Share

BAB 4 MALAM MENDEBARKAN

setelah selesai melaksanakan kegiatan dapur, aku langsung bergegas untuk berwudhu karena sudah memasuki adzan magrib. sambil mengenakan mukena merah jambuku, dan duduk di atas sajadah yang sudah aku hamparkan menghadap kiblat. selang berapa lama bang fauzan mengetuk pintu kamar.

"dek, apa abang boleh masuk sekarang?" tanya bang fauzan.

"silahkan masuk bang,.." jawabku dengan sedikit canggung. lagi dan lagi jantungku berdebar kencang, melihat senyumnya tersirat diwajah tampan itu.

bang fauzan langsung menempati sajadah yang sudah aku sediakan, ia berdiri tepat di depanku, dan langsung melantunkan iqomah, pertanda sholat akan dilaksanakan.

setelah sholat, dzikir dan berdoa.

bang fauzan membalikan badannya, mengarahkan duduk tepat dihadapanku sambil mengulurkan tangannya ke arahku.

ku sambut dengan sedikit malu, karena pertama kalinya mengalami keadaan yang sungguh indah ini. nikmat cinta yang sudah lama aku impikan, bersama suami yang sangat aku cintai. kucium punggung tangannya, kuhirup aroma kulitnya sungguh menenangkan hati. berharap pernikahan yang indah dan romantis menanti kami.

tanpa ku sadari ia menarik lembut kepalaku, dan mencium lembut keningku, bibirnya terasa hangat menempel di keningku.

dengan membisikan, sambil menatap mataku dengan lekat, sambil memegang kedua pipiku..

"alhamdulillah akhirnya aku menikahimu, menjadi imammu adalah impianku, sudah lama aku ingin sekali menghalalkanmu, sungguh hatiku tak menentu untuk menggambarkan kebahagiaanku memiliki istri secantik dan memiliki akhlak yang indah sepertimu."

tak terasa wajahku memerah mendengar gombalan mautnya, aliran darahku seakan deras mengalir bak air terjun yang tak ada komanya untuk mengalir.

dalam hatiku berkata, matilah aku malam ini. ada rasa takut, senang, haru dan bangga mempunyai suami sepertinya, setiap sentuhan jarinya membuat kulitku merasa merinding panas dingin. tatapan sayu nya membuat aku terheran-heran dan tegang, membuat aku jadi serba salah. sambil mematung ku beranikan menggerakan bibirku untuk berkata..

"masyaAllah, alhamdulillah bang, uci juga senang hari ini, te.. terima kasih bersedia memenuhi syarat uci dan iklas menerima kekurangan uci sebagai istri" lanjutku.

tangan bang fauzan turun dari pipiku, dan menggenggam tanganku dengan lembut, jari jarinya menyusup ke sela-sela jariku, seakan detak jantung ini sudah tidak terkedali merasakan pengalaman pertama ini.

"kita sudah menikah, sudah halal tapi kenapa wajahmu tampak pucat sayang?apa uci takut?" tanyanya dengan rasa penasaran.

"mmm, sedikiiit.." jawabku. ia tertawa lepas mendengar ucapanku tersebut.

"apakah abang sudah boleh memeluk uci?lanjutnya".

pertanyaannya membuat aku semakin takut dan merinding, pipiku terasa hangat. kupaling kan wajahku ke arah kiri, karna sudah tak sanggup menjawab pertanyan yang sungguh membuatku sangat malu. dengan tertawa kecil ia menggodaku.

"abang cuma bercanda sayang, jika tak boleh abang tak mengapa, tak perlu takut" ujarnya sambil mengusap kepalaku dengan lembut.

dengan perasaan masih tak menentu, bang fauzan mengatakan dia sudah lapar dan mengajakku untuk makan malam bersama ibuku. ku bereskan semua tempat sholat dan mukenaku. bang fauzan menggandeng tanganku sambil berjalan menuju ke meja makan kami.

setelah selesai makan malam, dan berbincang sampai akhirnya adzan isya telah tiba. kami lanjutkan sholat, dan tak tau mengapa dia selalu menggodaku. sholat berdua dengannya dalam satu kamar, membuat hatiku merasakan getaran getaran hangat mengalir dalam tubuhku, kebahagian malam ini sungguh tak bisa terbendung.

malam yang indah dihiasi sikapnya yang hangat dan lembut. rasanya aku luluh, sejak malam ini cintaku semakin besar. hal pertama kali ku alami benar-benar indah. sentuhannya, senyumnya, perlakuannya benar-benar merasakan menjadi ratu di kehidupan nyata.

malam ini sebelum tidur aku berniat untuk menyusun kado pernikahan dari teman dan merabat kami. ku baca satu persatu ucapannya, sangat mengharukan dan bahagia mendapat kado yang luarbiasa sangat bermafaat untukku.

"terima kasih banyak orang-orang baik" ucapku. "apakah ada kado dari mantanmu??" ucap bang

fauzan, sambil melontarkan senyum usil padaku. ia yang sedang tiduran di kasur empuk berwarna putih itu menceletuk kan candaan.

"uci nggak punya mantan abaaang, sudah ah meledeknyaa" jawabku. ia terkekeh sambil tersenyum lebar.

" ya siapa tau ,abang bukan orang pertama yang jatuh cinta dengan kecantikan kamu" sambungnya. lagi-lagi menggodaku, sontak saja langsung ku pasang wajah cemberutku ,biar dia tahu kalo aku sedang marah padanya.

melihat aku cemberut dia datang mengahampiriku, tak ada angin tak ada hujan dia langsung memeluk tubuhku dari belakang saat aku sedang duduk menghadap kado pernikahan kami.

aku terkejut dan langsung menepis tangannya yang memegang pundakku. aku benar-benar kaget setengah mati, aku takut dia menggerayangiku. pikirannku langsung ngebleng, menghadapi tingkahnya.

" uci kenapa? benar-benar tak mau abang sentuh kah? kita sudah halal sayang, masa suamimu ini tak boleh menyentuh istrinya yang cantik?" lanjutnya.

"maaf, baang bukan begitu... uci belum terbiasa dengan sentuhan itu" jawabku. dengan sabar suamiku itu, melontarkan senyumnya.

jujur saja, ini pertama kalinya aku, dicium oleh laki-laki padahal ia suamiku tapi naluriah ku ini menolak tak tau mengapa, ada perasaan takut dan merinding yang menghiasi tubuhku. bahkan menatap matanya aku tak sanggup, mungkin karna belum terbiasa saja. suamiku tak hanti meyakinan, bahwa setuhan kemesraan yang ia lakukan adalah ibadah di hadapan Allah. setiap keromantisan adalah nilai amal untuk pasangan suami istri. semakin romantis, semakin besar nilai pahalanya.

malam semakin larut, jam menunjukkan pukul 11 malam. sebelum kami melakukan hal itu, aku dan bang fauzan sholat sunah 2 rakaat sesuai dengan anjuran sunah. bahagianya hatiku bisa dinikahi lelaki yang punya pegangan agama, walaupun dia tak sealim para kyai, setidaknya dia tau cara memuliakan istrinya.

semakin malam semakin dingin, tak tau apa yang menyebabkan udara di malam ini menjadi sangat sejuk dan tenang. sholatpun selesai, aku sibuk membereskan peralatan ibadah kami.

setelah melepas peci dan menggantungkannya, bang fauzan melangkah kan kaki ke arah pintu, dan ..... tek tek tek, ia mengunci pintu kamar kami.

'' bang, tolong jangan di kunci" ujarku. "

" kenapa jangan dikunci, sayangku? inikan sudah larut malam, waktunya istirahat" lanjutnya.

aku langsung terdiam dan mematung, sambil duduk di bibir ranjang. merasakan debaran di dada yang tak mau mengerti sedikitpun tentang kegelisahanku semenjak lelaki tampan ini mulai menguasai kamar tidurku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status