After being betrayed by his fiancé...Yusa was actually tricked by the Sugiono family into marrying their blind disabled daughter Dinar...Yusa was bullied and treated like a useless piece of trash...his wife even had to be willing to accept constant insults and abuse. ..but who would have thought that the nurse and daughter-in-law they insulted was the richest billionaire who owns Royal Corp. "I will take revenge and protect my wife!!"
View More"Ugh!" Suara lenguhan panjang terdengar memenuhi ruang kamar saat Andi menyelesaikan permainannya.
"Enak," ucap Andi, merasakan nikmat yang tiada tara. Namun berbeda dengan Febby yang tidak merasakan klimaks sama sekali. Wajahnya menyiratkan kekecewaan mendalam. "Sudah keluar Mas? Kok cepet banget, ngga sampai satu menit. Perasaan baru masuk." Febby mengeluh sambil menghela napas panjang. Sudah sering dia mengatakan kalau dia tidak pernah puas dengan permainan suaminya. Dia juga tidak pernah merasa ada yang keluar dari bagian inti tubuh, yang menandakan dia belum mencapai puncak. Namun Andi seolah masa bodo. Yang penting nafsunya tersalurkan. "Aku lelah. Tadi itu aku udah berusaha untuk lama, tapi malah keluarnya cepet." Selesai melampiaskan hasrat, Andi berbaring di sebelah istrinya tanpa merasa bersalah sama sekali. Raut kesal dan kecewa terlihat jelas di wajah Febby, yang selama dua tahun menjadi istri sah Andi. Selama dua tahun itu dia tidak pernah merasakan klimaks saat berhubungan dengan suaminya. Kenikmatan hanya dirasakan oleh Andi, bahkan Andi tidak pernah membuatnya nyaman di atas ranjang. Andi juga kurang perhatian, hanya memikirkan diri sendiri. Pernikahan dua tahun terasa semakin hambar bagi Febby. Namun tidak ada yang bisa dilakukan. Toh Febby yang memilih laki-laki itu menjadi suaminya dan mereka sedang menjalani program kehamilan. Ya, Andi dan Febby sudah didesak oleh kedua orang tua mereka agar secepatnya memiliki anak, tetapi sampai detik ini tidak ada tanda-tanda Febby mengandung buah cinta mereka. "Kamu mau langsung tidur Mas?" tanya Febby pada suaminya yang baru saja pulang kerja dan meminta dilayani. Selesai dilayani, Andi berbaring di ranjang sambil memejamkan mata. "Iya, aku ngantuk. Kamu masak makan malam aja dulu. Kalau udah mateng semua, bangunin." Febby menghela napas panjang, turun dari ranjang lalu memakai pakaian satu per satu. Matanya melirik Andi yang terlelap, padahal baru saja kepala suaminya itu bersandar ke atas bantal. Tidak ada ucapan terima kasih. I love you. Atau gombalan yang keluar dari mulut Andi, membuat Febby merasa tidak dicintai sama sekali. "Mandi dulu dong Mas, masa langsung tidur." "Hem," sahut Andi datar. Selesai memakai pakaian, Febby melangkah mendekati pintu lalu keluar. Sedangkan Andi sudah jauh mengarungi mimpi. Langkah kaki Febby dihentikan oleh ibu mertua di ambang pintu dapur. Wanita paruh baya itu menatap wajah menantunya yang lesu sambil mengerutkan kening. "Kamu kenapa, Feb?" "Ngga apa-apa Bu," jawab Febby, pelan, melanjutkan langkah kakinya mendekati kulkas. Ratih mengikuti Febby ke dapur, membantu menantunya menyiapkan bahan makanan. Sejak kemarin wanita paruh baya itu menginap di rumah kontrakan dua kamar tersebut. Satu bangunan rumah yang baru dua bulan ditempati itu berada di komplek perumahan Melati. Rencananya Andi ingin mencicil rumah yang mereka tempati sekarang agar tidak bayar kontrakan lagi. "Suami kamu mana, Feb?" tanya Ratih. "Mas Andi tidur Bu. Katanya capek," jawab Febby seraya mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas dua pintu. Beberapa jenis sayur dan ikan segar dia letakan di dekat wastafel untuk dibersihkan. "Kamu udah konsultasi lagi ke Dokter Kandungan?" tanya Ratih pada menantunya. "Udah Bu, katanya aku sama Mas Andi harus sering minum vitamin biar subur. Aku udah dikasih resep vitamin itu. Semoga aja ada kabar baik bulan depan." "Amin," ucap Ratih. "Selain berkonsultasi ke Dokter, kamu juga harus pergi ke Dukun beranak. Atau ke mana kek. Biar kamu cepet isi." "Udah Bu, tapi emang dasarnya belum dikasih aja. Kalau memang belum rejekinya, ya mau gimana lagi." "Kalau gitu, coba kamu konsultasi ke Dokter lain. Misalnya ke Dokter Dirga. Dia sepupunya Andi. Siapa tahu dia bisa bantu kalian. Kasih saran apa untuk membantu mempercepat kehamilan kamu." Febby terdiam. Sebenarnya sudah beberapa kali mereka gonta-ganti dokter, tetapi tidak ada perubahan sama sekali. Beberapa dokter juga menyarankan untuk memeriksa kesuburan satu sama lain, namun Andi selalu menolak dan mengatakan kalau dia sehat. Sementara, selama berhubungan Febby tidak pernah merasa puas. Bahkan durasinya hanya sebentar, tidak sampai tiga menit langsung crott. "Lebih baik kamu coba dulu saran Ibu," ucap Ratih yang selalu mendesak Febby agar cepat hamil. Andai kehamilan bisa dibeli, Febby akan membelinya agar bisa secepatnya memberi gelar ayah pada sang suami. "Kalau kamu ragu, mending komunikasikan dulu sama Andi. Biar kalian lebih yakin. Ibu sih percaya sama Dokter Dirga. Banyak kok pasien dia yang berhasil hamil." Febby menghela napas panjang. "Nanti aku coba bicarakan sama Mas Andi. Kalau dia mau, besok aku dan Mas Andi ke tempat praktek Dokter itu." Ratih tersenyum, "Nanti alamatnya Ibu kasih ke kamu. Kamu dan Andi langsung ke sana aja. Nanti Ibu bikin janji biar kalian ngga antri." "Iya Bu, makasih." Saat sedang berbincang, Andi datang mendekati kedua wanita di dapur. Pria yang memiliki tinggi 170cm itu duduk di depan meja makan dengan lesu. "Bikinin aku kopi," katanya memerintah Febby. "Tunggu sebentar Mas. Aku lagi masak." "Ck! Aku maunya sekarang!" Andi mengeraskan suaranya, membuat Febby terhenyak kaget. Ratih dan Febby saling tatap, Ibu mertuanya itu memutar bola mata meminta Febby menurut saja. "Biasa aja dong Mas, jangan marah begitu," sahut Febby kesal. "Kamu ini. Suami minta kopi malah nanti-nanti. Utamakan melayani suami dulu, baru yang lain! Gimana sih!" cecar Andi memarahi Febby. Ratih hanya diam, tak membela menantunya ataupun menasehati Andi. Baginya pemandangan seperti itu sudah biasa terjadi. Dia pun mengalami di rumah. "Sabar Mas." Terpaksa Febby menunda masakannya dan membuat kopi untuk Andi yang sudah tidak sabar. Dengan perasaan kesal, Febby meletakkan kopi hitam pesanan suaminya ke atas meja. "Mau apa lagi Mas? Sekalian aja, aku mau masak." Andi melotot, menatap istrinya seperti ingin menelan hidup-hidup. "Kamu ngga iklhas?" "Bukan ngga ikhlas Mas, aku kan cuma nanya sama kamu. Kamu mau apa lagi? Biar aku ambilin sekalian." "Ngga ada, aku cuma mau kopi." "Ya udah," sahut Febby pelan. Ia kembali melanjutkan memasak makan malam, meski perasaannya kesal. Sikap dingin Andi sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Tanpa alasan yang jelas, Andi tiba-tiba jadi kasar dan bahasanya tidak pernah lembut seperti dulu. Febby curiga suaminya memiliki wanita idaman lain di luar sana, namun ia tidak pernah mendapatkan bukti apapun perselingkuhan itu. Suasana hening. Di ruang dapur yang tidak luas itu hanya terdengar suara dentingan sendok dan panci. "Mumpung ada Andi di sini. Ibu ngomong aja langsung sama kalian berdua." Ratih membuka pembicaraan di ruang sunyi itu. Andi mendongak, "Ngomong apa Bu?" tanyanya datar. "Ibu mau ngasih saran, gimana kalau kamu dan Febby konsultasi aja ke Dokter Dirga. Sepupu kamu itu. Dia kan Dokter kandungan terkenal. Kebetulan dia buka praktek di Jakarta. Kalian bisa ke sana. Kalau kamu mau, nanti Ibu bikin janji sama dia. Biar kalian ngga antri panjang. Maklum, pasien dia kan banyak." Andi manggut-manggut. "Oke, aku setuju. Aku dan Febby akan ke sana." Ratih tersenyum. Ia tatap menantunya yang tengah sibuk mengaduk sayur di dalam panci. "Kamu dengar kan. Suami kamu setuju. Kamu juga setuju kan?" tanya Ratih pada menantunya itu. "Iya Bu, aku setuju," jawab Febby.Yusa looks patient in feeding Dinar even though Dinar sometimes bites his finger."Do you want more?" Yusa asked while cleaning Dinar's mouth."I'm full," answered Dinar.Yusa laughed then pulled Dinar's hands then took a wet tissue then cleaned Dinar's palms."After eating, you have to wash your hands so that no germs stick to them, understand?!"Dinar nodded obediently then Yusa threw the wet tissue into the trash can and patted Dinar's head then gave Dinar a glass of water."Drink after that, take the vitamins"Dinar complied and finished the glass of water, Yusa then opened the drawer looking for Dinar's vitamins in syrup form.Yusa asked the doctor Wina to replace all of Dinar's pills with liquid form so that Dinar could easily drink them."Bitter," said Dinar, sticking out his tongue, not wanting to take another spoonful of vitamins."It tastes bitter?" Asked Yusa.Dinar pushed away the syrup, making Yusa smile faintly, "Bitter medicine will make you healthy faster, my wife, com
Lou nodded, he already knew the answer and immediately went downstairs to chase away Nasution's two sons.Yusa closed his eyes and leaned back on the swivel chair then closed his eyes trying to calm down."I've had enough of letting them demean Dinar! I've given them time for six months to realize their mistakes but no one wants to defend Dinar, they insulted and hurt Dinar, now even though they beg to meet Dinar, I will never allow it!"Yusa will never forget what Evan and his family did, eventhough they regret and apologize, it is too late.There was no longer any kindness from Yusa to them because Evan's mistakes in Yusa's eyes were very big and could no longer be tolerated.Yusa closed his laptop then went to Dinar's room and saw that woman holding her blind stick and playing with her drawing book, making Yusa smile faintly."At first I wanted to return you to Evan because I thought he could take care of you and because you also loved him, but after I found out that Evan was the o
Kenan threw another punch at Evan's face, causing that man to cough and clutch his aching chest."Apologize to Dinar before it's too late because your mistake was very big! Also apologize to Yusa and say that you are sorry!"Evan's tears fell then Kenan released his grip and sat down next to Evan and rubbed his face roughly."Our family has made Dinar suffer a lot and this misunderstanding has made us blind and want to hurt Dinar. Jessica has succeeded in fooling us. It's not only you who feels guilty but I, Mom and Dad are also sorry, we are all sorry, very sorry!"Kenan relaxed his muscles then looked at Evan's battered face after he was hit."If we are poor, I'm ready, Bro, maybe it's better than being rich and blind heart like this," said Kenan looking at the roof of his magnificent house.A luxury that makes Kenan feel like he is always in the sky and so arrogant that he lowers the self-esteem of the people around him.*******All the journalists published news about Dinar, they
"Mr Evan, I've been trying to contact you but your cell phone is not active, there's bad news Sir!"" What news? ""On television, news has spread that Mr. Evan is the person who has defamed Mr. Wei's wife and the case of Mr. Wei's wife, which was closed six months ago, has now been brought to the surface again and Mr. Evan's wife, Miss Jessica also arrested by the police and the photographer of Miss Dinar before, Mr. Jeremy is now giving testimony to the news agency about all his plans to entrap Miss Dinar in Madame Moza's cafe."Evan was silent, his cell phone fell from his hand and Evan's face turned pale then he looked at his father and mother.Danu, who also received the same report, was holding his heart, his chest was tight and his breathing was starting to become irregular." Dad!?" Kenan called, getting up from the chair and approaching his father."Hurry up and get your father's medicine, Ken!""Yes Mom"Danu's weak heart relapsed and was out of control, cold sweat began to
"Is what he said true, Evan?!" Danu asked trying to confirm, hoping that his ears had misheard the news. "Brother who uploaded Dinar's video on the internet?!" Kenan asked in disbelief. Evan, who had found out all his secrets, kicked the table leg very hard then knocked Secretary Kim back and wanted to beat him up. "Yes, I'm the one who uploaded all of Dinar's naked videos on the internet! I uploaded all the photos and told journalists to cover them on television!" "Evan, do you know what you've done?! You've ruined a girl's future!" Danu shouted. Evan looked at his father then smiled sadly. "Dinar has betrayed me, Dad! What can I expect from her? When she hurt my heart by sleeping with many men, I also destroyed her life so that she would regret it for the rest of her life because she played with my feelings!" ,,,, PLAK ,,,,,, Danu slapped Evan's cheek hard, causing Evan's face to get a reddish mark. "Why did Dad slap me?! Dad should have hugged me because I was the one wh
"What does Mr Wei expect from Dinar? she only embarrass Mr Wei!"" VISHNU! "Yusa's jaw tightened, no longer showing respect towards to Mr. Vishnu."Watch your words! I warned you not to insult my wife but you ignored my warning!"Yusa's eyes filled with anger made Sonia shake with fear then Sonia touched her father's arm asking him to apologize and take back his words.Yusa looked away then turned around, "Our cooperation is over," said Yusa, taking firm steps to leave the green villa.Sonia held her father's body which was about to fall and almost had a heart attack."Mr. Wei is ending his cooperation with us, Sonia?!"Sonia lowered her head and looked disappointed, it was clear that woman was annoyed."Just because of Dinar! Mr. Wei ended his relationship with us!""Yes father "Vishnu's eyes were filled with dissatisfaction, "He rejected you just because of Dinar? Has Mr. Wei gone blind? You are better than Dinar! Sonia!"Sonia bit her lip in anger, "I don't know what's special ab
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments