Share

Tamparan Arumi

Karina mendekat. "Ikut aku!" ia menarik tanganku paksa, memutuskan tautan tangan antara aku dan Delima.

"Kamu apa-apaan ini?!" Kusentak tanganku hingga cengkeramannya terlepas.

"Oh, sudah mulai berani membentak ya?" tanyanya dengan suara pelan namun tatapannya begitu tajam seakan hendak menelanku bulat-bulat.

"Maaf Karina, bisakah kita bicara setelah aku menyuapi Delima makan malamnya? tunggulah sebentar, tidak akan lama."

Kembali kegandeng Delima yang tampaknya kebingungan dengan keadaan yang terjadi dan membawanya ke dapur.

"Mak, kita akan sampai kapan di sini? kita tidak akan pulang lagikah?"

"Delima, kalau sedang makan itu tidak boleh bicara. Masih ingatkan yang Mamak bilang?"

Tanpa lagi bersuara, Delima mengangguk dan mulai kembali mengunyah. Beruntungnya aku memiliki Delima, ia laksana malaikat yang selalu menguatkan. Cukup hanya memandang wajahnya saja, baterai tubuhku seperti terisi full.

"Wah, anak pintar ini, pasti akan cepat besar," ucapku sambil mendorong kursi dan menurun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status