Share

Chapter 4

Author: Black Eagle
last update Last Updated: 2022-01-28 20:53:55

Tidak lama kemudian sejenak saat Martin Dailuna duduk dengan menyilangkan kakinya di atas sofa mewah yang berlantaikan rumput yang begitu hijau nan cerha, membuat Martin sadar bahwa ada bagian dari rumahnya yang berbeda, bagian yang memiliki suasana yang begitu indahnya, dan nyaman untuk ditempati, dan selama ini, Martin tidak tahu bahwa bagian indah itu ternyata jarang sekali ia kunjungi. 

Hidung mancung miliknya menghirup udara segar, merasakan hembusan udara menempel di kulitnya yang berwarna eksotis. 

Matanya memandang bunga-bunga indah yang berjejer menghiasi halaman belakang rumahnya, dia begitu menikmati suasan indah, udara segar, bersih dan terawat. Dan tak lama kemudian Andira datang membawa minuman dingin yang diminta oleh Martin, majikannya.

Andira menaruh minuman itu di meja tepat di hadapan Martin, tidak seperti biasa mata Martin sengaja tidak memandang ke arah Andira, matanya fokus pada kupu-kupu yang berterbangan indah pada bunga-bunga di taman nya.

"Kalau Tuan membutuhkan sesuatu aku ada di dalam," ucap Andira yang membuat Martin Dailuna menatap fokus  ke arahnya. Menyadari tatapan itu Andira langsung menundukkan kembali kepalanya, tak cukup berani menatap mata tajam si majikan. 

"Kalau aku butuhnya kamu?" ucap Martin, seketika membuat Andira yang tadinya menunduk menatap mata Martin yang di bingkai kacamata. Dia menelan ludah beberapa kali, dan kembali menundukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa. Perasan Andira tak karuan setelah mendengar ucapan Martin Dailuna.

"Baiklah, pergilah dari sini, aku akan

memanggilmu kalau aku butuh sesuatu," ucap Martin.

Andira yang mendengar itu langsung pergi dari sana, membawa biolanya yang tadi ditaruhnya di atas meja.

Andira berjalan pergi, dia masuk ke dalam rumah besar Dailuna, sesekali melihat ke belakang memandang Martin yang duduk dengan gaya tegak, menyilangkan kakinya, dan sesekali meneguk minuman yang dibuat Andira. Mendengar ucapan Martin tentu saja membuat Andira terkejut, di benaknya bertanya-tanya maksud yang dikatakan oleh sang majikan.

Gadis muda itu berjalan cepat, dan tetap saja menatap ke belakang walau sudah tak melihat lagi Martin Dailuna.

Mata Andira yang tak fokus ke depan tak

melihat seorang pria muda dengan wajah yang memiliki tampan seperti Martin tiba-tiba membentur nya.

Dia Raisi Dailuna, anak sulung Martin dan Sarah. Raisi yang juga berjalan lincah karena lupa sesuatu saat akan ke kampus tidak menyadari kedatangan Andira. Andira yang terkejut seketika akan terjatuh namun tangan Raisi memegangi lengan Andira. Mata mereka saling menatap, tiba-tiba jantung mereka seakan berdetak kencang, mata kedua insan itu tak berkedip.

Takjub-nya kedua insan ini, ketika melihat satu sama lain, ketampanan Raisi dapat membuat Andira membulatkan matanya tanpa berkedip,sedang kecantikan Andira mampu membuat Raisi diam terpaku, tubuhnya seakan membeku, matanya tersihir, bibirnya menganga tipis, terpukau akan kilauan kecantikan seorang Andira.

Larut karena takjubnya mereka akan

kecantikan dan ketampanan satu sama lain, langsung terbangun saat Martin tiba-tiba muncul dan memanggil nama Raisi.

"Raisi!" panggil Martin dengan suara yang agak keras. Suara itu membangunkan kedua insan yang sejak tadi sedang asik saling memandang satu sama lain.

Raisi langsung melepas tangannya, dan Andira kembali berdiri tegak, jantungnya kembali berdetak kencang saat melihat Martin sudah berdiri di hadapannya.

"Papa," ucap Raisi saat menyadari kehadiran sang ayah.

"Tumbeng pulang cepat, biasanya sibuk dengan urusan kampus," ucap Martin, matanya menatap tajam mata sang anak. Martin memang tegas kepada anak-anaknya terutama pada Raisi yang juga tidak terlalu banyak memiliki waktu bersama Martin.

"Aku lupa proposal organisasi ku, jadi aku datang untuk mengambilnya," balas Raisi,matanya seakan takut memandang mata tajam milik Martin yang selalu terlihat mengintimidasi setiap lawan bicaranya.

"Dan kau, kenapa tetap di sini?" Tatapan Martin kini mengarah pada Andira. Tanpa di jawab, Andira langsung menuju kamar nya. Dan Raisi juga pergi dari sana meninggalkan Martin yang sedikit kesal melihat adegan sang anak bersama Andira. Sedang Andira yang kesal dan tidak menyukai Martin, tiba-tiba terlihat senyum di bibirnya mengingat saat dia bertemu dengan Raisi, begitupun dengan Raisi yang tak berhenti tersenyum mengingat dirinya dengan Andira.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Raisi tak henti tersenyum
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 322

    Ya dia tahu siapa yang membawa Andira, dan anehnya sesuatu menjadi lebih muda baginya, tak ada pengawal sementara Martin memegangi senjata api di tangannya walau dia terlihat terluka di kepala, dan beberapa darah yang mengalir di tangannya, ya sebelum Ibrahim berhasil dijatuhkan oleh Martin, Ibrahim berhasil menyerang Martin dengan irisan balok yang membuatnya terluka. Di sisi yang lain, Martin membuka satu-persatu pintu ruangan yang ada di labirin, sampai akhirnya dia tidak menemukan pintu apa pun, hanya dinding kasar di sekelilingnya, dan yang membuatnya merasa bingung adalah di mana semua orang? Martin tak menemukan siapa pun, tapi dia bisa melihat tanda ayang dia tahu bahwa yang melakukannya pasti Nigel, untuk menjebak Martin, walau Martin paham akan jebakan itu, dia tetap mengikuti pola petunjuk yang dia tidak tahu akan membawa dia ke mana, hanya saja tak ada pilihan lain. "Martin." Langkah kaki Martin terhenti, dia mendengar sesuatu, di belakang, di depan, di samping, lalu s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 321

    Rasa lemas menjalar di sekujur tubuh Martin, dia tidak menyangka bahwa Nigel akan sejauh ini, gadis yang selalu bersamanya yang Martin pikir Litzia telah menjadi gadis yang penting bagi Nigel ternyata saat mencoba membalas dendam dan ambisi gadis itu tidak lain hanyalah sekedar hiburan bagi Nigel. Mata Martin redup, dia kebingungan bagaimana harus merespon apalagi rasa panas dikarenakan cahaya lampu yang langsung mengarah kepadanya membuatnya merasa terganggu. Dia meremukkan rambut-rambut nya yang kusut, dan saat mencoba untuk fokus, dia menemukan sesuatu berada di tangan Litzia, gadis itu menggenggam sesuatu, Martin yang merasa apa yang digenggam Litzia penting langsung meraih tangan gadis itu dan membuka telapaknya, di sana terletak kertas yang mungkin berisikan informasi. Tulisan yang Martin tahu bukanlah milik Litzia melainkan milik Nigel, ya jelas kertas dengan tinta yang ditulis Martin dan berisikan, "Putramu dan Andira selanjutnya, oh ya astaga kau tidak akan menemukan putra

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Bibir Martin terbuka, dia merasa heran siapa yang mungkin yang telah membukakan pintu untuknya, dan kenapa pintu ini bisa terbuka sendiri. Sia menelan saliva berkali-kali tapi dia tidak bisa diam, ya dia tidak seharusnya seperti ini, dia mengepalkan tangan dengan kemarahan yang luar biasa, pada Nigel, Ibrahim dan sedikit rasa kecewa dan kebencian terhadap Andira, atau dia sedang berusaha untuk membenci gadis itu. Tapi sebelum semua itu harus diselesaikan olehnya, dia berusaha untuk menemukan putranya terlebih dahulu, di mana Raisi, dan kenapa semuanya terlihat kacau, kenapa Tidka ada penjaga dan pintu ruangannya sendiri, sel yang dia miliki sendiri yang seharusnya menjadi tempat dia tertahan kini terbuka. Tapi semua itu tidak penting, Martin dia mencoba untuk melangkah pergi, tetapi dia tidak dengan tangan kosong, di dalam saku-saku celananya dia menyimpan pecahan beling yang dia hancurkan sebelumnya dan akan menjadikannya sebagai pertahanan atau cara untuk melawan. Sayangnya dia

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Litzia mencoba menyelematkan siapa pun yang bisa dia selamatkan setelah dia berhasil membantu Raisi, yang entah apakah Raisi berhasil keluar dari labirin rumit yang telah dibangun oleh Nigel selama ini atau usaha mereka hanya akan menjadi boomerang. Dia memastikan bahwa Ibrahim mengetahui rencana Nigel untuk menghabisi mereka semua di tempat itu, sehingga mungkin dalam sesaat dia ingin menyelamatkan semuanya, termasuk Andira, tetapi sebelum itu, dia harus memastikan bahwa Martin tiada di tangannya. Di sisi yang lain Litzia, dia membuka pintu demi pintu, labirin yang begitu membingungkan, dia tidak bisa menemukan di mana kamar Martin, atau di mana sel Martin disembunyikan, langkah demi langkah dia berusaha untuk dapatkan hingga akhirnya dia menemukan satu ruangan yang tak terjaga, cukup jauh dan firasatnya berkata, mungkin itu adalah Martin. Langkahnya menuju sel itu cepat, dan menemukan seseorang yang bersandar tanpa semangat hidup duduk di lantai. Litzia hanya dapat melihat pria i

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 319

    Beberapa Saat Sebelumnya "Pergilah, kau tidak punya waktu, kau harus meninggalkan tempat ini atau Nigel akan menghabisi mu di hadapan ayahmu. Dia akan mempermainkan Malian berdua sebelum akhirnya mengakhiri semuanya." Dia mencoba membuka gelangan borgol di tangan Raisi sementara Raisi yang terlihat dengan wajah berantakan, darah di sisi wajahnya, dan rambut yang terlihat tak terawat itu memandang bingung. "Bagaimana kau mendapatkan kunci itu ... Astaga kau membahayakan dirimu sendiri Litzia." Raisi menghentakkan tangannya seolah menolak bantuan Litzia tapi gadis ini mencoba untuk tetap membantu Raisi. "Kau tidak tahu bahwa Nigel adalah monster dan dia akan menghabisi kalian, kau, Martin, Andira, semuanya, bahkan Ibrahim tangan kanannya sendiri akan mati di sini jika tidak pergi." "Andira?" Raisi menelan saliva, dia gemetar. "Ya." "Tidak." Raisi yang kedua tangannya sudah terbebas dari borgol itu menggelengkan kepala, "Aku tidak mau meninggalkan Andira. Bawa aku padanya dan akan

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 318

    Semua tampak jelas, Martin melihat segalanya dalam kesunyian yang tak terhentikan, dia merasa bahwa hidupnya akan selalu seperti ini, menderita. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, Andira, tapi dengan biaya sebesar apa? Dan kini, di mana gadis itu? Di mana putranya? Dan demi keinginan yang ia hasratkan semuanya berakhir kacau, dia terjebak di dalam neraka yang abadi. Nigel menghentakkan kepala Martin dan membiarkan dia tergelatak di dalam sana, kini adalah rencana selanjutnya tapi kapan dia akan melakukan rencana selanjutnya? Oh ya dia akan mempermainkan Martin lebih lama, lebih parah, San jauh lebih menyakitkan sebelum pada akhirnya mengakhiri hidup Martin Dailuna. Di sisi yang lain, Ibrahim tak sanggup menahan amarah dendam yang ingin segera mengakhiri hidup Martin, menghancurkan dinasti Dailuna selamanya. Tetapi semua itu berada di tangan Nigel yang memiliki lebih banyak anak buah. "Apa lagi yang kau tunggu?" Ibrahim bertanya, dia tak sanggup menahan diri untuk segera mengakh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status