Share

Chapter 4: A Stressful Dinner

Happy reading ;)

---------------

Iris manik cokelat itu tetap tertuju pada hasil video rekaman yang ia dapat dari alat canggih milik Emily. Ya, mereka telah mengakhiri pertemuan dengan para investor dan menjelaskan bahwa Citi Group akan berusaha kembali seperti sebelumnya. Namun pikiran pria itu justru berpendar pada kejadian siang tadi, melihat Emily yang tak nyaman akan kehadiran Christian membuat segudang pertanyaan bertumpuk dalam benaknya. Bahkan dengan lantang Christian meminta izin padanya untuk mengajak wanita itu makan malam bersama.

Sedangkan Emily, ia sedikit kagum pada pria disampingnya ini, pembawaan Mike yang ramah, santai dan juga tegas membuat seluruh investor yakin akan peningkatan saham di perusahaan yang Mike pegang, bahkan Mr Grey kembali mendanai suatu kegiatan Citi Group dalam sosial kemasyarakatan (citizenship) yang menjangkau berbagai lapisan komunitas yang membutuhkan. Itu adalah kegiatan salah satu diantara tiga puluh lima kegiatan yang pria itu jalankan. Sekarang Emily percaya jika Mike menduduki jabatan tertinggi di perusahaan adalah hasil dari jerih payahnya sendiri.

"Apa kau akan makan malam bersama Christian?" Pertanyaan Mike mengaburkan pemikiran wanita itu, sedangkan Mike menatap Emily penasaran.

"Jika kau mengizinkan, aku bekerja padamu Sir," Manik legam itu seakan berharap bahwa ia tak ingin diizinkan pergi dalam hal ini. Namun rasa penasaran Mike begitu membuncah seakan ia ingin mengulik wanita yang telah mencampakkannya selama ini.

"Aku mengizinkanmu."

"Baik, Sir."

Mike menghela napas dalam, berusaha mengembalikan konsentrasi pada apa yang ia lihat. Ia merutuki dirinya yang begitu labil, bahkan sudah sangat jelas ia mengizinkan saat Christian lebih dulu memintanya.

"Menurutmu, siapa yang kau curigai?" Mike menggeser laptop nya menghadap Emily.

"Sebaiknya kau membayar dettective untuk urusan yang satu ini." Emily tetap pada posisinya dan hanya melirik sesekali.

"Setidaknya kau jauh lebih paham bukan?"

"Itu bukan hakku, aku hanya melindungi dari orang yang akan berbuat jahat padamu, Sir." Wanita itu bersikeras tak ingin ikut campur untuk urusan bisnis Mike. Ia juga tak ada kewenangan untuk menyelidiki pasalnya tak mudah, ia tak mampu jika hanya bergerak sendiri dalam penyelidikan mengingat Mike adalah CEO terbesar di New York.

***

"Kau yakin hanya memakai sweater dan celana jeans?" Kini pandangan Mike memindai pakaian yang Emily kenakan untuk bertemu Christian, Sweater maroon, celana jeans dan sepatu cats maroon. Mike semakin yakin bahwa wanita ini memang tak berniat ingin bertemu. Pria itu menelusup kan jemarinya ke dalam kantong celana dan bersandar pada dinding kamar wanita bersurai golden blonde itu. Emily tersenyum masam sebelum melanjutkan langkahnya yang berderap tak suka.

"Wait! Kita pergi bersama," Langkah Emily terhenti, pria itu menggaruk tengkuk yang tak gatal dan berjalan mendahuluinya.

"Kalian akan pergi kemana?" Suara khas pria paruh baya itu terdengar menyelidik saat mereka melewati ruang utama. Surat kabar yang ia genggam begitu lusuh saat lembaran demi lembaran yang dibuka olehnya.

"Dadd, kapan kau kembali?" Mike berhambur memeluk sang ayah penuh rindu.

"Hentikan kelakuan bocahmu!"

"Sudah tak jaman membaca surat kabar seperti ini Dadd," Mike melepaskan pelukan dan berdiri merapikan baju yang sedikit kusut akibat pelukan pada sang ayah.

Egbert menurunkan kacamata hingga pangkal hidung, ia melihat pakaian sang anak yang tampak santai. Kemeja Levi Strauss Co white membalut tubuh atletis pria itu, celana Stretch Skinny Fit berwarna kulit terlihat pas untuk pria dengan tinggi 186cm seperti Mike. Sepatu cats putih mempertegas betapa santainya ia dengan tampilan casual.

"Aku akan bertemu temanku, untuk urusan bisnis." jawabnya berbohong. Egbert tersenyum maklum, ia memahami putranya yang terkadang tak ingin dicampuri untuk beberapa hal.

Lykan Hypersport hitam melaju kencang membelah jalanan New York malam ini. Emily begitu santai mengemudikan salah satu koleksi mobil Mike yang memakan jutaan dollar. Pria itu semakin sempurna saat jemari kokohnya meraih kacamata Luxurlator Style 23 Canary yang berbahan dasar emas 18 karat dan 132 berlian. Emily tahu kelebihan kacamata itu selain tampilan yang memukau juga dapat menyesuaikan cahaya.

Eleven Madison Park, New York.

"Sepertinya dia berniat mengajakmu kencan," pandangan lurus Mike begitu tajam membelah jalanan yang ia lewati. Manik cokelat itu mengedar luas mencari seseorang yang dituju.

"Arah jam sembilan, Sir."

Mike segera melangkah dengan dagu terangkat. Langkahnya seketika terhenti membuat Emily menabrak punggung keras itu.

"i'm sorry." Mike berbalik menatap Emily tak percaya. Mengapa ia begitu bersemangat untuk bertemu pria itu? Seharusnya Emily yang antusias dengan acara yang disebut kencan ini. Sial! 

"Wait, mengapa aku terlihat akan berkencan dengan Christian?"

Emily tertawa pelan memperlihatkan gigi rapinya. Tawa itu begitu merdu menelusup pendengaran Mike, berharap jika waktu berhenti beberapa saat. Cantik. Kata itu yang tersemat dalam dirinya yang mulai berdebar halus dengan rambatan indah hingga relung terdalam.

Emily cukup keras menahan tawanya agar tak meledak, mengapa si brengsek ini begitu bodoh? Bahkan terlampau lucu dengan wajah bingung oleh respon tubuhnya sendiri.

Deheman keras menyadarkan Emily dan membungkam bibirnya yang telah lancang menertawakan Mike.

"I'm sorry, Sir"

Mike meraih tangan Emily yang dingin dan kaku, jemari itu seakan menggambarkan bagaimana sifat wanita itu bahkan sangat terasa bagaimana kehidupan Emily di masa lalu. Mike memaksa jemari itu untuk meregang memberi celah agar terisi oleh jemari miliknya.

Emily terpaku, rambatan hangat itu terasa berdesir lembut namun melumpuhkan. Mendorong dinding keras secara alami tanpa obsesi. Jemari itu meraihnya dari kekerasan yang selama ini ia jalani. Entah perasaan apa, ia tak ingin kembali terjebak dalam rasa yang menggulita tiada akhir.

Christain terkejut saat Emily datang bersama Mike, manik hazel itu menghunus pada jemari mereka yang saling mengikat, seolah tak ada lagi ruang baginya.

"Aku tak tahu jika kau pun datang," Christian menjabat tangan Mike menghilangkan keterkejutannya. Namun, Emily menangkap itu semua dengan baik.

"Aku terlalu bosan, jadi lebih baik aku bergabung bukan?"

"Aku mengerti jika pekerjaan mu begitu berat, silahkan duduk." Christian membuat suasana sebiasa mungkin, alih alih dirinya bisa kapan saja mengusir pria yang bekerjasama dengan ayahnya. Mike menggeser kursi untuk Emily duduk, wanita itu tampak canggung menerima perlakuan gentle dari pria brengsek seperti Mike.

"aku telah memesan makanan kesukaanmu Em," Emily menatap tajam manik hazel itu sebelum menatap pilu makanan yang tersaji diantara mereka, sea urchin custard dengan baby squid, bay scallop dan buah apel, serta pir rebus dengan madu dan acorn. Jemari itu terkepal erat dibawah sana. Hidangan itu berhasil membuat hatinya tersayat.

"Kau bahkan tak mengenalku dengan baik Christian. Lalu apa yang kau inginkan." Kalimat serupa ancaman yang keluar dari bibir wanita mungil itu terdengar seperti raungan iblis. Mike menatap amarah yang terpendam pada pupil legam Emily. Keputusan memberi izin perihal pertemuan ini, salah.

"Katakan apa yang kau inginkan, sebelum aku membunuhmu dengan tanganku sendiri!"

***

-To Be Continued-

Hari ini up dua bab lohh ;D doakan aku agar jemari ini semakin kuat meraih mimpi ;)

Karya Luna Lupin yang lain ---> My Brilliant Doctor (On Going)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status