Share

Bab 5

Author: Ursula
Ashley mengangkat kepala dan melihat Noah berdiri di ambang pintu. Dia berkata pelan, "Ya, aku tahu." Kemudian, dia menutup telepon.

Noah segera melangkah cepat ke sisi ranjang dan bertanya lagi, "Ashley, kamu mau operasi plastik?"

Ashley menjawab dengan tenang, "Temanku yang mau operasi. Bukankah kamu pernah bilang, mau aku cantik atau jelek, kamu tetap mencintaiku? Kalau begitu, kenapa aku harus menyiksa diri dengan hal seperti itu?"

Noah langsung memeluknya erat-erat. "Ashley, janji sama aku ... jangan pernah lakuin apa pun yang bisa membahayakan dirimu. Aku benar-benar nggak sanggup kalau harus kehilangan kamu."

Keduanya saling bersandar begitu dekat, hingga Ashley bisa melihat dengan jelas bekas-bekas cinta di belakang leher Noah. Tanpa ekspresi, dia mendorong Noah perlahan.

"Kamu pernah bilang mau pindahin seluruh saham atas namamu ke aku. Janji itu masih berlaku nggak?"

Mata Noah dipenuhi kasih sayang. "Ashley, apa pun yang pernah aku janjikan ke kamu, semuanya tetap berlaku."

"Tapi, dulu waktu aku mau kasih kamu saham, kamu sama sekali nggak mau. Sekarang kenapa berubah pikiran?"

Ashley menyunggingkan senyuman tipis. "Bukannya kamu yang bilang, kalau aku jadi pemegang saham mayoritas, ibumu nggak akan berani semena-mena padaku?"

Mendengar itu, ekspresi Noah tampak sedikit bersalah. Dia segera menelepon asistennya dan menyuruhnya menyiapkan dokumen peralihan saham untuk dibawa ke rumah sakit.

Ada belasan dokumen yang harus ditandatangani. Ashley memanfaatkan momen itu untuk menyisipkan dokumen perceraian yang sudah dia siapkan sejak lama di antara tumpukan berkas, menaruhnya paling akhir agar ikut ditandatangani Noah.

Dua masalah besar terselesaikan sekaligus. Perasaan yang selama ini menyesakkan dada Ashley pun terasa lebih ringan.

Ashley masih tinggal dua hari lagi di rumah sakit sebelum akhirnya diizinkan pulang oleh dokter.

Di hari dia keluar, Noah sudah datang sejak pagi untuk menjemput. Begitu membuka pintu mobil, Ashley langsung melihat sepasang stoking yang robek tergeletak di sudut jok depan. Dia langsung teringat unggahan Yessy di media sosial kemarin.

[ Pacarku terlalu agresif, satu stoking rusak lagi. Hehe! Tapi, aku nggak rugi kok! ]

Disertai tangkapan layar transfer miliaran.

Ashley menutup pintu kursi depan dan langsung masuk ke kursi belakang.

Melihat itu, Noah bertanya, "Kenapa duduk di belakang?"

Sekarang belum waktunya bermusuhan. Ashley menahan rasa jijik dalam hati sambil menjawab, "Belakang lebih aman."

Noah tertawa. "Ashley, kamu meragukan kemampuan menyetirku?"

Ashley menanggapi seadanya dan tak berkata apa-apa lagi.

Mobil baru melaju setengah jalan saat ponsel Noah berdering. Dia melihat sejenak, lalu memilih menolak panggilan.

Namun, orang di seberang tampaknya gigih. Orang itu menelepon berkali-kali, hingga akhirnya Noah menyerah dan mengangkatnya.

Tak lama setelah telepon tersambung, ekspresi Noah berubah. Dia segera menginjak rem. "Ashley, ada urusan mendadak di kantor. Kamu bisa naik taksi sendiri nggak?"

Ashley menatap wajahnya yang terlihat sangat cemas, lalu tersenyum mencela. "Bisa."

Beberapa detik lalu, Yessy baru saja memperbarui statusnya. Foto wajahnya yang tampak menyedihkan dan pergelangan kakinya yang bengkak.

[ Kecelakaan kecil. Aku langsung telepon pacarku. Dia bilang akan segera datang. Aku suka banget rasa aman seperti ini. ]

Ashley membuka pintu dan turun dari mobil. Noah ikut turun, memanggil taksi untuknya dan membantu membukakan pintu. Setelah memastikan dia masuk, barulah Noah pergi.

Begitu Noah pergi, Ashley langsung membayar ongkos taksi dan turun. Dia menyusuri jalanan selama lima jam tanpa henti, sampai akhirnya tiba di rumah masa kecilnya.

Dia masuk dan menuju sebuah pohon apel, lalu mengeluarkan sekop kecil untuk menggali kapsul waktu yang dia tanam di usia 18 tahun.

Dalam kapsul waktu itu, Ashley menuliskan harapan masa mudanya, yang dia niatkan untuk dibuka bersama Noah sepuluh tahun kemudian.

[ Semoga aku bisa menikah dengan Kak Noah, melahirkan dua anak untuknya, dan hidup bahagia bersamanya selamanya. ]

Itulah harapan Ashley saat berusia 18 tahun. Kini, di usia 28 tahun, dia merobek tulisan itu menjadi serpihan kecil.

Sebagai gantinya, dia memasukkan surat perjanjian cerainya ke kapsul waktu itu. Saat itu juga, sebuah sosok berlari tergesa-gesa dari luar ke dalam ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 23

    Namun, benarkah Noah akan membiarkannya pergi begitu saja?Sejak percakapan antara Ashley dan Julie hari itu, sikap Julie benar-benar berubah. Dia tak pernah lagi berkata tajam, bahkan nadanya kini terdengar agak ramah.Noah juga pulih dengan sangat baik. Setengah bulan kemudian, dia sudah bisa berjalan sendiri.Ashley hanya sering menjenguk di awal-awal. Setelahnya, dia baru datang dua atau tiga hari sekali.Sebulan berlalu dengan cepat. Noah pun sudah nyaris sembuh total. Ashley memesan tiket pesawat ke Negara Herado untuk keesokan harinya.Malam itu, Noah datang ke rumah Ashley dan membawa banyak makanan. Di wajahnya tersungging senyuman pahit."Ashley, aku datang untuk mengantar kepergianmu." Mulutnya memang mengatakan itu, tetapi sebenarnya dia lebih ingin menggunakan makan malam ini untuk menahan Ashley agar tidak pergi.Sebulan terakhir, dia telah mencoba berbagai cara untuk memenangkan kembali hati Ashley, tetapi gagal. Ini adalah harapan terakhirnya.Ashley tahu maksud Noah, t

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 22

    Menghadapi pengakuan cinta yang datang begitu tiba-tiba, Ashley langsung terpaku, tidak tahu harus merespons seperti apa."Aku ... kamu ....""Nggak perlu dijawab sekarang," kata Jayden tenang. "Aku juga nggak berniat memaksamu. Aku hanya merasa ... hal seperti menyatakan perasaan sebaiknya dilakukan langsung oleh orangnya sendiri.""Kalau sebulan dari sekarang kamu kembali, tolong beri aku jawabanmu ya?""O ... oke.""Mm. Sampai saat itu, kita tetap seperti teman biasa saja."Setelah menutup telepon, Ashley bangkit dan pergi mencuci muka. Tak lama kemudian, terdengar suara Julie dari luar kamar.Begitu tiba, dia langsung memperhatikan putranya penuh kekhawatiran. Ketika tahu bahwa Noah tidak bisa tidur semalaman karena menahan sakit, dia langsung naik pitam dan hendak mencari dokter dan perawat untuk dimarahi.Akhirnya, Noah yang menghentikannya. Begitu melihat Ashley keluar dari ruang istirahat, ekspresi Julie langsung berubah masam dan nada suaranya tajam."Noah kesakitan sampai sem

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 21

    "Kenapa nggak mungkin? Kakakku belum nikah, kamu juga belum nikah. Bukankah kalian pasangan yang cocok? Kalau kamu jadi kakak iparku, kita nggak akan punya masalah antara ipar. Malah aku bisa sekalian bantu kamu hadapin ibuku. Ini benar-benar untung besar!" Zoey semakin semangat, seolah-olah ingin mereka langsung menikah di tempat.Ashley hanya bisa menghela napas. "Zoey, jangan bercanda. Mana mungkin kakakmu suka sama aku?"Jayden memang tidak punya pacar, tetapi dengan kualitasnya, dia bisa memilih siapa saja yang dia mau. Mana mungkin dia tertarik pada wanita yang pernah menikah dan pernah mengalami kerusakan wajah seperti dirinya?Namun, kata-kata Zoey selanjutnya justru membuat Ashley terkejut luar biasa. "Kenapa nggak mungkin? Kakakku memang suka sama kamu!""Apa?" Ashley menggeleng tak percaya. Apa dia sedang berhalusinasi?Karena sudah terlanjur, Zoey akhirnya mengungkapkan semuanya, "Serius, aku lihat dia diam-diam simpan fotomu di ponselnya.""Sebelum kamu naik pesawat waktu

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 20

    Suara Ashley tetap tenang saat melanjutkan, "Dulu aku pernah menyelamatkan nyawamu. Sekarang kamu juga sudah menyelamatkanku. Noah, kita sudah impas."Noah menggeleng. "Nggak, utangku padamu nggak akan pernah lunas. Kumohon, izinkan aku tetap di sisimu untuk menebus kesalahan.""Aku nggak butuh kamu menebus apa pun. Saat ini aku baik-baik saja. Wajahku sudah pulih dan setiap hari yang kujalani dengan bahagia bersama temanku di Negara Herado. Kalau kamu memaksakan dirimu tetap di sisiku, itu hanya akan menyakitiku."Bibir Noah bergetar. Dia tahu, melepaskan saat ini mungkin adalah pilihan terbaik bagi mereka berdua.Namun, saat membayangkan bahwa mulai sekarang Ashley tak lagi menjadi miliknya, bahwa dia tidak bisa lagi menyentuh atau memeluknya, dadanya terasa seperti dihujam ribuan pisau.Akhirnya, dia berkata dengan suara lemah, "Beri aku sebulan saja. Aku hanya memintamu tinggal di sisiku selama sebulan. Setelah itu, kalau kamu tetap ingin pergi, aku sendiri yang akan mengantarmu."

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 19

    "Ashley, bisa tolong datang ke rumah sakit sebentar? Noah sudah sadar, dia ingin bertemu denganmu.""Baiklah, aku akan segera ke sana."Ashley langsung naik mobil dan buru-buru kembali. Saat tiba di rumah sakit, malam sudah larut.Begitu melihat Ashley, Julie langsung memasang wajah masam dan berkata, "Sudah jam berapa sekarang? Dasar nggak tahu balas budi! Kamu sengaja datang terlambat untuk pasang harga ya?"Ashley yang sejak tadi menahan emosi sepanjang perjalanan akhirnya tak mau lagi bersikap sopan. "Bu Julie, aku nggak berutang apa pun kepada kalian. Jadi, kalau kamu masih nggak bisa bersikap sopan, aku rasa nggak ada gunanya aku tetap di sini."Julie membalas dengan nada tinggi, "Kenapa kamu bilang nggak berutang? Noah jadi seperti ini karena menyelamatkanmu!"Ashley menoleh ke arahnya. "Kalau begitu, apa kamu tahu siapa yang ingin menabrakku?"Julie menyahut dengan murka, "Siapa pun dia, karena dia berani melukai anakku, aku nggak akan pernah melepaskannya!""Yang menabrakku ad

  • Nafsu Sesaat Dibayar Penyesalan   Bab 18

    Ashley mengangkat tangan dan menepis pergelangan tangan Julie dengan tegas, melemparkannya ke samping."Dulu aku menghormatimu sebagai orang yang lebih tua, makanya aku bersabar dan menahan diri. Tapi sekarang kita sudah nggak ada hubungan lagi, jadi berhenti bersikap seolah-olah kamu masih mertuaku."Wajah Julie sampai memucat karena marah. "Ashley, kamu benar-benar perempuan nggak tahu diri! Anakku sekarang antara hidup dan mati karena menyelamatkanmu, tapi kamu malah buru-buru ingin cuci tangan dari semua ini. Kamu masih punya hati atau nggak?""Dia menyelamatkanku karena keinginannya sendiri. Bisa hidup atau nggak, itu tergantung nasibnya sendiri." Ashley menatap Julie lekat-lekat. "Aku rasa kalimat ini nggak asing buatmu, 'kan?"Dulu saat Ashley terluka parah dan terbaring di ruang ICU demi menyelamatkan Noah, Julie yang mengatakan kalimat itu tepat di depan anaknya sendiri.Tubuh Julie sampai bergetar karena marah. "Benar, memang aku yang bilang. Tapi, bukankah Noah tulus mencint

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status