Share

BAB 5 KEJUTAN

malam semakin larut, ku tatap jam yang ada dinding kamarku menunjukkan pukul 22.05 wib. ku tatap ke arah wajah suamiku berjalan membelakangi pintu kamar, seraya berjalan melaju ke arahku yang duduk termanggu di pinggiran ranjang pengantin kami.

wajah tampan itu menyiratkan senyum manisnya ke padaku, sembari membungkukkan badannya ke arahku dan meraih tanganku. tak bisa ku menolak tangannya, hanya pasrah entah apa yang mau dia lakukan aku cuma terdiam dengan perasaan malu.

"uci kenapa sayang? katakan jika ada hal yang membuat kamu tidak nyaman? apa abang harus tidur diluar saja, takutnya uci tidak nyaman ada abang disini?" lanjut suamiku sambil duduk di sampingku.

"jangan bang, disini saja... maafkan uci, uci cuma malu kepadamu" jawabku, sambil menunduk.

"tak perlu malu sayang, abang tidak akan menggigitmu." lanjut nya sambil tertawa, dan mengangkat daguku dengan tangan kirinya agar aku menatap wajahnya.

aku terdiam...

" sayangkuu, kamu pasti capek seharian ini silahkan tidur, aku tidak akan mengganggumu..." lanjutnya sembari mengelus kepalaku dengan tangannya.

" iyaa bang, ini mau tidur...." jawabku lembut..

"uci mau tidur dengan jilbab terpasang, apa tidak panas?" tanyanya..

" mmm, iyah nanti uci lepas bang... "

"iya udah silahkan di lepas jilbabnya, abang mau lihat apakah istri abang ini, punya rambut atau tidak" lanjutnya sambil tertawa menggodaku.

"ihh... punyaa lah masa ga punyaa...." jawabku ngambek.

"bercandaa sayangkuu, ya udah yuk tidur..." sambil membaringkan badanya di kasur.

aku hanya menatapnyaa dengan perasaan berdebar, kali pertama aku tidur bersebelahan dengan seorang lelaki yang aku impikan, tapi hatiku malu untuk membaringkan tubuh ini disampingnya..

perlahan, aku melangkah ke kamar mandi untuk mengganti pakaian tidurku yang sudah kupersiapkan untuk aku pakai malam ini. ku beranikan diriku untuk menggunakan piyama berbahan tipis berwarna hitam sepaha ini, hanya tali kecil yang tergantung di bahu mulusku untuk menggantungkan piyamaku. mengingat ini malam pertamaku, malam ibadahku bersama suamiku tercinta. inginku serahkan semuanya hanya pada suamiku tersayang, sebagaimana ia adalah lelaki yang aku pilih untuk hidup bersamaku, dan mendampinginya sampai akhir hayatku.

dengan ragu-ragu malu, kukenakan kembali hijabku dan memakai cardigan panjang, untuk menutupi pakaian baratku ini. agar punya nyali untuk keluar dari kamar mandi.

kubuka perlahan pintu kamar mandi agar tak mengagetkanya, aku takut dia refleks melihatku dengan keadaan begini.

melaju perlahan menuju tempat tidur dengan hati yang berdebar-debar...

"loh kok, uci masih pake hijab sayangku?ga papa dibuka saja abang gak masalah kok, ga usah malu abang sudah halal boleh melihat kamu apadanya" jawabnya sambil membalikan badan ke arahku.

deg.. deg.. deg..

jantung mau copot...

antara malu dan gemetaran..

"sayaaangg... buka saja, mari istirahat.." sambungnya.

perlahan kubuka hijabku didepan nya yang sedang berbaring. kuberanikan diriku membuka penutup kepalaku,yang dulunya hanya ibu dan abang kandungku yang melihat penampilan asliku.

rambut hitam panjang sepinggang sedikit bergelombang terurai rapi, menyentuh bahu dan punggungku.

"masyaAllaaah....." dengan lirih suara bisikan suamiku terdengar di telingaku. sembari bangkit dari tempat pembaringannya.

kutundukkan kepalaku seolah-olah pasrah dan malu yang tidak terkira.

"istriku, kamu cantik sekali... maha suci Allah mencipkan keindahan diberikannya kepadamu" ujarnya sambil membelai rambut panjangku.

suamiku mendekat dan berbisik kembali.

" sayang bolehkah abang memeluk uci sekarang?".

mata kami saling menatap,

mata sendunya seolah membunuhku disaat dinginnya malam.

kesunyian seakan terpecahkan dengan suara nafas kami yang menderu kesunyian.

entah bagaimana, tak bisa dihindarkan lagi saat ia mengecup keningku yang ke empat kalinya. seolah membangunkan bulu roma yang ada di tubuhku. rasa tergelitik seluruh tubuhku saat, ia memandangku dengan tatapan dalam itu.

padangnnya seakan ingin menerkamku, tak bisa ku elakkan lagi. betapa bahagia malam ini. tangannya sudah semakin berani untuk memegang pipi dan wajahku. dibawah remang-remang lampu kamar pengantin, ku rasa didunia ini hanya ada kami berdua saja.

ia nampak terkejut setelah menatapku malam ini. benar-benar perasaan yang aneh. ia berani mencium pipiku dengan lembut, kurasakan hangat napas nya menerpa pipi mulusku.

" abaang, kamu pasti akan menepati janji mu kan??" ujarku lirih.

" tentu sayangku, abang benar-benar cinta sama uci, ingin hidup bedua sampai ajal menjemput abang" jawabnya dengan lembut.

"baiklah bang,.. terima kasih yaa" ucapku.

"iya sayaang, apakah abang boleh menunaikan ibadah kita malam ini tanpa keraguan di hatimu" lanjutnya.

aku terdiam sejenak.....

memikirkan sesuatu yang membuatku sulit untuk digambarkan saat ini...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status