Share

Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku
Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku
Author: Ria Abdullah

Nama kontak itu ,

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-01-25 05:52:13

Mohon dukungan untuk cerita terbaru saya ini.

Mohon sub, komen dan like.

**

Tak tahu harus terenyuh ataukah ini adalah hal yang lucu. Apakah pantas, menempatkan kontak dan nada dering panggilan istri sendiri dengan binatang yang disentuh saja adalah najis?

**

Tak usah basa basi banyak, langsung saja kuceritakan.

Tak sengaja, anakku memainkan ponselnya, ponsel ayahnya. Saat pria itu sedang tertidur di kamar kami.

Anakku yang berumur enam tahun itu diam diam mengambil ponsel ayahnya dan jeprat jepret main kamera dan tak sengaja pula aku meraih benda itu, karena panik, takut rusak dan ayahnya marah, cepat cepat diri ini melihat galeri, Alhamdulillah aman! Hanya beberapa foto bekas jepret anaku tadi yang langsung kuhapus saja.

Iseng, karena dorongan hati, kuperiksa foto foto diponselnya, ada foto kami dan anak anak kami, foto dia dan teman temannya, pose di tempat kerja dan gymnya juga foto kebanggaannya setiap kali mendaki gunung. Aman semuanya.

Tapi entah kenapa tangan ini gatal ingin memeriksa log panggilan, tidak ada yang mencurigakan, hanya nomor ibunya, bos dan teman kerja.

Lalu entah kenapa lagi, aku terdorong untuk mencari namaku di pencarian kontak, aku ingin tahu dia menyimpan namaku dengan sebutan apa, tapi sayang, tak kutemukan namaku, meski telah mengetik berkali kali, tidak ada. Kuketuk istriku, tidak ditemukan, kuketik Cintaku, juga tak ada.

Kuketik Mommy Daffa, nama anak sulungku, tak ditemukan lagi. Mama Sinta, nama anak bungsu, juga tidak ada. Bandar, no! Bank BINI, no! Polda, (polisi dapur) juga no!

Lalu apa namaku di kontak suamiku? Aku jadi penasaran dan makin makin saja rasa penasaran itu membuncah, mendorong keingin tahuan yang semakin mendalam.

Karena tidak menemukannya, aku meraih ponselku sendiri, mencoba menelpon nomor Mas Kevin yang dengan bangganya kuberi nama Hubby, artinya cintaku, suamiku tersayang, dengan bagian ujung emot jantung hati, karena aku begitu mencintainya.

Beberapa detik menanti, panggilan tersambung, kedua ponsel itu di tanganku, tiba tiba di ponselnya muncul gambar 4njing herder dengan nada dering menyalak.

Guk guk!

Dengan nada yang begitu buas dan menyeramkan.

Entah kenapa, aku tak percaya, mataku lekat menatap layar ponselnya hingga benda itu mati dengan sendirinya. Untuk memeriksa kembali dan memastikan, dengan tangan gemetar aku berusaha membuka log panggilan dan menekan kontak yang diberi nama dengan emoji 4njing empat biji.

Tring!

Ponselku berdering dengan nama Hubby, tak terasa air mataku jatuh, jatuh berderai tanpa alasan yang pantas ditangisi. Entah kenapa hatiku hancur, sedih, berkeping keping dan terkoyak luar biasa. Hatiku terluka dengan cara suamiku memperlakukan wanita yang selalu tulus untuknya. Ada sebutan yang sungguh bagai langit dan bumi di dua layar ponsel itu. Aku menyebutnya cinta sementara dia menyamakan diri ini dengan hewan.

Tidakkah dia ingat, aku ibu anak anaknya, aku istrinya, wanita yang hampir tiap malam tidur dengannya dan mencukupi kebutuhan lahir batinnya.

Apakah sungguh aku hanya 4njing pelayan baginnya? Allahu Akbar!

*

Sepanjang malam aku tak tidur, kepalaku berisik meski aku berusaha memejamkan mata hati ini terluka dan berdarah-darah sehingga membuatku tak bisa membendung air mata.

Tak tahu mengapa aku begitu cengeng dan terenyuh dengan perkara seperti itu saja. Entah dia melakukannya dengan serius atau secara bercanda, tapi aku merasa bahwa tidak pantas menyamakan diri ini dengan binatang.

Aku ini manusia, dan aku dilahirkan oleh dua orang tua yang berhati mulia di mana mereka juga adalah manusia. Pantaskah perlakuan suamiku?

*

Esok pagi.

Aku tetap mengerjakan tugas rumah dan tanggung jawabku tapi aku tidak banyak bicara, Aku ingin dia menyadari sendiri kesalahannya tapi di atas semua itu aku ingin tahu kenapa dia melakukannya. Apa sebatas lucu lucuan saja atau dia serius menganggap diri ini sebagai 4njing.

"Mana kopi?"

Kata-kata itu melekat di telingaku setiap pagi. Dulu saat kami baru menikah dan belum punya anak dia selalu memperlakukanku dengan baik penuh kemesraan pelukan dan ciuman, tapi belakangan setelah kami punya dua anak kemesraan itu mulai berangsur menghilang seiring berjalannya waktu dan menguap begitu saja.

Aku baru menyadari betapa hambarnya pernikahanku, di detik ia menanyakan di mana kopinya, tanpa berkata dengan lembut atau minimal menyebut namaku.

"Itu!" Aku juga memperlakukan dia dengan dingin meski biasanya diri ini penuh dengan penghormatan dan kasih sayang. Aku menjawabnya secara acuh tak acuh dan melanjutkan pekerjaanku

Mencuci piring dengan nada sedikit keras seperti sakitnya hatiku sejak semalam.

"Ada apa denganmu?"

"Tak ada. Makanlah!" Jawabku.

"Aneh," ujarnya yang semakin menyakiti perasaanku.

Kemarin aku bangga memilikinya, aku setia dan mencintainya sepenuh hatiku, meski lelaki itu tidak begitu kaya, aku menjaga kehormatannya dan hartanya, aku memuliakannya seperti seorang raja, aku menurutinya bahwa semua perkataannya adalah perintah bagiku! tapi begitu tahu dia menyamakan diri ini seperti hewan, aku kehilangan rasa hormatku 100%.

"Aku kerja dulu!"

"Ya kerja saja, banyak banyak bawa uang," jawabku dingin.

"... Agar aku bisa menggaji diriku sebagai babumu," lanjutku di dalam hati.

"Kamu kenapa sih?"

"Ga ada," jawabku sambil membereskan meja.

"Pergilah bekerja dan hasilkan uang yang banyak! Apa kau lupa kalau kau punya istri dan anak yang harus kau biayai! Hasilkan uang yang banyak agar aku dan anak-anakmu bisa hidup bahagia dan membeli apapun yang kami inginkan!"

"Bukankah selama ini itulah hal yang kulakukan sebagai bentuk tanggung jawab sebagai suami? Ada apa denganmu yang tiba-tiba aneh di pagi hari dan mengajakku bertengkar, sikapmu seperti ini tidak membawa berkah bagiku yang mau cari nafkah!"

"Cih!" Aku langsung mendecih sinis dan entah kenapa aku tidak mampu membendung sikap dan kekesalanku yang luar biasa. Mungkinkah karena selama ini aku begitu sabar dan taat padanya lalu tiba-tiba kekecewaan itu meracuni perasaanku.

"Ada apa denganmu!"

Dia langsung datang dan mencekal tanganku sementara aku berontak dan mendorong dirinya dengan sejuta kemarahan yang sudah melunjak di hatiku.

"Jangan sentuh aku! Bukankah aku hanya 4njing yang najis! Jika kamu memegangku maka itu akan mengotori tanganmu! Lepaskan aku!" Tak terasa air mata ini langsung tumpah sementara lelaki itu tertegun sambil menatapku dengan tatapan tidak percaya. Kaget, syok dan entahlah!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Roslinah Minsong
ceritanya berkesan menyakitkan hati
goodnovel comment avatar
Indah Syi
keknya ceritanya baguss
goodnovel comment avatar
Ida Pariastuti84
Kalo lakikku yg kek gituu dah tak sledingg
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    mulai hari ini

    setelah rangkaian kesulitan hidup yang susah sekali dikembalikan untuk jadi lebih baik, perlahan aku mulai berjuang untuk Mila, mulai membuka hati dan serius mencintainya. mulai menerima kenyataan bahwa Fathia bukan jodohku dan istriku sekarang adalah Mila. Aku berhenti mengejar Fatia dan berharap dia akan bersimpati padaku, aku memutuskan untuk menerima kenyataan, berdamai dengan apa yang kumiliki dan menjalani apa yang bisa kujalani. Aku tahu aku punya banyak hutang pada Mas Fadli yang itu merupakan suami Fatia, meski ingin sekali keluar dari tempat ini tapi aku terikat kontrak dengan mereka sehingga aku harus bertahan untuk melunasi semua itu sembari bertahan hidup untuk istriku. Hutang pengobatan Mila juga masih ada padaku, berikut juga dengan PR untuk memperbaiki apartemen kami serta mengembalikan sisa uang pembeli yang tempo hari membatalkan pembeliannya. hidupku seakan di lantai oleh hutang-hutang yang tidak terhitung banyaknya. jika aku menanggapi itu dengan pikiran ke rumah

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    besok hari

    Besok hari, sebelum berangkat kerja aku mampir ke rumah ibuku, Aku ingin bicara sedikit dengan beliau dan mendiskusikan tentang istriku. ucapkan salam dan kebetulan Ibu sedang ada di meja makan, beliau sedang sarapan dan menikmati secangkir kopi bersama ayah. "selamat pagi bunda?" "pagi sayang." Ibu menerima kecupan dariku, dan ayah juga kucium tangannya. "tumben mampir kemari, biasanya kau akan langsung ke gudang dan pabrik kakakmu?""Aku rindu dengan ibu karena sudah lama tidak mampir, Aku benar-benar merindukan kalian.""ah kau ini...." Ibu menepuk bahuku sambil tertawa. "Bu aku ingin bicara sedikit denganmu.""ada apa?" Ibu mengalihkan perhatian dan menatapku. "meski sulit dan menyebalkan ... tapi aku benar-benar berharap Ibu mau memaafkan kami... Tolong maafkan aku dan berilah mila kesempatan untuk jadi menantu yang baik," pintaku dengan nada yang berhati-hati. "tumben bilang begitu?" Ayah yang heran menatap diri ini dengan lekat. "kemarin itu ucapan Bunda membuat istrik

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    istriku sedih

    karena diusir sedemikian rupa kami tidak punya pilihan lain selain pergi. ku bawa istriku kembali lalu bersama dengannya kami menaiki mobil perusahaan untuk kembali ke rumah. "kupikir ibumu ada benarnya Mas," desah wanita itu memecah keheningan di mobil kami. "apa maksudmu?""baginya menantunya hanya Mbak Fathia, dia menyayanginya dan wanita itu memang pantas mendapatkan kasih sayang yang besar.""tapi dia bukan lagi istriku, jadi Ibuku harus menerima kenyataan bahwa kamulah satu-satunya menantu." aku menggenggam tangannya, berusaha membuat dia tenang. terasa sekali kasarnya kulit karena bekas luka bakar, membuat hati ini terenyuh. aku tahu istriku salah terlalu banyak bersikap sombong dan arogan, tapi kekesalan jadi kecemburuannya setiap hari bertemu dengan Fathia terpatik gara-gara diriku. andai aku lebih bisa menjaga hati dan perasaannya mungkin semua musibah itu tidak akan terjadi. mungkin jika istriku akan lebih tenang tidak perlu terjadi musibah yang betul-betul membuat di

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    mungkin aku terkesan

    "sepertinya kau terkesan dengan kebaikan fatia barusan?"tanya istriku saat aku dan dia mencuci piring dan Fathia sudah pulang. "aku terkesan karena dia mau memaafkan kita dan mau turun tangan membersihkan tempat ini untuk membantumu," jawabku. "aku sendiri terpukau dengan kebaikan mantan istrimu itu. kupikir dia akan terus memusuhi kita tapi ternyata dia punya ketulusan yang tidak kubayangkan." istriku mencuci tangannya dan mengeringkannya disobek, aku tidak mengerti maksud tetapannya tapi sepertinya dia sedikit resah. "mungkin wajar saja jika kau masih mencintai dan berharap bisa berhubungan baik dengannya."aku segera meraih tanganmu lah begitu mendengar dia mengatakan hal tersebut. tersenyum diri ini sambil mengetuk keningnya dan kupeluk dia dengan erat. "dia memang sebaik itu tapi sekarang hanya kau satu-satunya cinta di hatiku.""tidak usah menghiburku dengan kalimat itu,"jawab Mila sambil mendorong dada ini dengan ujung jemarinya, wanita yang kulit wajahnya belum begitu rata

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    Apartemen kumuh

    hampir 20 menit berkendara dengan segala kegalauan hati memikirkan apakah apartemen itu masih layak dihuni atau tidak mengingat hampir 1 tahun tidak di sana kupikir sudah ada beberapa bagian yang merembes, kamar mandi juga merembes dengan cat dinding yang sudah mengelupas, beberapa bagian dinding juga retak dan tidak layak, mereka juga lembab dan jamuran tapi aku bisa apa hanya itu satu-satunya tempat yang bisa dituju untuk sementara ini. mungkin aku bisa membayar kontrakan, tapi bagaimana aku akan mencukupi pengobatan Mila, sementara uang itu juga untuk makan dan transportasi sehari-hari. aku harus berusaha mencukupi gajiku ditambah dengan potongan perusahaan yang sempat ku pinjam untuk operasi istriku. kupandangi wajah Mila dan raut kesedihan yang terlihat di matanya, dia berkaca-kaca tapi wanita itu berusaha menyembunyikan kesedihannya. rumah ibunya terlalu nyaman selama ini kami tidak pernah berpisah dengan mereka jadi mungkin istriku harus membiasakan diri dan merasakan kerin

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    bukankah ...

    "mau kemana?" Tanya istriku cemas."aku mau pergi, sudah terlalu lama kita diinjak-injak, aku sudah tak sanggup lagi.""tapi...." Mila nampak ragu melihatku yang terus berkemas, dia sepertinya bimbang hendak tetap berada di sini ataukah ikut dengan suaminya yang tidak berdaya ini."aku tahu aku harus menghargai mertua, Aku tahu aku harus menjunjung mereka tapi ini benar-benar keterlaluan, Mil. aku masih punya harga diri.""sebagai orang tua mami pasti terlalu mengkhawatirkanku sehingga dia berkata seperti itu.""aku juga memposisikan diriku sebagai dia. Aku membayangkan putriku harus hidup dalam kesulitan bersama suami yang dicintainya. tapi, aku akan menahan diri dari ucapan menghina orang lain," balasku Dengan hati Yang benar-benar Sakit. ingin rasanya menangis tapi aku malu pada genderku sendiri. aku laki-laki yang harus terlihat tegar tapi ada kalanya perasaan ini rapuh dan sedih. "aku sudah berusaha sekuat tenaga Tapi saat tuhan hanya memberi terbatas, aku bisa apa!! Aku juga ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status