Share

Bab 3

Author: Ursula
Nada suara Noah yang dingin dan tegas langsung membuat suasana menegang seperti membeku.

Dulu, Ashley pasti akan lebih memilih mengalah demi meredakan suasana, tetapi sekarang dia hanya berdiri di tempat, menatap semua dengan dingin.

Julie hanya punya satu anak laki-laki, yaitu Noah. Akhirnya, dia mengalah dan bahkan menyuruh cucu luarnya itu meminta maaf pada Ashley.

Di meja makan, Julie terus-menerus mengambilkan makanan untuk Noah. "Noah, kamu kelihatan makin kurus. Makan yang banyak ya."

Setelah itu, dia melirik tajam ke arah Ashley. "Katanya istri itu harus bisa tampil anggun di depan publik, juga harus jago di dapur. Kalau kamu nggak bisa tampil anggun, paling nggak harus bisa masak supaya bikin suamimu betah di rumah."

Ashley menelan makanan di mulutnya dengan susah payah. "Kita baru saja kedatangan pembantu baru. Masakannya enak, Noah suka."

Julie mendengus kesal. "Pembantu tetap saja pembantu, dia bukan istri Noah. Kamu istrinya, jadi wajar kamu yang harus turun tangan urus hal begini!"

Ashley tidak menjawab, hanya tersenyum tipis. Mungkin sebentar lagi dia memang bukan lagi istri Noah.

Noah pun memotong pembicaraan, "Ibu, mulai lagi deh. Ini kita mau makan atau mau ribut?"

Julie langsung meredam emosinya. "Ya sudah, nggak ngomong lagi. Makan, makan."

Akhirnya suasana meja makan menjadi tenang, sampai ponsel Noah terus-menerus bergetar. Dari sudut mata, Ashley sempat melirik sekilas. Kebetulan, dia melihat pesan dari Yessy masuk.

[ Sayang, aku lagi demam. Katanya cewek yang demam badannya panas banget. Kamu mau coba nggak? ]

Disertai foto pribadi Yessy yang mengenakan lingerie. Hasrat Noah langsung melonjak. Dia pun buru-buru menutup ponsel dengan kasar.

Suara ponsel yang ditutup terlalu keras sampai membuat Julie ikut merasa aneh. "Noah, kenapa? Ada apa?"

Noah langsung bangkit. "Ibu, ada urusan mendadak di kantor. Aku harus ke sana sekarang."

Kemudian, dia menoleh ke arah Ashley. "Ashley, malam ini mungkin aku pulangnya agak telat. Kamu istirahat duluan ya."

Tanpa menunggu jawaban dari Ashley, Noah sudah melangkah cepat ke luar rumah.

Begitu Noah pergi, Ashley juga tidak ingin terus-menerus melihat wajah Julie dan yang lainnya. Dia langsung berdiri, berniat pergi dari meja makan.

Namun, Julie membentak sambil menepuk meja. Amarahnya meledak setelah dipendam semalaman. "Aku saja belum selesai makan, kamu sudah berani pergi dari meja? Nggak ada sopan santun sama sekali!"

Dia berteriak lantang, "Pembantu! Kunci dia di loteng! Biar dia belajar disiplin!"

Ashley menolak. "Kamu nggak punya hak kurung aku! Ini namanya penahanan ilegal!"

Julie mengejek dengan dingin, "Lucu sekali. Mertua mendidik menantu itu hal yang wajar!"

Dua pembantu menarik paksa Ashley ke loteng dan mengurungnya di sana. Di tengah kegelapan, jantung Ashley berdebar kencang, tubuhnya menggigil tanpa henti.

Dia menderita klaustrofobia. Sensasi sesak ini membuatnya merasa sekarat. Kegelapan di sekitarnya seperti dipenuhi monster yang siap menerkamnya.

Ashley terus-menerus menggedor pintu, memanggil nama Noah.

Saat SMA dulu, pernah ada teman sekolah yang menjahilinya dan mengurungnya di gudang. Waktu itu, dia pun ketakutan luar biasa. Noah yang menyelamatkannya.

Dia menendang pintu, membiarkan cahaya masuk bersamaan dengan kehadirannya dan cahaya itu juga masuk ke hati Ashley.

Sejak saat itu, Ashley menganggap Noah sebagai penyelamatnya. Dia mencintainya, rela menyerahkan segalanya, bahkan nyawanya.

Sayangnya, sekarang semua telah berubah. Tidak peduli dia berteriak sekeras apapun, Noah tidak datang.

Yang datang hanyalah seember air dingin. Pembantu membawa baskom dan memelototinya. "Nyonya, lebih baik diam. Kalau terus teriak-teriak nggak tahu aturan, jangan salahkan kami bertindak kasar!"

Ashley basah kuyup dan dikurung di loteng semalaman. Sampai pagi hari berikutnya, Noah baru datang tergesa-gesa, membuka pintu dan langsung memeluk Ashley yang tergolek lemas di lantai.

"Ashley, maaf .... Aku terlambat ...."

Pelukan yang dulu dia anggap sebagai perlindungan, kini hanya terasa seperti siksaan yang membuat napasnya sesak.

Ashley melepaskan diri dari pelukan Noah, berdiri, dan berjalan ke arah pintu. Baru saja melangkah ke luar, pandangannya menggelap. Dia pun jatuh pingsan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 23

    Namun, benarkah Noah akan membiarkannya pergi begitu saja?Sejak percakapan antara Ashley dan Julie hari itu, sikap Julie benar-benar berubah. Dia tak pernah lagi berkata tajam, bahkan nadanya kini terdengar agak ramah.Noah juga pulih dengan sangat baik. Setengah bulan kemudian, dia sudah bisa berjalan sendiri.Ashley hanya sering menjenguk di awal-awal. Setelahnya, dia baru datang dua atau tiga hari sekali.Sebulan berlalu dengan cepat. Noah pun sudah nyaris sembuh total. Ashley memesan tiket pesawat ke Negara Herado untuk keesokan harinya.Malam itu, Noah datang ke rumah Ashley dan membawa banyak makanan. Di wajahnya tersungging senyuman pahit."Ashley, aku datang untuk mengantar kepergianmu." Mulutnya memang mengatakan itu, tetapi sebenarnya dia lebih ingin menggunakan makan malam ini untuk menahan Ashley agar tidak pergi.Sebulan terakhir, dia telah mencoba berbagai cara untuk memenangkan kembali hati Ashley, tetapi gagal. Ini adalah harapan terakhirnya.Ashley tahu maksud Noah, t

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 22

    Menghadapi pengakuan cinta yang datang begitu tiba-tiba, Ashley langsung terpaku, tidak tahu harus merespons seperti apa."Aku ... kamu ....""Nggak perlu dijawab sekarang," kata Jayden tenang. "Aku juga nggak berniat memaksamu. Aku hanya merasa ... hal seperti menyatakan perasaan sebaiknya dilakukan langsung oleh orangnya sendiri.""Kalau sebulan dari sekarang kamu kembali, tolong beri aku jawabanmu ya?""O ... oke.""Mm. Sampai saat itu, kita tetap seperti teman biasa saja."Setelah menutup telepon, Ashley bangkit dan pergi mencuci muka. Tak lama kemudian, terdengar suara Julie dari luar kamar.Begitu tiba, dia langsung memperhatikan putranya penuh kekhawatiran. Ketika tahu bahwa Noah tidak bisa tidur semalaman karena menahan sakit, dia langsung naik pitam dan hendak mencari dokter dan perawat untuk dimarahi.Akhirnya, Noah yang menghentikannya. Begitu melihat Ashley keluar dari ruang istirahat, ekspresi Julie langsung berubah masam dan nada suaranya tajam."Noah kesakitan sampai sem

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 21

    "Kenapa nggak mungkin? Kakakku belum nikah, kamu juga belum nikah. Bukankah kalian pasangan yang cocok? Kalau kamu jadi kakak iparku, kita nggak akan punya masalah antara ipar. Malah aku bisa sekalian bantu kamu hadapin ibuku. Ini benar-benar untung besar!" Zoey semakin semangat, seolah-olah ingin mereka langsung menikah di tempat.Ashley hanya bisa menghela napas. "Zoey, jangan bercanda. Mana mungkin kakakmu suka sama aku?"Jayden memang tidak punya pacar, tetapi dengan kualitasnya, dia bisa memilih siapa saja yang dia mau. Mana mungkin dia tertarik pada wanita yang pernah menikah dan pernah mengalami kerusakan wajah seperti dirinya?Namun, kata-kata Zoey selanjutnya justru membuat Ashley terkejut luar biasa. "Kenapa nggak mungkin? Kakakku memang suka sama kamu!""Apa?" Ashley menggeleng tak percaya. Apa dia sedang berhalusinasi?Karena sudah terlanjur, Zoey akhirnya mengungkapkan semuanya, "Serius, aku lihat dia diam-diam simpan fotomu di ponselnya.""Sebelum kamu naik pesawat waktu

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 20

    Suara Ashley tetap tenang saat melanjutkan, "Dulu aku pernah menyelamatkan nyawamu. Sekarang kamu juga sudah menyelamatkanku. Noah, kita sudah impas."Noah menggeleng. "Nggak, utangku padamu nggak akan pernah lunas. Kumohon, izinkan aku tetap di sisimu untuk menebus kesalahan.""Aku nggak butuh kamu menebus apa pun. Saat ini aku baik-baik saja. Wajahku sudah pulih dan setiap hari yang kujalani dengan bahagia bersama temanku di Negara Herado. Kalau kamu memaksakan dirimu tetap di sisiku, itu hanya akan menyakitiku."Bibir Noah bergetar. Dia tahu, melepaskan saat ini mungkin adalah pilihan terbaik bagi mereka berdua.Namun, saat membayangkan bahwa mulai sekarang Ashley tak lagi menjadi miliknya, bahwa dia tidak bisa lagi menyentuh atau memeluknya, dadanya terasa seperti dihujam ribuan pisau.Akhirnya, dia berkata dengan suara lemah, "Beri aku sebulan saja. Aku hanya memintamu tinggal di sisiku selama sebulan. Setelah itu, kalau kamu tetap ingin pergi, aku sendiri yang akan mengantarmu."

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 19

    "Ashley, bisa tolong datang ke rumah sakit sebentar? Noah sudah sadar, dia ingin bertemu denganmu.""Baiklah, aku akan segera ke sana."Ashley langsung naik mobil dan buru-buru kembali. Saat tiba di rumah sakit, malam sudah larut.Begitu melihat Ashley, Julie langsung memasang wajah masam dan berkata, "Sudah jam berapa sekarang? Dasar nggak tahu balas budi! Kamu sengaja datang terlambat untuk pasang harga ya?"Ashley yang sejak tadi menahan emosi sepanjang perjalanan akhirnya tak mau lagi bersikap sopan. "Bu Julie, aku nggak berutang apa pun kepada kalian. Jadi, kalau kamu masih nggak bisa bersikap sopan, aku rasa nggak ada gunanya aku tetap di sini."Julie membalas dengan nada tinggi, "Kenapa kamu bilang nggak berutang? Noah jadi seperti ini karena menyelamatkanmu!"Ashley menoleh ke arahnya. "Kalau begitu, apa kamu tahu siapa yang ingin menabrakku?"Julie menyahut dengan murka, "Siapa pun dia, karena dia berani melukai anakku, aku nggak akan pernah melepaskannya!""Yang menabrakku ad

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 18

    Ashley mengangkat tangan dan menepis pergelangan tangan Julie dengan tegas, melemparkannya ke samping."Dulu aku menghormatimu sebagai orang yang lebih tua, makanya aku bersabar dan menahan diri. Tapi sekarang kita sudah nggak ada hubungan lagi, jadi berhenti bersikap seolah-olah kamu masih mertuaku."Wajah Julie sampai memucat karena marah. "Ashley, kamu benar-benar perempuan nggak tahu diri! Anakku sekarang antara hidup dan mati karena menyelamatkanmu, tapi kamu malah buru-buru ingin cuci tangan dari semua ini. Kamu masih punya hati atau nggak?""Dia menyelamatkanku karena keinginannya sendiri. Bisa hidup atau nggak, itu tergantung nasibnya sendiri." Ashley menatap Julie lekat-lekat. "Aku rasa kalimat ini nggak asing buatmu, 'kan?"Dulu saat Ashley terluka parah dan terbaring di ruang ICU demi menyelamatkan Noah, Julie yang mengatakan kalimat itu tepat di depan anaknya sendiri.Tubuh Julie sampai bergetar karena marah. "Benar, memang aku yang bilang. Tapi, bukankah Noah tulus mencint

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status