Share

Chapter 5: The Accident

Happy reading ;)

-------------------

"Aku minta maaf padamu atas kejadian di masa lalu," Christian berusaha meraih jemari itu, namun Emily terlalu muak akan kata maaf yang keluar dari bibir pria yang pernah ia cintai sebelumnya.

Mike hanya mendengus pelan, ia terpaksa berpindah meja saat suasana tegang tadi hampir tak terkendali. Mike meminta menyelesaikan permasalahan dengan baik walaupun manik legam itu menatapnya tak suka.

"Maafmu tak akan merubah apapun, keparat!"

"Yeaah i know, setidaknya aku telah meminta maaf padamu," Christian mengangkat bahu acuh kemudian menyesap Vodka perlahan.

Emily tersenyum masam, terlalu banyak kata maaf dari mulut para bedebah yang berharap urusannya selesai. Manusia biadab, yang berlaku seperti binatang dengan sikap dan perkataannya kemudian meminta maaf dengan mudah itu sama saja keparat gila yang menginginkan mati dengan tak manusiawi. Baik, ia akan mengabulkan permohonannya.

"Apa itu sebuah permohonan sebelum tanganku membelah tubuhmu menjadi beberapa bagian?" Seringai iblis itu kembali mengisi wajah keangkuhan wanita bersurai golden blonde yang menatap manik hazel Christian dengan kasar.

"Hentikan pekerjaan kotormu, Em."

"Bahkan kau dan keluarga mu terlampau kotor dari apa yang aku kerjakan sekarang, Christian."

Pria itu menghela napas berat, ia tahu keluarga nya bertindak tak manusiawi pada istrinya dahulu dan bodohnya ia justru percaya semua kebohongan yang mereka katakan hingga perceraian itu terjadi. Namun, bagi Christian keluarga adalah keluarga, dan ia harus melindunginya bukan?

"Harusnya, saat itu aku percaya padamu Em,"

"Jika tak ada hal lain yang kau bicarakan, sebaiknya kau tak meminta izin bossku untuk pertemuan sampah seperti ini."

Emily beranjak hendak pergi, dengan cepat Christian meraih jemari Emily berharap ia dapat kembali bersama. Siapa sangka, Emily meraih pisau lalu menekan ujung pisau itu pada leher Christian.

"Jangan menyentuhku sedikitpun jika tak ingin pisau ini merobek tenggorokan mu, Christian Cloves." teriakan pengunjung di restoran tersebut menggema seiring darah yang dihasilkan oleh ujung pisau itu menetes sedikit demi sedikit. Mike terkejut dan segera meraih jemari Emily yang mengeras penuh amarah, Mike memberikan sentuhan hangat berharap wanita itu menghentikan aksinya agar tak berhubungan dengan pihak kepolisian, pasalnya restoran yang ia tempati merupakan restoran terkenal di New York.

"Kau menyakitinya Em, jangan gunakan tanganmu untuk membunuh pria kotor sepertinya," Emily menghela napas dalam, menaruh kembali pisau yang sempat ingin merobek kulit leher Christian, manik legam itu tetap menghunus menyerang manik hazel pria bodoh didepannya. Christian mengerang kesakitan ditengah debaran rasa takut dan cemas sekaligus.

"Kali ini kau lolos dariku, brengsek!"

Emily berderap keras meninggalkan pria itu, nafas yang berderu tak bisa ia tahan. Ia harus segera mencari pelampiasan sepulangnya nanti.

"Emily!" Seruan Mike menghentikan langkahnyanya. Mike setengah berlari untuk menyamai langkah lebar wanita itu.

"Kau harusnya tak melakukan itu.." Kalimat Mike mampu menyulut kembali emosi dengan segala cacian yang hampir ia utarakan. Hatinya menekan itu semua mengingat posisi dirinya saat ini hanya sebagai bodyguard.

"Maafkan aku, Sir." Emily menunduk hormat, pandangan nya kembali dingin. Berusaha menetralkan hatinya yang kian bergejolak penuh emosi.

"B-bukan begitu, maksudku..."

"Urusanku telah selesai." potong Emily cepat.

***

Suasana hening didalam mobil membuat Mike serba salah, ia begitu penasaran pada permasalahan yang dialami oleh mereka berdua. Namun ia tak cukup berani menanyakan hal yang bersifat pribadi itu pada Emily mengingat kemarahan dan kesedihan yang terpancar pada sorot matanya. Ia yakin kesalahan Christian di masa lalu sangat mendominasi bagi kehidupan wanita mungil itu sekarang.

"Ehem, aku tidak tahu kau memiliki masa lalu dengan..."

"Berhentilah ikut campur urusanku, jika kau tak ingin ku serahkan pada musuhmu." manik legam itu menatap tajam kaca spion.

"A-apa?!" Mike melirik ke belakang dan mendapati dua mobil hitam yang mengikutinya sedari tadi. Kaki kanan Emily menendang seat slide, mendorong tubuh Mike terlentang di atas jok mobil, sedangkan jemari nya meraih revolver Magnum dibalik celana jeans dan mengarahkan ujung senjata itu kearah luar jendela kaca Mike yang telah dibuka.

Dor! Dor! Dor!

Tiga kali tembakan peluru mampu membuat orang yang berada dibalik kemudi itu mati dan mobil hilang kendali menabrak trotoar. Emily menutup kaca sebelum mengarahkan Magnum revolver miliknya pada mobil hitam satunya lagi yang siap membalas.

Untuk sesaat Mike terpana dengan aksi Emily yang begitu tangkas dan setiap tindakannya ia yakin telah diperhitungkan dengan sempurna. Satu tangan memegang kemudi, satu tangan lagi diisi oleh senjata Magnum revolver yang siap menembak musuh. Kepala wanita itu hanya keluar sedikit namun dengan pas jemari itu menekan trigger melepas peluru hingga bunyi keras dari pecahan ban terdengar begitu menyeramkan bersamaan dengan mobil tersebut menghantam mobil lainnya yang terpakir tak jauh dari sana.

"Wow! Awesome!" Mike kembali membenarkan joknya, jantung yang berdebar kencang tak juga membaik meski ia telah jauh dari tempat kejadian, hingga sampai di halaman utama mansion Mike masih menggeleng tak percaya pada apa yang telah terjadi. Emily tersenyum remeh, menurutnya pria rupawan dengan tubuh atletis sempurna seperti Mike tak perlu tegang seperti ini. Bagaimana bisa ia memiliki tubuh sempurna namun tak berani berbuat sedikitpun untuk keselamatan nya sendiri.

"Kau tak apa, Sir?"

Kalimat serupa bisikan itu membuat Mike menatap manik Emily tak sengaja, ia mencoba menyelami walnut itu berharap menemukan getaran khawatir untuknya didalam sana. Tapi nyatanya ia justru tersesat dalam ruang gulita tanpa arah. Ruang itu teramat hampa dan kosong. Bagaimana wanita bersurai golden blonde itu hidup dengan kegelapan yang melingkar erat pada dirinya?

"Sir? Apa kau terluka?" Kening Emily mengerut dalam bersamaan pupil yang melebar, karena kini ia tak mendapat jawaban serupa suara dari pria itu, namun belaian lembut pada bibir mungilnya terasa asing dan memabukkan. Meruntuhkan dinding keras yang telah lama ia bangun. Sesaat Emily merutuki dirinya begitu mudah menikmati kelembaban indah yang ia dapat dari pria disampingnya, Mike Delwyn. 

***

-To Be Continued-

Karya Luna Lupin yang lain ---> My Brilliant Doctor (On Going)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status