Tirta menghela napasnya dengan panjang. “Kamu tahu sendiri, berita kematian Rayhan tersebar di mana-mana bahkan saat kecelakaan itu, detik itu juga langsung masuk ke ranah gossip. Dan Meisya mengetahui semuanya.”Jani menghela napasnya. “Lalu, dia tahu dari kamu kalau Mas Rayhan ditemukan?” Tirta menggeleng pelan. “Bukan. Tapi, dari Papa. Dia tidak sengaja menguping pembicaraan Papa dengan pihak rumah sakit untuk menjaga ketat Rayhan di sana. Dan akhirnya dia menuntut pertanyaan padaku.”Jani manggut-manggut dengan pelan. “Ya sudahlah. Dia sudah tahu semuanya dan mungkin ruangan Mas Rayhan—”“Kalau itu, dia tidak tahu. Sudah berkali-kali dia mencoba menyelinap masuk ke sana, tidak pernah dia temukan. Tapi, suatu saat nanti dia pasti akan tahu. Meisya masih belum mau, berpisah dengan Rayhan. Apalagi tahu status kamu sekarang. Semakin semangat untuk kembali lagi pada Rayhan.”Jani tersenyum lirih. “Kalau masih mencintai Mas Rayhan, kenapa dia selingkuh darinya?” Tirta mengendikan bahu
Sesampainya di rumah sakit. Jani melangkah dengan kaki alunan langkah yang cukup berat. Tidak ada yang bisa ia percaya di bumi ini termasuk Rayhan sendiri. Ia lalu masuk ke dalam ruang rawat tersebut dan menatap wajah Rayhan yang masih menutup matanya dengan rapat. “Mas. Kenapa kamu masih bertemu dengan Meisya? Mungkin itu alasan kenapa dia bersikeras ingin kembali pada kamu. Atau sebenarnya kamu sudah tahu, kalau Meisya memang tidak selingkuh di belakang kamu? Siapa yang harus aku percaya?” Jani menelan saliva dengan pelan kemudian menghela napasnya dengan panjang. Menatap wajah Rayhan kembali dengan tatapan sendunya. “Aku bingung. Entah ke mana arah yang harus aku lewati. Aku tidak mau melanjutkan pernikahan ini dengan Arga karena aku tidak mencintainya sama sekali. Hati ini hanya untuk kamu. Tapi, setelah tahu kenyataannya seperti ini, aku rasa hanya aku saja yang mencintai kamu, Mas.” Jani tersenyum getir. Sudah dua bulan lamanya ia bertahan di sana, rupanya hanya membuat di
Rayhan menatap Jani dari atas sampai ke bawah. Masih menatapnya dengan tatapan bingung, datar dan tidak mengenal sama sekali perempuan yang ada di depannya ini. “Kamu … Jani?” tanyanya dengan pelan. Perempuan itu langsung membeku. Menoleh pada Fadly yang dibalas dengan anggukan mengenai pertanyaan tanpa kata yang diucapkan. Namun, Fadlu tahu jika Jani pasti bertanya apakah Rayhan amnesia. Jani menghela napasnya dengan pelan kemudian menganggukkan kepalanya. “Iya. Aku Jani, Mas Rayhan.”“Kamu siapa? Kenapa suaramu sering aku dengar bahkan ingin rasanya aku membuka mataku tapi tidak bisa. Suaramu, memang suara inilah yang aku dengar sayup-sayup.” Rayhan meminta penjelasan kepada Jani siapa dirinya.Lelaki itu bahkan menatap Jani kembali dari atas sampai bawah. Lalu berhenti pada perutnya yang buncit. Mengerutkan keningnya dan menoleh pada Fadly. “Dia ini, dulu istri kamu. Sebelum kamu mengalami kecelakaan. Dia tidak tahu kalau kamu masih hidup dan terpaksa menikah dengan Arga, karen
Jani menggelengkan kepalanya. “Jangan, Mas. Nanti saja. Jangan sekarang. Kamu masih belum sembuh total, belum ingat apa pun. Masih amnesia. Karena yang buat kamu jadi seperti ini itu dia. Juga, dia masih dendam sama kamu.”Jani melarang Rayhan untuk bertemu dengan Arga di waktu dekat ini. “Aku hanya tidak ingin kamu kenapa-napa, Mas. Selama ini, aku bersembunyi di sini agar Arga tidak menemukan kamu. Dia sangat berbahaya dan bisa jadi dia akan melakukan hal yang sama kepada kamu setelah tahu kamu masih hidup."Jani berharap Rayhan mau mendengarnya. Agar jangan dulu ingin bertemu dengan Arga. Sebab ia takut hal yang sama terulang kembali. Baru saja siuman, Jani baru saja mendapatkan kebahagiaan. Jangan sampai menderita lagi karena ditinggal Rayhan. Rayhan menghela napasnya dengan panjang. Matanya menatap Jani yang tengah menatapnya lalu menganggukkan kepalanya. “Jika memang Arga semembahayakan itu, aku menurut saja. Yang ingatannya masih bagus, aku percaya itu. Tapi, kenapa dia melak
Keesoka harinya, Jani lebih dulu bangun dari Rayhan sebab lelaki itu masih menutup matanya. Tak lama setelahnya, Fadly masuk ke dalam dan duduk di samping bangsal Rayhan. “Om.” Jani menyapa Fadly lalu tersenyum tipis. “Jani. Sebaiknya kamu pulang dulu dan ganti baju juga mandi. Jangan lupa sarapan. Saya yang akan menunggu Rayhan di sini.”Jani mengangguk patuh. “Baik, Om. Kalau begitu aku aku pamit pulang dulu. Nanti ke sini lagi kalau sudah mandi dan sarapan,” ucapnya lalu pergi dari kamar rawat karena ia memang tidak membawa apa-apa ke sana.“Gue antar lo ke apartemen. Lo nggak bawa mobil, kan?” Samuel datang membuat Jani sedikit terkejut. “Kak! Sejak kapan Kakak peduli sama aku?” tanyanya dengan wajah bingungnya. Samuel menaikan alisnya sebelah. “Bukan saat yang tepat buat jawab pertanyaan gak penting dari elo itu.” Jani menghela napas kasar. Samuel, sang kakak memang selalu membuatnya kesal. Namun, karena sudah biasa membuatnya kesal, kali ini pun ia maklumi karena akan diant
Rayhan mengerutkan keningnya. “Maksud kamu apa, bicara seperti itu?” tanyanya bingung. Samuel menghela napasnya dengan panjang. “Han. Nggak usah bohong sama gue. Elo sebenarnya nggak amnesia, kan? Hanya pura-pura, kan? Ngaku aja, Han. Gue yang udah nolongin elo waktu kecelakaan dua tahun lalu. “Dan elo tahu? Si Arga makin menjadi. Dia nggak mau lepas Jani karena sudah jadi milik dia. Dan elo pasti tahu, alasan dia mempertahankan Jani karena apa. Kalau elo pura-pura amnesia, elo nggak bisa tangkap Arga dan masukin dia ke penjara.” Rayhan menelan saliva dengan pelan. Menatap Samuel dan menghela napasnya dengan panjang. “Sayangnya aku masih belum ingat semuanya. Kamu siapa? Aku tanya dari tadi kamu tidak mau menjawabnya.”Samuel menghela napasnya. “Gue Samuel. Dan satu lagi. Jangan percaya sama omongan yang akan Meisya sampaikan ke elo. Karena itu semua bohong. Udah jelas-jelas dia selingkuh di belakang elo. Bahkan udah tidur sama cowoknya itu.”Rayhan manggut-manggut dengan pelan. “
Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. “Lepasin gue, Samuel!” pekik Meisya meminta Samuel untuk melepaskan tali yang melilit tangan dan juga kakinya. “Elo ngapain sih, ganggu Rayhan? Elo mau nyuri kesempatan ini karena Rayhan amnesia, kan? Nggak akan mempan, Meisya.” Samuel kemudian tersenyum miring. Meisya menatap nyalang wajah Samuel. “Bukan urusan elo! Jangan pernah ikut campur urusan gue. Lagi pula Jani udah bukan istrinya Rayhan lagi. Dia udah jadi istri Arga. Andai Rayhan ingat, dia pasti akan membenci Jani karena udah nikah sama musuhnya sendiri!” pekiknya lagi. Samuel terkekeh pelan. “Tapi, sayangnya nggak gitu. Jani udah ceritain semuanya ke Rayhan. Dan elo, bakalan dipermalukan oleh diri elo sendiri karena udah ngaku-ngaku jadi pacarnya Rayhan.” Samuel kemudian menjitak kening Meisya sembari menyunggingkan senyum bak iblis. Meisya mendengus pelan. “Lepasin gue, brengsek!” pekiknya sekali lagi. Berharap lelaki itu mau melepaskan ikatan tersebut. Samuel menggelengkan
Jani hanya diam. Ia tidak menjawab apa pun lagi selain menatap Rayhan yang selalu membuatnya bingung sendiri. ‘Mas Rayhan benar-benar hilang ingatan atau hanya pura-pura? Kenapa dia terlihat sudah mengenalku begitu jauh padahal dia baru sembuh dari komanya seminggu yang lalu.’ Jani menelan salivanya setelah berucap dalam hatinya. Ia bingung dengan sikap Rayhan yang seolah tengah berpura-pura. Ia kemudian menggelengkan kepalanya karena pikirannya yang aneh itu. “Mas. Yang ini kamar kamu, dan itu kamarku. Besok, kita belanja keperluan kamu, yaa. Kamu tidak punya banyak baju. Aku juga nggak bawa banyak baju kamu yang masih tersisa di rumah.”Rayhan menaikan alisnya. “Nggak tidur satu kamar?”“Heuh?” Jani menggelengkan kepalanya. “Nggak, Mas. Kita kan, sudah bukan pasangan suami istri lagi. Jadi, harap maklum,” ucapnya kemudian menerbitkan cengiran guna menghilangkan rasa gugupnya. Rayhan menyunggingkan senyum. “Aku hanya bercanda. Kamu memang benar-benar wanita baik-baik. Aku meminta