malam semakin larut, ku tatap jam yang ada dinding kamarku menunjukkan pukul 22.05 wib. ku tatap ke arah wajah suamiku berjalan membelakangi pintu kamar, seraya berjalan melaju ke arahku yang duduk termanggu di pinggiran ranjang pengantin kami.
wajah tampan itu menyiratkan senyum manisnya ke padaku, sembari membungkukkan badannya ke arahku dan meraih tanganku. tak bisa ku menolak tangannya, hanya pasrah entah apa yang mau dia lakukan aku cuma terdiam dengan perasaan malu."uci kenapa sayang? katakan jika ada hal yang membuat kamu tidak nyaman? apa abang harus tidur diluar saja, takutnya uci tidak nyaman ada abang disini?" lanjut suamiku sambil duduk di sampingku."jangan bang, disini saja... maafkan uci, uci cuma malu kepadamu" jawabku, sambil menunduk."tak perlu malu sayang, abang tidak akan menggigitmu." lanjut nya sambil tertawa, dan mengangkat daguku dengan tangan kirinya agar aku menatap wajahnya.aku terdiam..." sayangkuu, kamu pasti capek seharian ini silahkan tidur, aku tidak akan mengganggumu..." lanjutnya sembari mengelus kepalaku dengan tangannya." iyaa bang, ini mau tidur...." jawabku lembut.."uci mau tidur dengan jilbab terpasang, apa tidak panas?" tanyanya.." mmm, iyah nanti uci lepas bang... ""iya udah silahkan di lepas jilbabnya, abang mau lihat apakah istri abang ini, punya rambut atau tidak" lanjutnya sambil tertawa menggodaku."ihh... punyaa lah masa ga punyaa...." jawabku ngambek."bercandaa sayangkuu, ya udah yuk tidur..." sambil membaringkan badanya di kasur.aku hanya menatapnyaa dengan perasaan berdebar, kali pertama aku tidur bersebelahan dengan seorang lelaki yang aku impikan, tapi hatiku malu untuk membaringkan tubuh ini disampingnya..perlahan, aku melangkah ke kamar mandi untuk mengganti pakaian tidurku yang sudah kupersiapkan untuk aku pakai malam ini. ku beranikan diriku untuk menggunakan piyama berbahan tipis berwarna hitam sepaha ini, hanya tali kecil yang tergantung di bahu mulusku untuk menggantungkan piyamaku. mengingat ini malam pertamaku, malam ibadahku bersama suamiku tercinta. inginku serahkan semuanya hanya pada suamiku tersayang, sebagaimana ia adalah lelaki yang aku pilih untuk hidup bersamaku, dan mendampinginya sampai akhir hayatku.dengan ragu-ragu malu, kukenakan kembali hijabku dan memakai cardigan panjang, untuk menutupi pakaian baratku ini. agar punya nyali untuk keluar dari kamar mandi.kubuka perlahan pintu kamar mandi agar tak mengagetkanya, aku takut dia refleks melihatku dengan keadaan begini.melaju perlahan menuju tempat tidur dengan hati yang berdebar-debar..."loh kok, uci masih pake hijab sayangku?ga papa dibuka saja abang gak masalah kok, ga usah malu abang sudah halal boleh melihat kamu apadanya" jawabnya sambil membalikan badan ke arahku.deg.. deg.. deg..jantung mau copot...antara malu dan gemetaran.."sayaaangg... buka saja, mari istirahat.." sambungnya.perlahan kubuka hijabku didepan nya yang sedang berbaring. kuberanikan diriku membuka penutup kepalaku,yang dulunya hanya ibu dan abang kandungku yang melihat penampilan asliku.rambut hitam panjang sepinggang sedikit bergelombang terurai rapi, menyentuh bahu dan punggungku."masyaAllaaah....." dengan lirih suara bisikan suamiku terdengar di telingaku. sembari bangkit dari tempat pembaringannya.kutundukkan kepalaku seolah-olah pasrah dan malu yang tidak terkira."istriku, kamu cantik sekali... maha suci Allah mencipkan keindahan diberikannya kepadamu" ujarnya sambil membelai rambut panjangku. suamiku mendekat dan berbisik kembali. " sayang bolehkah abang memeluk uci sekarang?".mata kami saling menatap,mata sendunya seolah membunuhku disaat dinginnya malam.kesunyian seakan terpecahkan dengan suara nafas kami yang menderu kesunyian.entah bagaimana, tak bisa dihindarkan lagi saat ia mengecup keningku yang ke empat kalinya. seolah membangunkan bulu roma yang ada di tubuhku. rasa tergelitik seluruh tubuhku saat, ia memandangku dengan tatapan dalam itu.padangnnya seakan ingin menerkamku, tak bisa ku elakkan lagi. betapa bahagia malam ini. tangannya sudah semakin berani untuk memegang pipi dan wajahku. dibawah remang-remang lampu kamar pengantin, ku rasa didunia ini hanya ada kami berdua saja.ia nampak terkejut setelah menatapku malam ini. benar-benar perasaan yang aneh. ia berani mencium pipiku dengan lembut, kurasakan hangat napas nya menerpa pipi mulusku." abaang, kamu pasti akan menepati janji mu kan??" ujarku lirih." tentu sayangku, abang benar-benar cinta sama uci, ingin hidup bedua sampai ajal menjemput abang" jawabnya dengan lembut."baiklah bang,.. terima kasih yaa" ucapku."iya sayaang, apakah abang boleh menunaikan ibadah kita malam ini tanpa keraguan di hatimu" lanjutnya.aku terdiam sejenak.....memikirkan sesuatu yang membuatku sulit untuk digambarkan saat ini...malam ini benar-benar indah, dekorasi kamar yang hangat membuat pikiran melayang. hanya berdua di kamar pengantin, bersama suami tampanku. benar-benar membuatku lumpuh, tunduk takluk dihadapannya.dibaringkannya dengan lembut tubuhku diatas sprey pengantin berwarna putih itu. seraya membelai wajah dan rambutku. aku terdiam saat ia mulai berani menyentuh bibirku dengan jari jemarinya. sudah tidak bisa aku menggambarkan lagi, gejolak hati ini. kami sudah terombang ambil di peraduan cinta.sepasang insan manusia ,sedang bercumbu rayu di kesunyian malam. dengan nafas menderu, ia menunaikan tugasnya sebagai seorang suami malam ini.di ujung-ujung peraduan kami saat melakukan hubungan cinta itu. tak tau mengapa, ku lihat wajah suamiku tampak memucat dan terdiam, matanya berair seolah berkaca-kaca. aku tidak mengerti, mengapa tiba-tiba dia terdiam dan menangis.ku dekati ia dan bertanya.. "abang, kenapa kamu menangis??" sambil ku belai lembut bahunya.ia menepis tanganku, saat mengusap b
setahun telah berlalu, pernikahan yang kami jalani seakan hambar. sikap suamiku yang semakin dingin membuatku, semakin merasa bersalah. kucoba untuk memperbaiki semua, agar suami memaafkanku. namun tetap saja, sikapnya semakin hari semakin membuatku tak berharga sebagai istrinya.kebetulan hari ini suamiku libur kerja, nampak ku lihat ia sedang duduk disofa sambil memainkan handphone nya. ku hampiri ia dengan niat hati ingin mencoba mencairkan suasana hati kami yang sudah lama membeku. semenjak kejadian malam pertama, tak pernah lagi bercanda romantis, kadang hanya saling diam-diaman saja, hanya berbicara seperlunya." abaang,... kita jalan-jalan yuk sayang, uci udah lama ga jalan-jalan sama abang, bosan rasanya di rumah terus, abang kan udah libur kerjanya". ujarku manja sambil memeluk lengan suamiku." maaf abang ga bisa, besok harus lembur" jawab nya , sambil menepis pelukan tanganku dari lengannya. ia beranjak menuju kekamar tidur dan berpindah tempat dengan melanjutkan main hp n
mendengar suara mobil suamiku, seperti biasa aku selalu membukakan pintu dan berlari kecil ke arah pintu depan rumah. dalam benakku, tak biasanya suamiku pulang lebih awal seperti ini. ada apa?fauzan merasa tubuhnya tak enak, sehingga hari ini izin untuk pulang saja. sesampai memasuki halaman rumah dan memarkirkan mobilnya, nampak ia berjalan dengan lunglai keluar dari mobil. melihat keadaanya wajahnya yang pucat, dengan cemas hatiku tak terasa langsung mengejar kearahnya dengan tergopoh-gopoh ku peluk tubuh lunglai suamiku itu."abaaang... abaang... abaang kenapa???" tanyaku dengan cemas. sambil ku papah menuju kamar tidur. nampak keringat dingin bercucuran di kepalanya membuat ku semakin kebingungan."perut abang sakit, kepala rasanya pusing, perut rasanya bergejolak, tadi sempat muntah berkali-kali" jawabnya sambil meringis. "iyaa sayaaang, sebentar yaa uci ambilkan obatnya" jawabku. sambil memposisikan tubuhnya untuk senderan didipan agar posisi abdomennya lebih rendah dari ker
aku hanya menghela nafas, mengingat perkataan suami dan kakak iparku. serba salah jadinya, ego suamiku begitu tinggi susah untuk mengajaknya mengomunikasikan kemarahannya terhadapku. sudah setahun ini, sikapnya tak pernah baik padaku.ku beranikan diriku untuk mengajak suamiku untuk mengutarakan kesalahanku dalam mengurusnya selama ini. huft.. bismillah ucapku dalam hati.."abang... maaf, apakah uci bisa ngobrol sebentar sama abang?ini penting sekali bagi uci bang. lantasku" sambil duduk di sampingnya."tidak ada yang perlu dibicarakan !" ujarnya dengan tegas."sekali ini saja bang, uci mohooon... ". ucapku dengan perasaan penuh harap." abang capek ! sudah sana jangan dekat-dekat. kerjakan saja pekerjaan rumahmu jangan ganggu aku" ujarnya dengan sedikit emosi.aku hanya terdiam dan tertegun mendengar hentakan suaranya dengan mata yang berkaca-kaca.------keesokan harinya..seperti biasa ku sediakan sarapan dan pakaian kerjanya. nampak suamiku keluar dari kamar mandi, wajahnya terl
***orang yang paling kucinta, ku rawat, ku jaga, ku sayangi sepenuh jiwa. bahkan nyawaku sudah ku serahkan di tangannya. ternyata dia yang menyakiti hatiku begitu dalam." berhenti menangis !! sekarang silahkan, lakukan saja apa yang kau mau. mau tidur dengan lelaki lain, it's okey silahkan !" ujarnya."cukuuuuppp !! hentikan ocehanmu bang !!" teriak ku sambil menutup kedua telingaku. "itu yang mau kau dengarkan? itu alasan kenapa selama ini aku diam !!! aku muak hidup dengan mu yang penuh kemunafikan !! " lanjutnya."tolong baang hentikaan !!!!" ucapku memohon."hentikan??hahaha. aku sadar aku bukan lelaki pertama yang menidurimu. aku hanya menikahi barang bekas dari orang lain. katakan siapa lelaki yang mendahului akuu ?!!" ucapnya dengan kasar tepat didepan wajahku, sambil menggoncang-goncangkan tubuh kecil ku.tangisku semakin meledak menghiasi rumah kami.........mataku rasanya membengkak...." demi Allaaaah..... demi rasullullah...., tak ada tangan lelaki manapun yang pernah me
ucapannya sungguh menyakitkan. orang yang di bangga-banggakan oleh ibuku, ternyata orang yang telah menyakiti putrinya. menyakiti begitu dalam. tajamnya kata-kata membuat hatiku lumpuh seketika." intinya aku sudah bosan !! kau perempuan haram tak pantas menjadi pendampingku ""apa maksud abang !, selama ini aku cukup sabar bang aku tidak mengerti apa yang membuat mu sebenci ini padaku?! dulu abang yang meminta uci sebagai istri abang, kenapa sekarang jadi seperti ini??! " ucapku sambil menghapus air mata dipipiku.praaaangggg.... !!!vas besar hiasan kamar dibanting oleh bang fauzan di hadapannku."aagh... "ucapku. serpihan vas itu mengenai punggung kakiku. ku lihat darah mengucur dari robekan luka itu." kau sudah tak suci saat menikah denganku, dasar perempuan penipu !!, begitukah orangtua mu mengajarimu??! sungguh hina sebagai perempuan !. kau jadikan jilbab lebar mu itu menjadi topeng kemuslimahanmu untuk menipu para lelaki.
Dengan hati yang berat...ku langkah kan kaki keluar dari rumah yang selama ini aku tinggali bersama suamiku. air mata masih saja tak mau berhenti kala ku ingat perlakuannya.ia mengusirku dari rumah dengan hujaman kata-kata yang melukai hati...ku ayunkan langkahku dengan terpincang-pincang dengan perlahan.goresan luka di kaki membuatku berjalan melambat, sambilku gotong koper besar berwarna merah jambu ku, menuju pintu gerbang rumah.taksi telah menunggu didepan gerbang.tak ada keraguan lagi.. dalam benakku hanya terpikirkan alasan apa yang akan aku utarakan kepada ibuku nanti. pasti ia akan marah besar, jika tau aku meninggalkan rumah suamiku.setelah sopir memasukkan koper ke dalam bagasi mobil, aku segera mengeluarkan handphone dari tas kecilku. aku mengurungkan niat untuk pulang kerumah ibuku. jika ku ceritakan pasti akan menambah pikirannya saja. mengingat ibuku sudah renta, terbersit di hatiku untuk menelpon sahabatku saja.ibuku sudah terlalu tua untuk diberikan beban pi
jam menunjukkan pukul 00.05 wib, fauzan pulang turun dari mobil dan membuka pintu gerbang rumahnya. Ia berdiri sejenak dihalaman rumah, menatap kearah rumah yang gelap gulita. Tak ada penerangan sama sekali.selesai memarkirkan mobil di garasi, ia mempercepat langkahnya menuju ke arah pintu depan. Bergegas ia membuka pintu dan segera masuk ke dalam rumah yang sunyi dan gelap.tangannya perlahan menyusuri dinding rumah, untuk mencari saklar lampu yang ada di tembok. Setelah itu menyalakan seluruh lampu ruangan.berlari kecil ia menuju ke arah kamar, tempat kami beradu argumen tadi pagi. dibukanya daun pintu kamar, tampak tak ada siapapun disana, hanya pecahan vas yang masih ada bekas darah luka istrinya tadi pagi.Jantungnya mulai berdebar...Perasaan tak karuan menghantui perasaannya.Ia berkeliling rumah untuk mencari istrinya, tapi tak ada.fauzan teringat bahwa perkataannya tadi pagi sangat melukai hati istrinya. Penyesalan mul