Beranda / Fantasi / NEWBORN / -8- The Waiting

Share

-8- The Waiting

Penulis: Ally Jane
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-09 22:09:30

Never knew it would be this long

To see you in front of me

Dean mendapati tubuhnya terhipnotis ketika mata merah itu menatapnya. Ia tak bisa bergerak, tak bisa bernapas. Newborn itu berjalan ke arahnya, semakin dekat. Lalu, Dean merasakan tangan newborn itu di rambutnya.

“Apa rambutmu selalu seberantakan ini?” tanya newborn itu.

Dean tak bisa menjawab. Lidahnya kelu, seolah membeku di bawah pengaruh hipnotis newborn itu. Apa yang dilakukannya pada tubuh Dean?

Lalu, tangan newborn itu bergerak turun ke leher Dean.

“Hentikan,” Dean mendesis.

Newborn itu tersenyum miring. “Aku tahu kau menginginkan ini, Hunter. Aku tahu … kau menginginkanku.”

Dean mengernyit. Ia masih tak bisa bergerak ketika tangan newborn itu menyusuri lengannya turun, lalu naik lagi dan mendarat di dadanya.

“Apa yang kau inginkan dariku, Hunter?” bisik newborn itu di telinga Dean. Begitu menggoda. “Katakan padaku …”

“Menjauhlah … dariku,” desis Dean.

“Dan jika aku tidak mau?”

Dean belum sempat membalas protes itu ketika merasakan bibir newborn itu di lehernya. Newborn itu mengecupi leher Dean, membuat Dean menggeram. Bahkan saat ini, tubuhnya masih tak bisa bergerak. Dean ingin menyentuhnya juga.  

Namun, kemudian Dean merasakan tusukan tajam di lehernya. Lalu, Dean merasakan aliran panas darah di lehernya, menuju ke bibir newborn itu yang menghisapnya. Tidak mungkin. Dean bukan manusia. Seharusnya, tidak ada darah.

Dean mengerang merasakan sakit di lehernya. Seharusnya tidak seperti ini. Seharusnya tidak begini.

Newborn itu melangkah mundur dan Dean bisa melihat bibir newborn itu berwarna merah, berlumuran darah. Darah Dean. Dean menyentuh lehernya. Ia bisa merasakan darah di sana. Tidak mungkin.

Dean perlahan jatuh berlutut, sebelum tubuhnya jatuh ke samping mendarat keras di lantai. Dean menatap newborn di depannya itu. Namun, pandangannya mulai samar. Dean mengerjap dan sosok newborn itu hilang, tergantikan oleh sosok dia.

“Kau … kenapa kau …?”

“Merindukanku?” Dia tersenyum miring.

Dean seketika tersentak bangun dan menatap sekelilingnya, menyadari ia berada di kamar di kabinnya. Tangan Dean refleks terangkat menyentuh lehernya. Tak ada darah ataupun luka di sana.

Dean menghela napas sembari menurunkan tangannya. Apa-apaan mimpi barusan?

***

“Kau benar-benar harus membunuhnya begitu ada kesempatan, Dean,” pesan Gabe ketika Dean menyelipkan pistol ke balik bajunya, bersiap untuk perburuannya malam itu.

“Tidurlah yang nyenyak dan jangan menungguku, Gabe,” balas Dean seraya menyimpan rantai ke saku jaketnya.

“Jangan main-main lagi kali ini, Dean,” Gabe mengingatkan, lebih tegas.

“Aku mengerti,” sahut Dean. “Aku tidak akan membiarkan diriku tampak lebih bodoh lagi di hadapannya.”

Yeah, jangan biarkan kecantikannya menghipnotismu lagi kali ini,” Gabe memberi semangat. “Ayolah, secantik apa pun, dia tetaplah vampir yang mengerikan!”

“Itu di luar kendaliku, Gabe,” desah Dean.

“Yah, setidaknya kau …”

“Apa ini jadi salahku jika dia tampak secantik itu?” kesal Dean. Ia tampak frustrasi.

Gabe berdehem. “Oke, baiklah, lupakan saja,” Gabe mengalah. Tampaknya ada yang salah dengan Dean dan kenyataan bahwa newborn itu cantik. Gabe jadi penasaran, secantik apa newborn itu? Tapi karena dia lebih menyayangi nyawanya, ia tidak akan menyesal jika ia tidak bisa melihat kecantikan newborn itu.

Dean mendesah lelah. “Aku pergi dulu,” pamitnya.

“Jangan lupa gunakan sabuk keselamatan,” sahut Gabe sarkatis.

Dean mendengus sebelum kemudian berjalan meninggalkan kabin, mengawasi keadaan sekitar, sebelum kemudian melompat ke arah hutan dan mulai berlari.

“Kau ingin aku mengejarmu, kan? Maka kau akan mendapatkannya,” Dean berbicara pada kegelapan malam.

***

 Dean mulai frustrasi ketika sudah lewat tengah malam dan Dean belum juga menemukan newborn itu. Dean berhenti di sisi sungai di Aitkin. Dean merobohkan sebuah pohon di dekat sungai dengan menendangnya, menjatuhkannya ke arah sungai. Dean lalu mematahkan batang itu menjadi dua, dan mematahkannya lagi menjadi bagian lebih kecil. Lalu membelahnya, dengan cara menarik sisi kanan dan kiri batang yang sudah terpotong itu, hingga menjadi potongan kayu bakar.

Dalam hitungan menit, Dean sudah bosan dengan kegiatannya itu. Newborn itu belum juga lewat. Atau mungkin dia sedang berburu di kota? Dean mendengus kesal mendapati newborn itu tidak menunggunya. Tapi kemudian, Dean memaki dirinya sendiri. Memangnya untuk apa newborn itu menunggu dirinya?

Tapi … Dean juga menunggunya …

Astaga, cukup! Dean membentak dirinya sendiri. Ada apa dengannya? Kenapa Dean jadi seperti idiot begini hanya karena newborn kejam itu? Dean mengumpat kasar sebelum berlari menyusuri hutan ke kota berikutnya. Tak sampai satu jam, Dean sudah tiba di Brooklyn Park. Dari sana, ia mulai menimbang-nimbang untuk meneruskan ke Minneapolis atau ke Saint Paul.

Kemarin newborn itu ada di Saint Paul. Mungkin saat ini ia juga ke sana lagi. Tapi … tidak. Tidak mungkin. Dia pasti sudah berada jauh dari Saint Paul. Dean berusaha meredam kekecewaan dan melanjutkan larinya. Tapi begitu langkahnya mendarat di Minneapolis, ia merasakan keberadaan newborn itu.

Dean terdiam di tempatnya. Ia berjalan menuju pusat kota, mempertajam pendengarannya. Suara degup lambat jantung manusia yang sudah terlelap di rumah-rumah yang ia lewati tertangkap telinganya. Lalu, suara dengkur dan igauan. Dean juga sempat mendengar suara tangis bayi, yang tak lama kemudian mereda.

Lalu dari kejauhan, Dean mendengar suara tawa. Banyak tawa. Dan, akhirnya, Dean mendengar suara newborn itu.

“Jika kau memberitahukan kehadiranku pada orang-orang, akan kupastikan kau dan keluargamu yang akan mati besok,” suara yang terdengar dingin itu berucap santai. Tapi, betapa pun dinginnya suara newborn itu, di telinga Dean tetap terdengar … indah?

Dean segera mengusir pikiran terakhirnya seraya melompat ke atap rumah dan berlari menuju suara newborn itu.

“Apa kau … akan melawan mereka?” Sebuah suara lain terdengar cemas dan ketakutan.

Dean tersenyum menyadari siapa pun yang diusir newborn itu masih mencemaskan newborn itu.

“Bukan hal yang sulit,” sahut newborn itu angkuh.

Dean kembali tersenyum. Tentu saja bukan hal yang sulit.

“Apa aku … perlu memanggil polisi?” tawar suara yang tadi mencemaskan newborn itu.

“Tidak perlu,” cegah newborn itu ketus. “Pergilah, dengan begitu aku tidak perlu membunuhmu.”

Dean hampir tertawa, newborn itu benar-benar tidak tahu terima kasih. Ketika Dean tiba di gang sempit dan gelap di antara gedung-gedung tinggi, ia melihat wajah pucat seorang wanita paruh baya yang merepet di tembok di belakang newborn itu.

“Aku akan membantunya, Anda tidak perlu khawatir, Ma’am,” Dean berkata pada wanita paruh baya itu. Wajar jika dia mencemaskan newborn itu. Mungkin dia masih punya putra atau putri yang tampak seumuran dengan newborn itu. Bagaimanapun, newborn itu tampak masih cukup muda. Mungkin baru awal dua puluhan. Dan, dia cantik.

Tujuh kepala menoleh bersamaan ke arah Dean. Wanita paruh baya itu tampak lega ketika menghampiri Dean, menepuk lengannya, membisikkan terima kasih, lalu berlari pergi.

“Aku tidak perlu bantuanmu,” sambutan sengit newborn itu membuat Dean mendesah ketika kembali menatap ke depan.

“Aku hanya akan menonton, kalau begitu,” ucap Dean seraya berjalan ke tembok dan bersandar di sana.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
cocok ya mereka wkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • NEWBORN   -100- New Life (End)

    Jika dunia tidak bisa Menjadi tempat yang aman bagimu Maka aku akan menciptakan Dunia yang aman bagimu “Aunt Jane, hari ini kau makan apa?” tanya Owen lewat telepon sembari berlatih melompat di halaman kastil. “Teman dari temanmu,” jawab Jane dari seberang. Owen seketika berhenti melompat. “Apa dia menjahatimu, Aunt Jane?” tanya Owen. “Tidak, akulah yang jahat,” Jane membalas. “Ah, dia titip salam untuk temanmu yang bernama Teddy. Duh, beruang yang malang.” Owen mencebik, tampak akan menangis. “Aunt Jane hanya bercanda, Sayang,” Annabeth segera menghibur Owen. “Kau tahu, Aunt Jane tidak minum darah binatang.” “Kemarikan ponselnya, Owen.” Dean yang baru mendarat di depan Owen mengulurkan tangan pada anak itu. “Dad harus bicara dengan Aunt Jane.” Owen mengangguk dan menyerahkan ponsel di tangannya pada Dean. Dean lantas

  • NEWBORN   -99- Decision

    Why would you want to leaveWhen you’re already at home?Sementara Owen sibuk dengan Robert, Jane, Annabeth, dan Dean pergi ke salah satu ruangan di kastil itu untuk bicara dengan Gabe. Keanu juga sudah ada di sana.“Untuk saat ini, kita diskusikan dulu semuanya, sebelum memberitahu yang lain,” Keanu berkata.“Semuanya … tentang apa?” tanya Annabeth bingung.Keanu menghela napas. “Serangan yang tertuju pada kalian,” sebutnya. “Lalu … kemampuan Owen.”“Aku yang menghubungi Gabe dan memintanya untuk memberitahukan hanya pada Keanu dulu,” Dean menjelaskan. “Kau hanya menghubungi Robert dan memberitahunya tentang serangan itu, tapi aku menjelaskan semuanya pada Gabe.”Jane hanya menghela napas dan mengangguk.“Apakah kau punya dugaan tentang dalang di balik serangan itu?” tanya Annabeth.&ld

  • NEWBORN   -98- Pulang

    Jika ada awalMaka ada akhir “Aku tidak bisa melihat dia menjalani hidup yang berbahaya sepertimu,” Dean berkata pada Jane.Jane menghela napas. “Aku tahu kalian khawatir pada Owen, tapi biar kukatakan pada kalian.” Jane melipat lengan di dada, tampak frustrasi. “Kekuatan Owen berbeda dengan kekuatanku. Dia cukup cepat untuk menghindari serangan. Dia cukup kuat untuk melawan. Dia lebih dari cukup untuk menyelamatkan dirinya sendiri jika dia berada dalam bahaya.“Dan jika memang dia punya kekebalan dari kemampuan khusus seperti milikku, itu justru lebih bagus lagi. Semua lawannya adalah vampir biasa, sementara dia punya kemampuan vampir berumur ratusan tahun. Itulah situasinya.“Dan, lebih dari keberadaanku di kastil, jika memang Owen memiliki kekebalan sehebat itu, dari matahari, dari senjata, dari kemampuan khusus, dia akan menjadi pelindung yang sempurna di kastil. D

  • NEWBORN   -97- Jalan Pulang

    As long as we’re togetherNothing can break us down“Jane, aku tahu kau ingin melatih Owen, tapi … bahkan meski Owen berusaha melawan, dia tak akan bisa melawan kekuatanmu,” ucap Dean setelah lagi-lagi latihan Owen gagal.Owen belum bisa melawan kekuatan Jane yang mengendalikan pikirannya. Dean sebenarnya tak yakin jika Owen bisa melakukannya. Namun, Jane masih berkeras tentang itu dan Annabeth mendukung Jane.“Dad, aku baik-baik saja,” Owen berkata, tapi punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.Tentu saja, mencekik ibunya sendiri pastilah sangat menyiksa Owen. Setiap kali mereka berlatih seperti ini, Owen akan menghabiskan beberapa jam untuk meminta maaf pada Annabeth.Jane mengabaikan protes Dean dan berbicara pada Owen, “Jika kau sudah lebih tenang, kita mulai lagi latihannya.” Jane menatap Owen tajam. “Jika kekuatanmu hanya seperti i

  • NEWBORN   -96- Stay Together

    Some people only needA family Ketika Jane sudah akan pergi, Dean berkata,“Bahkan meski serangan seperti itu terjadi lagi, aku akan melindungimu, Jane.”Jane urung pergi dan mendengus meledek menanggapi Dean. “Aku bisa melindungi diriku sendiri.”“Aku tetap akan melindungimu,” Dean berkeras. “Karena kau adalah keluargaku.”Ah … keluarga.“Kau tahu, Dean, kau lebih baik hidup jauh dariku,” sebut Jane. “Kau sudah memiliki keluarga sekarang, jadi …”“Ya, aku sudah memiliki keluarga, dan mereka juga keluargamu, Jane. Mereka menginginkanmu. Mereka juga khawatir padamu. Karena itu, kau tak harus berusaha pergi dari keluargamu. Apa pun yang terjadi, dalam situasi apa pun, kami adalah keluargamu,” urai Dean panjang-lebar.Jane tak sempat mendebat Dean karena adiknya itu sudah kembali ke tempat Annab

  • NEWBORN   -95- Rencana Busuk

    If you have a death wishCome to meJane tak menemukan apa pun setelah berkeliling di kawasan hutan. Ia memastikan situasi di sekitar tempat istirahat Dean dan Annabeth aman sebelum kembali ke tempat Dean dan Annabeth.Namun, pikiran Jane masih tertuju pada orang misterius itu. Bagaimana jika dia benar-benar melakukan sesuatu pada Owen?Ketika Jane kembali ke tempat Dean dan Annabeth, keduanya sudah duduk di bawah pohon dengan Owen duduk di pangkuan Dean. Jane menghampiri mereka.“Bagaimana?” tanya Jane.Annabeth menggeleng. “Tidak terjadi apa-apa,” jawabnya. “Aku tak tahu apakah dia mengalami hal yang sama sepertimu tentang kekuatannya, tapi dia tidak menunjukkan apa pun ketika kulatih dengan caraku berlatih dulu.”Jane menghela napas lega. “Semoga saja aku salah.” Jane menatap Owen. Jane tak ingin anak ini mengalami hal-hal mengerikan seperti yang dialam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status