergian Rose. Di sana ia melihat sudah ada bunga di makam itu. Bunga yang masih tampak segar.
Hunter mengangguk.
“Kau sangat ahli dalam berakting,” dengkus Liora sinis.
Pengacara itu tak membalas. Ia dapat mengerti perasaan Liora saat ini.
“Sekarang aku tahu kenapa kau sampai memberikan Vierra hadiah biaya pendidikan
Happy Reading----- Gavriel menyandarkan punggungnya di pintu mobil Roll Royce hitam, sementara tangannya membuka kotak beledu kecil berisi sebuah cincin rose diamond pertunangan berpotongan cushion. Ia telah menyiapkan sejak beberapa waktu lalu. Senyum tak sabar tergambar jelas di wajahnya. Tak jauh dari tempat Gavriel berdiri, sebuah private jet hitam bertuliskan Arshvero telah siap untuk menerbangkan mereka. Ia berencana membawa Liora ke pulau Brylee ke vila mereka yang telah ia renovasi. Semua kejutan telah ia persiapkan di sana. Gavriel kemudian segera menoleh pada kedatangan mobil Cadillac Escalade milik Liora di landasan pribadinya. Dahinya berkerut, mempertanyakan dalam benak mengapa Liora tak menggunakan helikopter yang telah ia siapkan. Ia buru-buru memasukkan kotak cincin itu ke saku sebelum melangkah mendekati mobil itu. Salah satu bodyguard milik Dexter membukakan pintu mobil.
Happy Reading-----“Bawa Vierra kemari,” kata Liora pada salah satu bodyguard dari ayahnya.Mata Liora dan Gavriel saling tertaut pedih. Tak ada yang ingin berpisah, tetapi Liora memilih mengambil pilihan tegas demi anaknya.Bodyguard tersebut memberikan gendongan Vierra pada Liora. Wanita itu memeluk sang bayi dan mencium puncak kepala berambut tipis tersebut.“Kita tak akan bertemu Daddy Gavriel lagi, Sayang. Jadi ucapkan selamat tinggal padanya. Berikan ia kecupan.”“Liora!” Tangan Gavriel terkepal erat.“Ini final, Gav.”Liora kemudian menyodorkan gendongan pada Gavriel. “Apakah kau mau menggendongnya untuk terakhir?”Kedua tangan Vierra cepat-cepat terentang dengan mata berbinar menatap Gavriel, tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di antara dua orang dewasa di sekitarnya ini.“Ini tak akan menj
Happy Reading-----Sejak hari itu, semua berubah. Gavriel benar-benar tak bisa menemui Liora dan Vierra. Seluruh akses Liora dijaga ketat di penthouse maupun di kantor.Namun, meski demikian, bodyguard milik Dexter kini tidak menodongkan pistol pada Gavriel dan made guy. Hal itu membuat made guy Prospero pun tak mengeluarkan pistol ketika bersitegang untuk saling menghormati. Mereka saling melayangkan pukulan untuk mengemban perintah atasan mereka masing-masing, tanpa tidak ada yang ingin benar-benar membunuh, karena atasan mereka pun tak menginginkan hal itu terjadi.Walau begitu, seimbangnya kekuatan kubu Liora dan Gavriel membuat para made guy dan para bodyguard itu tak bisa mengalahkan masing-masing dari mereka. Sehingga Gavriel tetap kesulitan untuk dapat menemui Liora.Seperti yang telah terjadi seminggu ini sampai membuat Pierro keheranan. Pierro pun sengaja menunggu Liora
Happy Reading-----Tiga hari setelah pertemuan Liora dengan Pierro, tak membawa perubahan apa pun pada suasana hati Liora. Ia tahu sejak itu Pierro tak tampak lagi di kantor. Ada rasa khawatir dan ada pula rasa benci yang tak peduli. Lagi-lagi itu beradu di hati Liora sampai terasa menyakitkan.“Ponakan cantik Uncle sedang apa, hm?” Hunter meraih Vierra dalam gendongan dan mengecupi pipi bayi itu dengan gemas. “Kau tak menganggu Mommy kerja, bukan?”Liora yang sedang membereskan meja kerjanya hanya tersenyum kecil melihat interaksi itu. Hunter lalu berjalan mendekat.“Hey ... apakah kau baru saja menangis lagi?” Hunter hendak menyentuh pipi Liora, tetapi wanita itu menepisnya halus.“It’s ok.”Liora melanjutkan membereskan mejanya. Hunter menatap wanita yang dicintainya itu untuk waktu yang cukup lama. Ia tak suka melihat Liora bersedih. N
Happy Reading-----Liora duduk dengan dagu terangkat dingin dan tajam di ruang kerjanya di kantor. Setelah pertemuannya dengan Gavriel di area parkir kantor, esok harinya Quinton Resource Corp diguncang oleh masalah karyawan di salah satu pabrik pengolahan logamnya di Viroqua.Ia sudah mengutus COO-nya untuk membereskan masalah itu, tetapi sudah tiga hari ini masalah itu tak kunjung terselesaikan dan justru merembet pada masalah-masalah teknis dan kesejahteraan karyawan yang bagi Liora tak masuk akal. Perusahaannya selalu mengedepankan tentang kenyamanan lingkup kerja, mulai dari keselamatan kerja, jam sampai gaji dan tunjangan.Dan mereka mengatakan bahwa perusahaan telah memeras jam kerja mereka? Gila! Konyol! Sebenarnya ada apa?“Bagaimana bisa masalah ini belum terselesaikan?! Kau tahu sehari saja tersendat sudah mengacaukan jalur pengiriman kita dan ini sudah tiga hari!” sentak Liora pada pria paruh baya yang menjad
Happy Reading-----6 bulan kemudian ....“Uncle!!!” Vierra buru-buru turun dari pangkuan Liora dan berlari pada kedatangan Hunter. Pengacara ternama itu langsung berjongkok dengan tangan terentang lebar-lebar. Vierra yang empat bulan lagi akan menginjak usia dua tahun itu pun masuk dalam pelukan Hunter. Ia tergelak kala Hunter berdiri dan membawanya berputar di udara.Liora tersenyum tipis melihat hal itu. Sudah menjadi rutinitas Hunter untuk selalu singgah ke penthouse-nya setiap hari untuk menemui Vierra. Termasuk di akhir pekan seperti ini.Hunter kemudian berjalan menyapa Vello, lalu menghampiri Liora.“Bagaimana harimu, Sayang?” tanya Hunter saat ia mengecup pipi Liora.“Great,” jawab Liora singkat.Hunter tersenyum seraya membelai pipi Liora lalu beralih pada Dexter yang duduk di sofa seberang.“Apa kabarmu, Dex?” Ked
Happy Reading-----“Sayang ....” Panggilan Hunter yang menyeruak segera menyadarkan Liora. Ia menoleh dan mendapati senyum hangat Hunter yang tak pernah pudar untuknya.“Apa?”“Kau melamun.”“Tidak.” Liora menelan salivanya dengan pahit.Hunter kembali tersenyum. “Ayo kita duduk, acara segera dimulai.”Liora mengangguk dan membiarkan Hunter membimbingnya pada meja mereka yang telah diatur oleh pihak mempelai. Namun, langkah Liora kemudian tertahan karena mendapati Hunter membawanya pada meja melingkar yang terisi Gavriel dan Beatrice.“Suatu kebetulan kita berada di satu meja,” kata Hunter.Gavriel beranjak dari duduk dengan gaya khas tenangnya yang elegan. “Mr. Anderson.” Ia mengulurkan tangan dengan seulas senyum karismatik.“Mr. Arvezio.” Hunter menjabat tangan Gavriel dengan tekanan
Happy Reading-----“It hurts, right? Me too.”Tubuh Liora menegang ketika kedua tangan Gavriel memeluk pinggangnya. Apakah ini nyata? Ia bisa merasakan rengkuhan ini lagi? Atau ia mulai gila karena tak bisa menerima kenyataan pahit yang sedang dirasakannya?Gavriel menyurukkan wajahnya ke leher Liora, membuat saraf-saraf Liora kaku oleh tarik napas hangat pria itu.“Kau tak tahu betapa aku merindukan aroma tubuhmu ini.” Pelukan itu mengencang, seolah menjawab keraguan di benak Liora tentang keberadaan pria itu di sini.Mata Liora terpatri di depan cermin, melihat Gavriel yang terpejam, terus mendesakkan wajah ke lehernya, seolah tak pernah cukup dekat. Dengan tangan yang kian gemetar, Liora menyentuh tangan Gavriel di perutnya dan pria itu langsung mengambil tangannya dalam genggaman erat.Liora semakin terisak. Ini nyata? Liora ingin menjerit. Jika pun ini tak nyata, Liora tak ingin te