Share

BAB 3 PERNIKAHAN

setelah berdebat panjang, nampak fauzan menghela nafas. ia melonggarkan pernafasannya, kemudian berbisik ke abah. entah apa yang ia bisikkan aku pun penasaran.

"baiklah, jika itu keinginan uci. alhamdulillaaah... fauzan memutuskan akan tetap melangsungkan acara pernikahan ini, dengan menerima persyaratan yang sudah uci ajukan." ucap abah.

" bagaimana, apakah uci bersedia dipinang oleh fauzan?" lanjut abah.

tersenyum haru, aku menjawab dengan anggukan kepala pertanda setuju.

dengan wajah cerah fauzan menatap kearahku sambil menadahkan tangan mengucap alhamdulillah dan mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah tampannya. pertanda bahwa dia benar-benar meninginkanku dan akupun sama menginginkannya

deg,... "alhamdulillaaaah.. akhirnya, halal juga hubungan jarak jauh yang sudah dibina sekian lama itu. refleks aku dalam hati sangat bahagia, dengan linangan air mata yang menyelimuti dua bola mataku.

setelah menetapkan hari pernikahan kami, fauzan dan keluarganya izin pamit untuk pulang. sebelumnya mereka menyampaikan bahwa, walaupun aku tidak meminta mahar dan resepsi sebagai orang tua abah tetap memberikan sungguhan spesial untuk menantu yang spesial. nampak dari raut dan senyum calon mertuaku sangat bahagia,anaknya bersanding denganku dihari pernikahan itu.

"maaf abah, uci mau penikahan cukup 1 hari saja. agar tidak begitu merepotkan ibu dan abah. untuk dekor dan makeup saya serahkan semua sama pihak calon suami "ucapku.

"baik lah nak... sesuai keinginan kamu saja. kamu sangat pengertian abah sangat salut padamu". sambung abah.

"baiklah, kami pamit dulu. insyaAllah, nanti kami kabari untuk acara kita nanti". ucap abah.

telah dua minggu lamanya sejak tragedi perdebatan tersebut, tibalah saat aku diajak oleh iparku untuk fitting baju pengantin MUA yang sudah dipilih oleh kakak ipar. aku terpana dengan berbagai macam gaun yang indah didepanku yang akan aku pakai di hari pernikahan impianku. ku kenakan gaun bermanik gemilau tersebut nampak cantik dan pas di badanku yang tidak terlalu kurus ini. rasanya seperti bak bidadari aku mengenakan gaun syari dengan hijab yang menutup dada , seperti layaknya pengantin-penganti melayu. fauzan menatap kearahku dengan penuh kekaguman, ku lihat dia tersenyum di pantulan cermin yang ada didepanku.

aku gadis yang menggunakan khimar syari, dan senang dengan gamis-gamis longgar. menurutku ketika aku mengenakan pakaian ini, aku merasa aman dan sangat nyaman. sejak bersekolah di madrasah tsanawiyah, aku sudah menjaga diri dengan baik. hijab yang terpasang untuk menutupi rambut indah panjangku pun masih menghiasi kepala sampai sekarang. dengan sangat hati-hati ku jaga diri dari lawan jenis sampai aku menemukan lelaki yang menurutku pantas menerima kesucian ini.

hari ini tepat di hari pernikahanku, fauzan menjabat tangan penghulu dan meingikrarkan janji suci didepan para saksi dan janji dihadapan Allah swt. sah sudah hubungan ini, hati sangat bahagia, melihat senyum semua orang dalam pesta perkawinan kami. dengan malu-malu ku jabat tangan suamiku untuk pertama kalinya, jantung berdebar, tangan seakan dingin terasa tremor, saat aku menyentuh kulit tangannya. kulit telapak tangan kami saling nempel, ada rasa berbeda saat bersentuhan, ada getaran aneh didalam dada tapi tak bisa diungkapkan.

wajahku dan wajahnya memerah, saat para tamu dan keluarga menyaksikan kami saling memasangkan cincin, saling malu untuk merapatkan tangan kami. setelah beberapa detik jantung seakan bergetar saat diciumnya keningku didepan semua orang, ini ciuman pertama yang aku rasakan, terasa hangat dan kulit keningku terasa menebal. "oh, beginikah rasanya dicintai dengan kasih sayang", dalam benakku. ku balas cium tangannya dengan perlahan, dengan rasa malu-malu ku lanjutkan aksiku atas dasar dorongan ibuku, "sambil berbisik cium tangan suamimu, nak" ujar ibu.

acara pesta perkawinan itu sangat mewah. semua makanan, dekorasi yang serba putih dan mewah. dihiasi gaun pengantin berwarna gold ku yang syari dengan hijab panjang menutupi kepala hingga pusar yang aku kenakan, aku merasa bak ratu dalam semalam. begitupun suamiku, dengan sorban hitam dan thawb(gamis panjang sampai tumit). suamiku sangat tampan sekali, banyak tamu yang memuji kami pasangan yang serasi.

setelah acara selesai, kami berada di kamar yang sama untuk beristirahat melepas hiasan dan makeup tipis yang menepel di wajah putih bersihku.

ku beranikan diriku untuk melirik imamku yang tampan dari depan cermin dihadapanku...

degg... jantungku seakan terhenti, saat mata kami saling menatap. matanya yang sipit seolah-olah memandangiku dengan sorot tajam penuh kekaguman. ia paham dan keluar dari kamar untuk menghargaiku, mungkin dia sadar aku sangat malu padanya. setiap tatapan matanya selalu aku tepis dengan menundukan kepalaku. setelah selesai membersihkan wajah dan berganti pakaian, ku lanjutkan dengan mandi. tak lupa ku kunci pintu kamarku yang sekarang akan menjadi kamarnya juga, aku berdebar takutnya ia menerobos masuk kedalam kamar saat aku mandi.

hal ini cukup mendebarkan jantungku...

memikirkan apa yang akan terjadi malam ini...

rasanya, urat dan otot di tubuhku melemas. membayangkan betapa malunya jika kami tidur dalam satu ranjang.

kulanjutkan langkah kakiku menuju kamar mandi dengan pikiran yang sudah tidak fokus, untuk mengkondisikan diri di hadapnnya. ku awali mandi ku dengan berwudhu, kuguyurkan air keseluruh tubuhku, dan rambut panjangku, ku pakai semua wewangian agar terlihat segar saat bertemu suamiku nanti.

setelah selesai kupakai semua wewangianku, ku kenakan kembali hijab lebar dan gamis harian. ku siapkan sajadah kami untuk sholat berjamaah.

kemudian ku buka sedikit pintu kamarku untuk melihat ,aktivitas suamiku diluar. nampak ia sedang berbincang dengan ibuku dan paman-pamanku.

karena 20 menit lagi sudah menjelang magrib. ku beranikan diri untuk menyapanya..

"bang, silahkan mandi sudah uci siapkan sajadah untuk sholat berjamaah" ucapku. sambil tersenyum.

"terima kasih sayang" jawabnya. hatiku rasanya berbunga-bunga di panggil sayang oleh suamiku tercinta untuk pertama kalinya.

fauzan melangkah masuk menuju kamar dan aku melanjutkan langkah menuju dapur untuk menyiapkan hidangan makan malam untuk ibu dan suamiku.

nampak bang fauzan melangkah masuk ke dalam kamar tidur kami, yang dihiasi lampu-lampu romantis, dengan dekorasi penuh dengan bunga-bunga putih menghiasi kamar ku yang nampak begitu indah.

setelah mandi, nampak wajah bang fauzan sangat sumringah dan segar, terlihat bibir merahnya tersenyun manis padaku. sambil melangkah menuju dapur dia menyapaku.

"sayang, kamu sedang masak apa?". sambil berdiri disampingku dengan jarak yang sangat dekat, kurasakan aura hangat tubuhnya di samping tubuhku.

"uci masak sop ayam bang, abang suka sama sop ayam bukan" jawabku dengan lembut.

"kok kamu tau kesukaanku? tau darimana ?"

"tau dong bang, kemaren uci ngobrol banyak sama mbak rina kakaknya abang, katanya abang suka banget makan sop ayam, rendang, dan rawon. kebetulan uci sudah belajar masak sejak masih remaja jadi masak apa aja uci insyaAllah bisa bang" jawabku lagi.

"waah,alhamdulillah... sudah cantik pinter masak pula, abang ga salah pilih istri kalo begitu."

wajahku memerah, mendengar gombalan nakalnya.

seraya bang fauzan menggosok-gosokkan tangannya di kepalaku dengan perasaan gemas, sembari mengatakan dia pamit untuk duduk didepan, dan mengatakan abang tunggu dikamar ya. sambil tertawa menggoda.

jantungku seakan mau copot saat dia mengatakan itu, pikiranku sudah melanglang jauh ke langit memikirkan maksud dan tujuannya berbicara seperti itu.

entah bagaimana, nanti malam membuat aku serba salah. apakah aku bisa tidur nyenyak malam ini disampingnya??

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status