Home / Fantasi / NEWBORN / -7- Reasons

Share

-7- Reasons

Author: Ally Jane
last update Last Updated: 2021-03-09 22:09:00

Kenapa kita bertemu?

Apakah itu sebuah pertanyaan?

Karena … adakah alasan untuk takdir bekerja?

“Kenapa …” newborn itu kembali bertanya, “kau memburuku?”

Dean mendengus pelan. “Kenapa kau membunuh makhluk sejenismu sendiri?” balas Dean.

“Karena mereka akan membuat masalah jika aku tidak membunuh mereka,” sahut newborn itu.

“Kau juga membuat masalah, tidakkah kau sadar?” dengus Dean. Dan itulah alasan Dean memburunya.

“Bukan tanpa alasan,” newborn itu membela diri. “Tapi, kau juga tidak bereaksi seperti vampir lainnya ketika kuserang,” lanjutnya.

“Dan bukan tanpa alasan,” Dean memakai kalimat pembelaan newborn itu. Dean tersenyum tipis mendengar dengusan mengejek newborn itu.

“Sebelumnya kau tampak selemah vampir lainnya. Tapi, tadi kau … bisa memulihkan tenagamu lebih cepat …” Newborn itu terdengar bingung.

Dean tak tahu kenapa ia terus menjawab rasa penasaran newborn itu, tapi entah kenapa, ia suka mendengar suara newborn itu. Ia hanya … menikmati percakapan mereka.

“Sudah kubilang, bukan tanpa alasan.” Dean berusaha menahan senyum ketika mengucapkannya.

“Kau sempat tak berdaya ketika aku menyerangmu dalam jarak dekat tadi,” kata newborn itu.

“Tapi, tidak lumpuh sepenuhnya,” tandas Dean.

“Tapi, tidak bisa bergerak, bukan? Itulah kenapa tadi kau tidak menangkapku!” seru newborn itu.

Sial, umpat Dean dalam hati. Newborn itu menyadari lebih cepat dari dugaan Dean. Dia tidak bodoh. Dean sudah hendak menyeberang, tapi ketika ia berlari ke arah sungai, hendak melompat, tiba-tiba tubuhnya membeku seperti beberapa saat lalu. Dean mengerang dalam hati ketika mendapati newborn itu sudah berdiri di depannya, dengan mata merah terfokus padanya. Lagi, napas Dean tertahan.

“Sekarang kau tidak bisa bergerak,” ucap newborn itu seraya menarik lepas tudungnya.

Dean tak menjawab dan hanya mengawasi rambut cokelat kemerahan newborn itu ketika angin memainkannya.

“Saat ini kau pasti sangat ingin mematahkan leherku.” Newborn itu tersenyum.

Pandangan Dean yang tadi tersita oleh helaian rambut newborn itu kembali terfokus dan Dean baru menyadari bahwa dia menatap ke arah leher newborn itu. Yah, newborn itu tidak tahu apa yang ada dalam kepala Dean.

“Kau pasti membayangkan dirimu mencabik leherku dengan taringmu,” kata newborn itu.

Salah. Dean berkata dalam hati. Aku ingin menyentuh rambutmu.

“Apakah aku harus membunuhmu?” tanya newborn itu.

Kau sudah membunuhku dengan banyak cara yang tak kau sadari, keluh Dean dalam hati.

“Tapi, aku senang bermain-main denganmu,” ucap newborn itu riang. “Beberapa hari ini terasa sangat membosankan, kau tahu?”

“Dan kau akan menghabiskan waktumu selamanya dengan itu,” akhirnya Dean berbicara.

“Benar,” sahut newborn itu. “Karena itu, aku tidak akan membunuhmu sekarang. Punya teman berbicara sepertimu cukup menyenangkan.”

Dean menyetujui dalam hati.

“Jadi kurasa, aku akan membiarkanmu mengejarku,” putus newborn itu santai.

Dean tak tahu apakah ia harus senang atau sedih dengan keputusan newborn itu. Ia senang karena newborn itu tidak akan membunuhnya, tapi menyedihkan juga memikirkan bahwa newborn itu membuat Dean tampak begitu lemah di hadapannya.

“Sampai jumpa lagi, Hunter,” newborn itu mengucapkan selamat tinggal. Dean bersiap, menunggu newborn itu mengambil jarak sedikit saja. Tapi kemudian, Dean dikejutkan dengan tangan newborn itu yang terangkat ke rambut Dean.

“Apakah rambutmu selalu seberantakan ini?” tanyanya santai, sebelum kemudian, ia melompat ke seberang sungai, tersenyum jail pada Dean dan berlari ke arah selatan.

Dean mendengus menertawakan dirinya sendiri. Ia terlalu terkejut untuk bergerak saat itu juga. Ia sama sekali tak menyangka, newborn itu akan melakukan hal seperti tadi. Dean tak dapat menahan senyum ketika ia menyeberang ke sisi barat dan berlari ke arah berlawanan, kembali ke kabinnya.

“Apakah rambutmu selalu tampak seindah itu?” Dean berbicara pada dingin yang ditembusnya.

Newborn itu … benar-benar menghipnotis Dean.

***

“Kau sudah bangun?” Dean tampak terkejut ketika dilihatnya Gabe sudah duduk di sofa ruang tengah sebelum fajar, menonton televisi.

Gabe melongok ke belakang Dean. “Kau membawa newborn itu kemari?” cemasnya.

Dean menggeleng. Gabe mendesah lega.

“Baguslah jika kau sudah membunuhnya. Aku tidak bisa tidur semalaman karena mengkhawatirkanmu. Aku agak khawatir juga jika kau membawanya kemari. Dia bisa saja lolos dari rantai itu dan memangsaku, kan?” Gabe mengungkapkan ketakutannya.

Dean mendengus seraya duduk di samping Gabe.

“Aku belum membunuhnya,” akunya.

“Sudah kuduga, kau pasti … apa?” Gabe terbelalak ke arah Dean. “Kau … belum membunuhnya?”

Dean mengangguk.

“Kau belum bertemu dengannya?” Gabe penasaran.

Dean mengangguk. “Sudah,” jawabnya seraya menyandarkan tubuh ke sofa yang nyaman itu, lalu mengangkat kaki ke meja di depannya.

“Dan … kau tidak membunuhnya?” Gabe menatap Dean seolah Dean sudah gila.

“Dia nyaris membunuhku,” sahut Dean santai.

Gabe terkesiap panik. “Benarkah? Lalu … lalu apa yang terjadi? Kau … berhasil melarikan diri? Kau … tidak terluka, kan?” Gabe meraih tangan Dean untuk memeriksanya. “Apa dia sempat menggigitmu atau …”

“Aku baik-baik saja, Gabe.” Dean menarik tangannya dari Gabe. “Dia tidak perlu melakukan itu untuk melukaiku, atau membunuhku.”

Gabe menatap Dean dengan bingung. “Dan apa maksudnya itu?”

“Aku dibuat tak bisa bergerak karena kekuatannya,” keluh Dean.

“Benarkah? Tapi … tapi … kau sudah meminum darah dan …”

“Bukan seperti itu,” sela Dean. “Ini tidak seperti serangan sinar mataharinya waktu itu. Ini … entahlah.” Dean mengedikkan bahu. “Aku hanya tidak bisa bergerak ketika dia menyerangku dalam jarak dekat. Tapi, begitu dia mengambil jarak, aku bisa bergerak kembali. Jadi, aku tidak benar-benar lumpuh seperti sebelumnya. Yah, setidaknya efek kekuatan newborn itu padaku sudah tidak separah sebelumnya.”

“Tidak separah sebelumnya?” cibir Gabe. “Katamu dia nyaris membunuhmu dan kau bilang itu tidak separah sebelumnya?” sinisnya.

Dean meringis. “Dia tidak akan membunuhku,” Dean berusaha menenangkan Gabe. “Dia masih ingin bermain-main denganku.”

“Bermain-main … astaga, Dean!” Gabe meledak. “Dia itu monster pembunuh yang kejam dan kau akan bermain-main dengannya? Baiklah, permainan macam apa yang kalian lakukan? Seperti permainan potong leher duluan?”

Membayangkan permainan yang diucapkan Gabe itu membuat Dean harus menahan senyumnya. Gabe sedang kesal dan dia bisa sangat mengesalkan jika sedang kesal. Terkadang Gabe memang suka berlebihan jika menyangkut keselamatan Dean.

“Aku harus mundur dan memikirkan strategi untuk menangkapnya, Gabe. Dan aku akan menangkapnya malam ini, begitu aku menemukannya,” janji Dean.

“Dan tidak ada main-main lagi,” Gabe mengingatkan.

“Hm,” Dean menggumam sebagai balasan.

“Aku serius, Dean.” Gabe menatap Dean tajam.

“Aku mengerti,” sahut Dean santai seraya bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar untuk melemparkan diri di atas tempat tidur.

Dean menoleh ke jendela, menatap semburat fajar yang mulai muncul. Sebentar lagi musim dingin akan benar-benar berakhir. Tapi, hal yang paling seru baru akan dimulai.

Dean memejamkan mata, berharap ia bisa tidur. Tapi kemudian, wajah newborn itu muncul. Rambutnya tersibak dengan cara yang menakjubkan, tatapan matanya menghipnotis, suaranya … senyumnya …

Dean membuka mata dengan ngeri. Apakah dia baru saja memikirkan newborn mengerikan itu? Dean mengerang seraya memaki dirinya sendiri.

“Dia adalah musuh, Dean. Kau harus membunuhnya. Bukannya memikirkannya seperti ini, atau yang lebih parah, terhipnotis olehnya,” Dean mengomeli dirinya sendiri.

Yah, bukan berarti Dean ingin. Hanya saja … itu terjadi di luar kendalinya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • NEWBORN   -100- New Life (End)

    Jika dunia tidak bisa Menjadi tempat yang aman bagimu Maka aku akan menciptakan Dunia yang aman bagimu “Aunt Jane, hari ini kau makan apa?” tanya Owen lewat telepon sembari berlatih melompat di halaman kastil. “Teman dari temanmu,” jawab Jane dari seberang. Owen seketika berhenti melompat. “Apa dia menjahatimu, Aunt Jane?” tanya Owen. “Tidak, akulah yang jahat,” Jane membalas. “Ah, dia titip salam untuk temanmu yang bernama Teddy. Duh, beruang yang malang.” Owen mencebik, tampak akan menangis. “Aunt Jane hanya bercanda, Sayang,” Annabeth segera menghibur Owen. “Kau tahu, Aunt Jane tidak minum darah binatang.” “Kemarikan ponselnya, Owen.” Dean yang baru mendarat di depan Owen mengulurkan tangan pada anak itu. “Dad harus bicara dengan Aunt Jane.” Owen mengangguk dan menyerahkan ponsel di tangannya pada Dean. Dean lantas

  • NEWBORN   -99- Decision

    Why would you want to leaveWhen you’re already at home?Sementara Owen sibuk dengan Robert, Jane, Annabeth, dan Dean pergi ke salah satu ruangan di kastil itu untuk bicara dengan Gabe. Keanu juga sudah ada di sana.“Untuk saat ini, kita diskusikan dulu semuanya, sebelum memberitahu yang lain,” Keanu berkata.“Semuanya … tentang apa?” tanya Annabeth bingung.Keanu menghela napas. “Serangan yang tertuju pada kalian,” sebutnya. “Lalu … kemampuan Owen.”“Aku yang menghubungi Gabe dan memintanya untuk memberitahukan hanya pada Keanu dulu,” Dean menjelaskan. “Kau hanya menghubungi Robert dan memberitahunya tentang serangan itu, tapi aku menjelaskan semuanya pada Gabe.”Jane hanya menghela napas dan mengangguk.“Apakah kau punya dugaan tentang dalang di balik serangan itu?” tanya Annabeth.&ld

  • NEWBORN   -98- Pulang

    Jika ada awalMaka ada akhir “Aku tidak bisa melihat dia menjalani hidup yang berbahaya sepertimu,” Dean berkata pada Jane.Jane menghela napas. “Aku tahu kalian khawatir pada Owen, tapi biar kukatakan pada kalian.” Jane melipat lengan di dada, tampak frustrasi. “Kekuatan Owen berbeda dengan kekuatanku. Dia cukup cepat untuk menghindari serangan. Dia cukup kuat untuk melawan. Dia lebih dari cukup untuk menyelamatkan dirinya sendiri jika dia berada dalam bahaya.“Dan jika memang dia punya kekebalan dari kemampuan khusus seperti milikku, itu justru lebih bagus lagi. Semua lawannya adalah vampir biasa, sementara dia punya kemampuan vampir berumur ratusan tahun. Itulah situasinya.“Dan, lebih dari keberadaanku di kastil, jika memang Owen memiliki kekebalan sehebat itu, dari matahari, dari senjata, dari kemampuan khusus, dia akan menjadi pelindung yang sempurna di kastil. D

  • NEWBORN   -97- Jalan Pulang

    As long as we’re togetherNothing can break us down“Jane, aku tahu kau ingin melatih Owen, tapi … bahkan meski Owen berusaha melawan, dia tak akan bisa melawan kekuatanmu,” ucap Dean setelah lagi-lagi latihan Owen gagal.Owen belum bisa melawan kekuatan Jane yang mengendalikan pikirannya. Dean sebenarnya tak yakin jika Owen bisa melakukannya. Namun, Jane masih berkeras tentang itu dan Annabeth mendukung Jane.“Dad, aku baik-baik saja,” Owen berkata, tapi punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.Tentu saja, mencekik ibunya sendiri pastilah sangat menyiksa Owen. Setiap kali mereka berlatih seperti ini, Owen akan menghabiskan beberapa jam untuk meminta maaf pada Annabeth.Jane mengabaikan protes Dean dan berbicara pada Owen, “Jika kau sudah lebih tenang, kita mulai lagi latihannya.” Jane menatap Owen tajam. “Jika kekuatanmu hanya seperti i

  • NEWBORN   -96- Stay Together

    Some people only needA family Ketika Jane sudah akan pergi, Dean berkata,“Bahkan meski serangan seperti itu terjadi lagi, aku akan melindungimu, Jane.”Jane urung pergi dan mendengus meledek menanggapi Dean. “Aku bisa melindungi diriku sendiri.”“Aku tetap akan melindungimu,” Dean berkeras. “Karena kau adalah keluargaku.”Ah … keluarga.“Kau tahu, Dean, kau lebih baik hidup jauh dariku,” sebut Jane. “Kau sudah memiliki keluarga sekarang, jadi …”“Ya, aku sudah memiliki keluarga, dan mereka juga keluargamu, Jane. Mereka menginginkanmu. Mereka juga khawatir padamu. Karena itu, kau tak harus berusaha pergi dari keluargamu. Apa pun yang terjadi, dalam situasi apa pun, kami adalah keluargamu,” urai Dean panjang-lebar.Jane tak sempat mendebat Dean karena adiknya itu sudah kembali ke tempat Annab

  • NEWBORN   -95- Rencana Busuk

    If you have a death wishCome to meJane tak menemukan apa pun setelah berkeliling di kawasan hutan. Ia memastikan situasi di sekitar tempat istirahat Dean dan Annabeth aman sebelum kembali ke tempat Dean dan Annabeth.Namun, pikiran Jane masih tertuju pada orang misterius itu. Bagaimana jika dia benar-benar melakukan sesuatu pada Owen?Ketika Jane kembali ke tempat Dean dan Annabeth, keduanya sudah duduk di bawah pohon dengan Owen duduk di pangkuan Dean. Jane menghampiri mereka.“Bagaimana?” tanya Jane.Annabeth menggeleng. “Tidak terjadi apa-apa,” jawabnya. “Aku tak tahu apakah dia mengalami hal yang sama sepertimu tentang kekuatannya, tapi dia tidak menunjukkan apa pun ketika kulatih dengan caraku berlatih dulu.”Jane menghela napas lega. “Semoga saja aku salah.” Jane menatap Owen. Jane tak ingin anak ini mengalami hal-hal mengerikan seperti yang dialam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status