Suasana sebuah restaurant ayam masih sama seperti hari lalu, begitu ramai dan sesak karena dikerumuni oleh para pelanggan. Hari ini sesuai dengan perjanjian pagi tadi Audrey Dianne tidak diperkenankan lembur dan harus pulang tepat waktu tak peduli seberapa ramai tempat itu. Mr. David benar-benar merupakan bos idaman para pegawai.
Jam di dinding kini telah menunjukkan pukul lima sore, itu artinya satu jam kemudian Audrey akan kembali ke rumah dikarenakan waktu kerjanya telah usai. Tetapi pria yang sedang ia tunggu sedari tadi tak kunjung datang sampai saat ini.
Tatapan Audrey menyapu setiap sudut ruangan di restauran ayam itu, berharap ia bisa menemukan seseorang yang ia tunggu namun alih-alih menemukannya Audrey justru dikejutkan dengan kedatangan beberapa orang yang membawa sejumlah kamera.
"Permisi apakah saya bisa mewawancarai anda sebentar saja? Kami dari program acara televisi nasional ingin mewawancarai pemilik restauran ini" ucap seorang wanita yang diket
Seorang gadis cantik yang masih menggunakan seragam kerjanya terlihat begitu menawan, tubuhnya tinggi semampai dengan rambut panjangnya yang diurai begitu saja. Tiap langkahnya disambut oleh segenap tatapan mata ketika memasuki sebuah kedai kopi. Untuk beberapa saat, gadis itu berdiri di dekat pintu masuk sibuk mencari seseorang yang akan ia temui di tengah sekumpulan orang yang sedang menikmati sajian minuman yang mereka pesan. Gadis itu tersenyum ketika akhirnya menemukan orang yang ia cari."Kau menungguku lama, Alberth Galvin?" gadis itu menyapa Alberth."Kau sudah datang? Sebentar, aku akan mengambilkan kursi untukmu" Alberth berinisiatif untuk mengambil kursi tambahan ketika menyadari bahwa ia duduk di meja untuk dua orang saja. Alberth kemudian meletakkan kursi kosong itu persis di sebelahnya.Gadis itu kemudian mengucapkan terima kasih dan duduk berdampingan dengan Alberth dihadapan Audrey. Audrey Dianne menatap gadis di sebelah Alberth dengan tata
Hari sudah berganti baru dan seperti biasa Audrey kembali melakukan rutinitasnya setiap waktu akan menunjukkan pukul sepuluh pagi yaitu berangkat bekerja. Dari kejauhan Audrey melihat teman-teman rekan kerjanya berkumpul dalam satu meja dengan mata berbinar-binar.Suasana akhirnya menjadi benar-benar heboh ketika Audrey memasuki restauran tersebut. Beberapa mengucapkan selamat padanya dan yang lain memuji-muji kecantikan dirinya. Audrey yang terkejut melihat tingkah laku semua pegawai disini hanya memandang dengan tatapan bingung."Kau tak tau Audrey?" salah satu rekan kerjanya bertanya pada Audrey sebab melihat tatapan gadis itu yang seolah bingung dengan semua ini."Wawancara Mr. David kemarin, kau melihatnya di televisi? Ah tidak-tidak, youtube? Instagram? Twitter?" yang lain menimpali, namun pertanyaan runtut tersebut hanya dibalas dengan kata tidak oleh Audrey."Wawancara itu menduduki rating nomer satu dan yang lebih mengejutkan lagi bukan nama Mr.
Angin berhembus pelan menyibak rambut yang menutupi kedua wajah cantik yang kini duduk berdampingan di sebuah kursi taman dekat dengan dengan pusat kota London.Terlihat berbagai pepohonan yang mengitari taman itu mulai menumbuhkan dedaunan pertanda bahwa musim semi akan tiba sebentar lagi. Cuaca London yang biasanya begitu dingin kini terasa kian menghangat entah dikarenakan oleh pergantian musim atau disebabkan oleh wanita menyebalkan yang berada di samping Audrey sekarang.Masing-masing dari mereka membawa segelas coklat hangat ditangan, pengelihatan mereka menyapu pemandangan taman kota yang terlihat begitu sepi sebab musim dingin yang tak kunjung usai."Jika kau tidak jadi membicarakan apapun, aku akan pergi sekarang" Audrey meluruskan lututnya menapak tanah.Melihat gadis disampingnya hendak beranjak pergi, Zoya menarik lengan gadis itu dan menyuruhnya untuk duduk kembali. Pasti Audrey merasa kesal karena sejak tadi Zoya belum berbicara apapun
Sebuah lampu tidur menerangi ruangan sempit yang terlihat begitu sederhana. Seorang gadis duduk diatas kasurnya yang tak terlalu empuk sembari memandangi ponsel yang berada di hadapannya. Ia menunggu kabar dari seseorang yang tak kunjung mengabarinya.Satu jam, dua jam, bahkan sampai tiga jam lamanya pesan yang gadis itu kirim tak kunjung dibaca maupun dibalas. Beberapa menit sekali, gadis itu mengecek ponsel untuk memastikan pesan yang ia kirim barangkali pesan itu tak terkirim karena buruknya jaringan internet, namun berulang kali mau dipastikan bagaimanapun juga tanda yang menunjukkan pesan itu sudah terkirim tak berubah sekalipun.Tak ada pilihan, gadis itu akhirnya membuka satu aplikasi rahasia di ponselnya yang terlihat seperti sebuah peta yang menggambarkan berbagai daerah di Kota London, tetapi ada satu hal yang menarik perhatian, nama Alberth Galvin terpasang di sana. Itu bukanlah aplikasi peta biasa melainkan sebuah aplikasi pelacak.Sepert
Baju-baju yang dirancang oleh desaigner papan atas memenuhi setiap sudut ruangan itu. Berkilau, indah, cantik, dan tentunya mahal menjadi ciri khas sebuah baju yang tak bisa digunakan untuk sembarang acara yang tidak memiliki kelas. Namun, jangan khawatir sebab baju-baju disini tentunya takkan dipersalahgunakan seperti itu sebab semuanya berada di ruang rias milik agensi ternama, LF Agency. Ruangan itu biasanya hanya diisi oleh beberapa model saja yang akan dirias dan dipersiapkan untuk suatu acara, akan tetapi hari ini ruangan itu terlihat berbeda.Ramai orang di ruangan itu mengerumuni seorang wanita cantik yang baru saja kembali dari pekerjaannya di luar negri. Wanita itu merupakan seorang model terkenal asuhan LF Agency yang memiliki popularitas kemana pun ia pergi, hal itu membuat semua orang yang berada di gedung ini datang ke ruang rias guna mendekatinya untuk melihat wajahnya dari dekat.Hidung mancung bak selundang, pipi bak pauh dilayang, dan bibir tipis bak
Seorang gadis berjalan melewati kerumunan orang yang sedang berkumpul untuk menyaksikan sebuah insiden yang baru saja terjadi. Teriakan orang-orang disekitar kini tergantikan oleh suara mobil ambulan yang datang, benar-benar terdengar nyaring memekakkan telinga setiap orang.Terlihat tetesan darah di pinggir jalanan London tepatnya di depan sebuah gedung bertuliskan "LF Agency". Darah tersebut berasal dari seorang wanita yang tak sadarkan diri dengan darah mengalir keluar dari kepalanya."Audrey!" seorang pria datang menghampiri gadis yang terluka."Aku langsung kemari begitu kau menghubungiku" Alberth melihat sekujur badan gadis itu, memastikan bahwa semuanya aman terkendali."Aku tak apa-apa, hanya saja wajahku tergores" ucap gadis itu sembari memandang mobil ambulan yang mulai beranjak pergi meninggalkan tempat kejadian."Bagaimana ini bisa terjadi?" pria itu menatap Audrey dengan pandangan khawatir.Audrey Dianne lantas mulai menceritaka
Sinar matahari masuk melalui celah jendela sebuah kamar yang menyinari berbagai barang yang berada di dalamnya. Terlihat seorang gadis sedang menyiapkan sepiring makan siangnya yang berasal dari kaleng makanan siap saji yang bisa didapatkan di minimarket. [Kasus percobaan pembunuhan terhadap seorang model Internasional yang berada di bawah naungan LF Agency London perlahan mulai terkuak. Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, seorang calon model agensi tersebut yang sebelumnya ditetapkan sebagai seorang tersangka kini secara tiba-tiba berubah status menjadi korban. Untuk penjelasan yang lebih detail mari kita simak wawancara dengan seorang detek-] Audrey mengganti saluran televisi yang sedang menyiarkan berita tentang insiden yang melibatkan dirinya dengan seorang model ternama, Lorent. Audrey merasa begitu jengah sebab hampir semua pemberitaan media membahas kasus yang melibatkan dirinya. Memang, wajahnya kini terpampang di seluruh penjuru London bahkan sampai ke lu
Tubuh besar seorang gadis terlihat seperti terhimpit di salah satu gang kecil yang berada di tengah kota London dengan kedua tangan yang membawa tumpukan kardus berisi barang-barang miliknya. Gadis itu baru saja mengalami kejadian tak menggenakan sebab ia diusir dari kostnya karena menunggak membayar sewa selama tiga bulan berturut-turut. Kini ia mencari bangunan yang bisa ia jadikan alas untuk tidur dan berteduh dari derasnya hujan.Gadis itu berjalan cukup lama sebelum pada akhirnya langkahnya terhenti di sebuah rumah kecil nan kumuh yang terletak di ujung gang kecil itu, sebuah tempat yang jauh dari jalan raya Kota London."Kau mencari tempat tinggal?" seorang wanita tua keluar dari tempat itu. Pakaiannya lusuh dan begitu kotor, tak hanya itu wajahnya pun menampakkan hal yang serupa."Iya, aku sudah menghubungi pemiliknya""Baiklah, kemari nak" ajaknya ramah.Audrey Dianne berjalan memasuki rumah itu mengikuti wanita tua yang ia temu