Share

Chapter 4

Tidak lama kemudian sejenak saat Martin Dailuna duduk dengan menyilangkan kakinya di atas sofa mewah yang berlantaikan rumput yang begitu hijau nan cerha, membuat Martin sadar bahwa ada bagian dari rumahnya yang berbeda, bagian yang memiliki suasana yang begitu indahnya, dan nyaman untuk ditempati, dan selama ini, Martin tidak tahu bahwa bagian indah itu ternyata jarang sekali ia kunjungi. 

Hidung mancung miliknya menghirup udara segar, merasakan hembusan udara menempel di kulitnya yang berwarna eksotis. 

Matanya memandang bunga-bunga indah yang berjejer menghiasi halaman belakang rumahnya, dia begitu menikmati suasan indah, udara segar, bersih dan terawat. Dan tak lama kemudian Andira datang membawa minuman dingin yang diminta oleh Martin, majikannya.

Andira menaruh minuman itu di meja tepat di hadapan Martin, tidak seperti biasa mata Martin sengaja tidak memandang ke arah Andira, matanya fokus pada kupu-kupu yang berterbangan indah pada bunga-bunga di taman nya.

"Kalau Tuan membutuhkan sesuatu aku ada di dalam," ucap Andira yang membuat Martin Dailuna menatap fokus  ke arahnya. Menyadari tatapan itu Andira langsung menundukkan kembali kepalanya, tak cukup berani menatap mata tajam si majikan. 

"Kalau aku butuhnya kamu?" ucap Martin, seketika membuat Andira yang tadinya menunduk menatap mata Martin yang di bingkai kacamata. Dia menelan ludah beberapa kali, dan kembali menundukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa. Perasan Andira tak karuan setelah mendengar ucapan Martin Dailuna.

"Baiklah, pergilah dari sini, aku akan

memanggilmu kalau aku butuh sesuatu," ucap Martin.

Andira yang mendengar itu langsung pergi dari sana, membawa biolanya yang tadi ditaruhnya di atas meja.

Andira berjalan pergi, dia masuk ke dalam rumah besar Dailuna, sesekali melihat ke belakang memandang Martin yang duduk dengan gaya tegak, menyilangkan kakinya, dan sesekali meneguk minuman yang dibuat Andira. Mendengar ucapan Martin tentu saja membuat Andira terkejut, di benaknya bertanya-tanya maksud yang dikatakan oleh sang majikan.

Gadis muda itu berjalan cepat, dan tetap saja menatap ke belakang walau sudah tak melihat lagi Martin Dailuna.

Mata Andira yang tak fokus ke depan tak

melihat seorang pria muda dengan wajah yang memiliki tampan seperti Martin tiba-tiba membentur nya.

Dia Raisi Dailuna, anak sulung Martin dan Sarah. Raisi yang juga berjalan lincah karena lupa sesuatu saat akan ke kampus tidak menyadari kedatangan Andira. Andira yang terkejut seketika akan terjatuh namun tangan Raisi memegangi lengan Andira. Mata mereka saling menatap, tiba-tiba jantung mereka seakan berdetak kencang, mata kedua insan itu tak berkedip.

Takjub-nya kedua insan ini, ketika melihat satu sama lain, ketampanan Raisi dapat membuat Andira membulatkan matanya tanpa berkedip,sedang kecantikan Andira mampu membuat Raisi diam terpaku, tubuhnya seakan membeku, matanya tersihir, bibirnya menganga tipis, terpukau akan kilauan kecantikan seorang Andira.

Larut karena takjubnya mereka akan

kecantikan dan ketampanan satu sama lain, langsung terbangun saat Martin tiba-tiba muncul dan memanggil nama Raisi.

"Raisi!" panggil Martin dengan suara yang agak keras. Suara itu membangunkan kedua insan yang sejak tadi sedang asik saling memandang satu sama lain.

Raisi langsung melepas tangannya, dan Andira kembali berdiri tegak, jantungnya kembali berdetak kencang saat melihat Martin sudah berdiri di hadapannya.

"Papa," ucap Raisi saat menyadari kehadiran sang ayah.

"Tumbeng pulang cepat, biasanya sibuk dengan urusan kampus," ucap Martin, matanya menatap tajam mata sang anak. Martin memang tegas kepada anak-anaknya terutama pada Raisi yang juga tidak terlalu banyak memiliki waktu bersama Martin.

"Aku lupa proposal organisasi ku, jadi aku datang untuk mengambilnya," balas Raisi,matanya seakan takut memandang mata tajam milik Martin yang selalu terlihat mengintimidasi setiap lawan bicaranya.

"Dan kau, kenapa tetap di sini?" Tatapan Martin kini mengarah pada Andira. Tanpa di jawab, Andira langsung menuju kamar nya. Dan Raisi juga pergi dari sana meninggalkan Martin yang sedikit kesal melihat adegan sang anak bersama Andira. Sedang Andira yang kesal dan tidak menyukai Martin, tiba-tiba terlihat senyum di bibirnya mengingat saat dia bertemu dengan Raisi, begitupun dengan Raisi yang tak berhenti tersenyum mengingat dirinya dengan Andira.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Raisi tak henti tersenyum
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status