Bab 31. Terusir Di Tengah Malam Buta
======
Yati begitu percaya akan dusta pria itu. Yati merasa dirinyalah yang paling sempurna. Suaminya tetap memilih dirinya, meski sang madu telah merubah penampilannya. Itu membuatnya semakin melambung.
Amelia merasa kian terluka. Rasa sakit ini semakin meradang. Tawa cekikan di dalam sana bagai perasan jeruk nipis menyiram luka yang kian menganga. Perih, pedih, tak terlukis lagi dengan kata-kata.
‘Cukup sudah!’ Tiba-tiba Gadis itu bergumam. Tubuh yang masih menyender lemas di daun pintu itu tiba-tiba menegak. Tak perlu menunggu esok tiba, malam ini harus diselesaikan segera. Amelia tak bisa berpikir lebih jernih sekarang.
<Bab 32. Berhasil Mendapat Talak “Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi! Kamu keluar dari rumahku! Sekarang!” Amelia menarik paksa tangan laki-laki yang belum juga mengenakan baju itu. Pria itu belum sempat membenahi pakaian saat Amel tiba-tiba menyerang masuk ke gudang tadi. Hanya celana boxer pendek yang menutupi bagian tubuhnya. Sementara Yati mengikuti langkah Amelia yang terseok karena menarik beban berat tubuh Darfan. Kedua anaknya mengiringi sambil menjerit-jerit memegangi ujung kain sarung ibunya. Suasana ribut itu membuat Anwar makin tak tenang di dalam kamarnya. Meskipun Ayu sudah berusaha menenangkan dirinya, namun tetap saja pria ringkih itu memaksa agar Ayu memindahkan tubuhnya ke atas kursi roda dan mendorongnya ke luar. Dia ingin memastikan keadaan putri semata wayangny
Bab 33. Ada Apa Dengan Bik Jum? Dengan bantuan satpam dan warga, Darfan kembali diseret paksa keluar dari rumah Amelia. “Aku gak akan terima dengan perlakuan kamu ini, Mel! Tunggu balasan dariku! Kau pasti akan menyesal!!” Sekali lagi Darfan mengancam. Pria itu bertekat menguras habis isi ATM Anwar yang kini dikuasainya. Sedikitpun dia tak tahu, kalau Amel telah memblokirnya malam itu juga. “Ya, aku tunggu balasan kamu, Mas! Tapi jangan lupa pesanku, besok pagi aku akan mengecek rumahku yang ditempati seluruh keluarga besar kamu! Kuharap saat aku ke sana, sudah dalam keadaan kosong! Paham!” Amelia kembali mengancam. Darfan menggendong Arini, putri bungsunya. Sementara Bagas dituntun oleh Yati. Mereka berjalan hingga ke gerb
Bab 34. Bertemu Andre ====== Gadis itu sudah trauma berhubungan dengan seorang pria. Apalagi pria setampan Darfan yang telah begitu licik menipunya. Bukankah Andre jauh lebih tampan? Amelia tak akan pernah memulai hubungan dengan pria tampan manapun lagi, begitu tekatnya. Tanpa ragu, gadis itu menggeser panel merah di layar ponselnya. Meraih tas dan kunci mobil, buru-buru gadis itu menuju kamar sang Papa sebelum berangkat ke bank seperti rencananya. Sempat tertegun saat melihat pemandangan di dalam kamar. Bik Jum tengah menyuapi Papanya dengan penuh kelembutan. Senyum manis tersungging di bibir wanita sederhana itu. Mata sang Papa tampak berbinar bahagia, menerima setiap suapan meski selalu tumpah, karena mulut dan lidah kaku
Bab 35. Zonk, ATM Sudah Diblokir “Eem, anu, kebetulan saya juga mau pulang, tapi mobil saya mogok. Saya bermaksud menumpang mobil ibu, boleh?” dusta Andre dengan tampang memelas penuh harap. “Ehm, begitu, ya? Kenapa tidak telpon montir atau bengkel saja?” “Ehm, anu, Bu, eh … sudah. Sudah saya telpon. Mereka sedang dalam perjalanan ke mari. Tetapi, saya enggak bisa menunggu mereka. Ada yang saya kejar dan buru-buru sekali. Sedangkan untuk memesan jasa taksi online, lokasi ini terlalu jauh untuk mereka jangkau. Boleh, ya, Bu, saya menumpang sampai ada akses taksi saja?” Andre kembali memelas. “Begitu?” Amelia terlihat ragu, tetapi alasan mitra bisnisnya ini sangat masuk akal. Tak ada alasan baginya untuk menolak. Apalagi peternakan ini berada di daerah perbukitan dan agak jauh dar
Bab 36. Benalu Memanggil Nurdin Sang Pengacau “Lho, kok, laki-laki di rumah ini pada aneh, sih?!” Dina berteriak kebingungan. “Tadi Andy, sekarang Mas Leo! Ada apa, sih, dengan kalian? Kenapa kalian semua pada membelai si kribo itu! Ada apa sebenarnya dengan kalian, hah!” serunya menatap lekat wajah suaminya. “Pikirkan sendiri!” ketus Leo dingin. “Mas!” pekik Dina semakin tak mengerti. Leo tak menggubris. Tekatnya sudah bulat akan memboyong istri dan anak-anaknya menjauh. Jika Dina menolak, maka mengakhiri pernikahan ini, tentu lebih baik. Tapi anak-anak tetap akan dia bawa bersamanya, begitu tekat Leo. Suasana tegang itu berubah hening. Tak ada lagi seorangpun yang bersuara. Semua tenggelam di dalam kekalutan masing-masing.
Bab 37. Tak Ada Tempat Buat Andre Di Hati Amelia “Eeem, jadi Pak Andre kok bisa kenal dengan Bang leo?” Amelia kembali ke topik semula. “Jadi, kebetulan Bang Leo itu adalah mandor kepercayaan saya di proyek. Kasihan dia, sekarang ini harus menumpang tinggal di rumah Ibu. Rencananya kalau proyek ini sudah jalan, dia akan ngontrak rumah. Itupun kalau Mbak Dina, istrinya setuju.” “Mas Leo baik. Satu-satunya keluarga mantan suami saya yang baik hanya dia aja.” “Iya, Bang Leo memang baik.” Suasana hening kembali. Mobil Amelia yang dikemudikan oleh Andre kini memasuki kawasan kota Pancur Batu, sebentar lagi akan tiba di Medan Tuntungan, di mana rumah Amelia yang ditempati oleh keluarga benalu itu berada. “Eem, jadi Bu Amel gimana perasaan
Bab 38. Akte Pra Nikah Menjerat Amelia Andre berjalan melewati Dinda, seolah perempuan itu tak pernah ada di dalam hidupnya. Padahal Dinda sangat tahu, kalau hingga detik ini Andre tak juga menemukan pengganti dirinya. Andre teramat mencintainya, Dinda yakin itu. Lalu, kenapa Andre mengacuhkannya? Apakah karena ada Andy, suami pilihan Dinda? “Hey, Pak Nur? Kebetulan sekali, ya? Benar kata orang, dunia ini sempat Pak Nur, buktinya kita. Setelah Bapak bersembunyi dari saya selama bertahun tahun, diketemukan di sini, hehehehe …. Apa kabar, Pak Nur?” Andre mendekati lelaki paruh baya itu, lalu mengulurkan tangan hendak menyalam. Tetapi, tangan kekar pria itu hanya mengambang di udara. Nurdin tak mau menyambut salamnya. Laki-laki itu lalu mendongak, menatap tajam wajah Andre.
Bab 39. Amelia Tak Mempan Digertak “Ya, aku berjanji. Aku akan bersikap adil buat kalian berdua juga anak-anak. Sekarang kita pulang ke rumah papa kamu, ya, Sayang! Yati akan tinggal di sini saja bersama mama dan yang lainnya. Yuk, kita pulang!” Darfan kembali mengulurkan tangan hendak menggamit lengan Amelia. Lagi-lagi Amelia mundur beberapa langkah. “Om!” lirihnya memanggil Nurdin dengan nada dingin. “Ya, Mel. Ada apa, Sayang?” Nurdin menajamkan telinga bersiap mendengar kalimat sang mangsa yang sudah telak berhasil mereka taklukkan. “Saya mau nanya, apakah Papa dalam keadaan sadar saat menandatangani surat perjanjian pra pernikahan itu?” tanya Amelia masih dengan nada begitu datar.