Share

Bab 22

Hari telah Semakin gelap. Suara hewan kecil mulai terdengar dari kebun di belakang rumah ini. Jarum jam menunjuk angka sepuluh.

Kondisi rumah telah sepi, kedua buah hatiku sudah terlelap sejak lepas Isya' tadi. Mas Ari juga sudah terlelap, menyusul anak-anak yang tertidur oleh dongeng kancil dan harimau menjelang tidur mereka malam ini.

Kini seorang diri aku berkutat dengan rekap orderan dari toko online. Rasa lelah kuabaikan, demi kepuasan konsumen dan pelanggan.

"Dek, maafkan Mas."

Terlonjak aku dari kursi tempat aku menyerahkan bobot tubuh ini. Bolpoin yang kupakai untuk merekap orderan online ikut terjatuh. Lagi, ia mengejutkan aku. Mengumpulkan kesadaran beberapa saat, meyakinkan diri kalau yang hadir adalah Mas Ari, suamiku.

"Maaf? Maaf untuk apa, Mas?" tanyaku setelah degup jantung kembali normal.

"Soal itu … uang cicilan mobil, Dek."

Ia berkata dengan menundukkan wajah, seakan merasa bersalah. Ada apa dengan su
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status