Share

kecewa hatiku

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-25 05:52:39

Suamiku benar-benar marah, bola matanya melotot seakan mengeluarkan api dari sana. Tatapan matanya tajam padaku dan aku pun membalasnya dengan tatapan yang tak kalah berkilatnya. Aku dan dia saling beradu pandang dan kemarahan di pagi yang seharusnya penuh dengan keberkahan.

"Apa kau bilang?"

"Aku bilang jangan menyentuhku sebab kau akan membutuhkan tanah untuk 7 kali membasuh tanganmu."

"Apa maksudmu?"

"Bukankah aku hanya anjing bagimu!"

"Aku tak mengerti Fatiya, Apa maksud ucapanmu. Kenapa tiba-tiba kau mengila seperti ini dan membuatku tak habis pikir. Apa maksudmu!" tanya lelaki itu yang seakan sama sekali tidak mengerti arah pembicaraanku.

Entah karena dia belum sampai pada pemikiran semacam itu, ataukah dia lupa dia telah menamakan diri ini dengan kontak gambar hewan.

Tiba tiba anak kami keluar dari kamar mereka dan terlihat khawatir dengan teriakan kedua orang tuanya, melihat Daffa dan Sinta ketakutan Mas Kevin segera melotot pada diri ini dan memintaku untuk menghentikan perdebatan kami.

"Entah apa yang kau maksudkan ...tapi aku minta agar kau diam! Anak anak akan terganggu mentalnya!"

"Terserah, apapun yang kau katakan aku tak peduli lagi," jawabku yang kembali mendecih tapi menjawab dengan jawaban yang perlahan.

Pria itu kemudian meraih kedua anaknya lalu memeluk mereka, kemudian menciumnya kedua anaknya, lalu berangkat kerja tanpa banyak bicara lagi.

Sebenarnya pertengkaran dan perdebatan itu belum selesai, hatiku belum puas untuk melampiaskan sakit, ditambah kepalaku pusing karena sejak semalam aku tak mampu memejamkan mata, tak sedikitpun mata ini mampu tertidur karena kepala ini terus berputar tentang pemikiran, mengapa aku diberikan nama kontak dengan gambar anjing seperti itu.

Jika aku adalah anjingnya, lalu siapa wanita yang sebenar-benarnya menduduki tahta hatinya, siapakah orang yang dia cintai dan pantas ia muliakan, lalu dengan bangga dia sebut istri, sebagaimana aku menyebutnya suamiku tersayang.

Ah, aku merasa tiba-tiba keadaan jadi tidak adil, semua pengorbanan dan kasih sayangku terhadap dirinya seakan sia-sia saja, begitupun cinta yang kuberikan seperti omong kosong yang sama sekali tidak menyentuh perasaannya sampai ia tega menyebut diriku dengan kata seperti itu.

Hal yang paling menyakitkan adalah ciri khas dari nada dering ponsel itu, setiap kali aku memanggilnya suara anjing menyalak-nyalak dengan buasnya seakan-akan aku adalah hewan liar yang akan menyergapnya kapan saja, memeras hartanya dan menyakiti perasaannya sepanjang waktu.

Tidaklah seseorang diberi sebutan anjing kecuali yang bersangkutan sangat membencinya. Sangat sangat muak dan jijik.

Astaghfirullah, berulang kali aku beristighfar di dalam hatiku dan terus bertanya-tanya, apakah salah dan dosaku sampai-sampai Mas Kevin melakukan ini padaku. Meski hanya gambar kontak berupa emoji anjing, tapi hati ini terluka dan berdarah-darah.

Entah kenapa aku sulit menerima perlakuan itu dan rasa sakitnya terus terngiang-ngiang di kepala ini. Aku sangat tersakiti, demikian pula hati ini sangat tidak terima.

*

Demi menghilangkan kekesalan dalam hatiku, aku memutuskan untuk pergi berbelanja, ada dana darurat yang selama ini aku hematkan dan kusembunyikan, siapa tahu kami tiba-tiba sakit atau ada keluarga yang mendapatkan musibah.

Kuambil uang itu dari balik amplop putih yang kuselipkan di lemari, lalu pergi berbelanja dengannya.

Tempat pukul 02.00 siang aku kembali ke rumah membawa tas belanjaan gamis baru, hijab dan sepatu. Aku juga beli makanan dan cemilan untuk anak-anakku. Saat kuparkirkan motorku di garasi ternyata mobil mas Kevin sudah ada di sana, mobil cicilan yang baru 2 tahun berjalan bersama kami.

Rumah kami pun tidak demikian besar hanya rumah tipe 36 yang baru berjalan cicilannya selama 7 tahun. Hidup kami memang penuh dengan cicilan dan sehemat itu, Mas Kevin bekerja di bea cukai, meski dia pegawai, tapi aku cukup tahu diri, aku tak pernah terlalu boros dengan penghasilannya.

"Kau darimana?"

"Belanja," jawabku pelan.

"Tumben, uang darimana?"

"Uang yang ada."

"Kau yakin menghabiskan uang untuk berbelanja, bukankah ini bukan waktunya gajian? Apa kau yakin kebutuhan rumah sudah tercukupi?"

"Selama ini aku mengurusi kalian dengan baik dan tidak pernah kita kekurangan makanan atau minuman, suatu kali aku juga berhak membahagiakan diriku dan memberikan reward atas banyaknya usaha dan pengorbananku sebagai istri dan ibu rumah tangga yang sibuk," jawabku panjang lebar.

"Reward? Halo ... apa kabar diriku yang dari pagi sampai sore bekerja di kantor tanpa ada cuti sedikitpun, apa aku harus dapat hadiah juga?"

"Entahlah, kalau kau mau, hadiahkan saja dirimu sendiri!" jawabku sambil acuh tak acuh dan melenggang masuk ke dalam rumah.

"Ada apa denganmu?" Lelaki itu marah, dia bertanya dengan nada tegas.

Kendati aku tetap berjalan melewatinya, dia memburuku. Mungkin karena kelelahan baru pulang kerja serta merasa gerah, dia jadi kesal dengan ucapanku.

"Apa yang terjadi Fatiya?"

"Kau ingin tahu?"

"Ya?"

Lelaki itu menunggu dengan wajah menantang, sementara dengan santai, aku meraih ponselku dan segera menelepon kontak yang masih kusebut, Suamiku tersayang.

Guk guk!

Suara anjing herder itu kemudian menyalak di ponselnya dan dia seketika, seakan menyadari sesuatu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
hayooo siapa yg memasang nada gug gug itu
goodnovel comment avatar
Ida Pariastuti84
Dasar suami congekkk
goodnovel comment avatar
nurdianis
sadis amat tu suami
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    mulai hari ini

    setelah rangkaian kesulitan hidup yang susah sekali dikembalikan untuk jadi lebih baik, perlahan aku mulai berjuang untuk Mila, mulai membuka hati dan serius mencintainya. mulai menerima kenyataan bahwa Fathia bukan jodohku dan istriku sekarang adalah Mila. Aku berhenti mengejar Fatia dan berharap dia akan bersimpati padaku, aku memutuskan untuk menerima kenyataan, berdamai dengan apa yang kumiliki dan menjalani apa yang bisa kujalani. Aku tahu aku punya banyak hutang pada Mas Fadli yang itu merupakan suami Fatia, meski ingin sekali keluar dari tempat ini tapi aku terikat kontrak dengan mereka sehingga aku harus bertahan untuk melunasi semua itu sembari bertahan hidup untuk istriku. Hutang pengobatan Mila juga masih ada padaku, berikut juga dengan PR untuk memperbaiki apartemen kami serta mengembalikan sisa uang pembeli yang tempo hari membatalkan pembeliannya. hidupku seakan di lantai oleh hutang-hutang yang tidak terhitung banyaknya. jika aku menanggapi itu dengan pikiran ke rumah

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    besok hari

    Besok hari, sebelum berangkat kerja aku mampir ke rumah ibuku, Aku ingin bicara sedikit dengan beliau dan mendiskusikan tentang istriku. ucapkan salam dan kebetulan Ibu sedang ada di meja makan, beliau sedang sarapan dan menikmati secangkir kopi bersama ayah. "selamat pagi bunda?" "pagi sayang." Ibu menerima kecupan dariku, dan ayah juga kucium tangannya. "tumben mampir kemari, biasanya kau akan langsung ke gudang dan pabrik kakakmu?""Aku rindu dengan ibu karena sudah lama tidak mampir, Aku benar-benar merindukan kalian.""ah kau ini...." Ibu menepuk bahuku sambil tertawa. "Bu aku ingin bicara sedikit denganmu.""ada apa?" Ibu mengalihkan perhatian dan menatapku. "meski sulit dan menyebalkan ... tapi aku benar-benar berharap Ibu mau memaafkan kami... Tolong maafkan aku dan berilah mila kesempatan untuk jadi menantu yang baik," pintaku dengan nada yang berhati-hati. "tumben bilang begitu?" Ayah yang heran menatap diri ini dengan lekat. "kemarin itu ucapan Bunda membuat istrik

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    istriku sedih

    karena diusir sedemikian rupa kami tidak punya pilihan lain selain pergi. ku bawa istriku kembali lalu bersama dengannya kami menaiki mobil perusahaan untuk kembali ke rumah. "kupikir ibumu ada benarnya Mas," desah wanita itu memecah keheningan di mobil kami. "apa maksudmu?""baginya menantunya hanya Mbak Fathia, dia menyayanginya dan wanita itu memang pantas mendapatkan kasih sayang yang besar.""tapi dia bukan lagi istriku, jadi Ibuku harus menerima kenyataan bahwa kamulah satu-satunya menantu." aku menggenggam tangannya, berusaha membuat dia tenang. terasa sekali kasarnya kulit karena bekas luka bakar, membuat hati ini terenyuh. aku tahu istriku salah terlalu banyak bersikap sombong dan arogan, tapi kekesalan jadi kecemburuannya setiap hari bertemu dengan Fathia terpatik gara-gara diriku. andai aku lebih bisa menjaga hati dan perasaannya mungkin semua musibah itu tidak akan terjadi. mungkin jika istriku akan lebih tenang tidak perlu terjadi musibah yang betul-betul membuat di

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    mungkin aku terkesan

    "sepertinya kau terkesan dengan kebaikan fatia barusan?"tanya istriku saat aku dan dia mencuci piring dan Fathia sudah pulang. "aku terkesan karena dia mau memaafkan kita dan mau turun tangan membersihkan tempat ini untuk membantumu," jawabku. "aku sendiri terpukau dengan kebaikan mantan istrimu itu. kupikir dia akan terus memusuhi kita tapi ternyata dia punya ketulusan yang tidak kubayangkan." istriku mencuci tangannya dan mengeringkannya disobek, aku tidak mengerti maksud tetapannya tapi sepertinya dia sedikit resah. "mungkin wajar saja jika kau masih mencintai dan berharap bisa berhubungan baik dengannya."aku segera meraih tanganmu lah begitu mendengar dia mengatakan hal tersebut. tersenyum diri ini sambil mengetuk keningnya dan kupeluk dia dengan erat. "dia memang sebaik itu tapi sekarang hanya kau satu-satunya cinta di hatiku.""tidak usah menghiburku dengan kalimat itu,"jawab Mila sambil mendorong dada ini dengan ujung jemarinya, wanita yang kulit wajahnya belum begitu rata

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    Apartemen kumuh

    hampir 20 menit berkendara dengan segala kegalauan hati memikirkan apakah apartemen itu masih layak dihuni atau tidak mengingat hampir 1 tahun tidak di sana kupikir sudah ada beberapa bagian yang merembes, kamar mandi juga merembes dengan cat dinding yang sudah mengelupas, beberapa bagian dinding juga retak dan tidak layak, mereka juga lembab dan jamuran tapi aku bisa apa hanya itu satu-satunya tempat yang bisa dituju untuk sementara ini. mungkin aku bisa membayar kontrakan, tapi bagaimana aku akan mencukupi pengobatan Mila, sementara uang itu juga untuk makan dan transportasi sehari-hari. aku harus berusaha mencukupi gajiku ditambah dengan potongan perusahaan yang sempat ku pinjam untuk operasi istriku. kupandangi wajah Mila dan raut kesedihan yang terlihat di matanya, dia berkaca-kaca tapi wanita itu berusaha menyembunyikan kesedihannya. rumah ibunya terlalu nyaman selama ini kami tidak pernah berpisah dengan mereka jadi mungkin istriku harus membiasakan diri dan merasakan kerin

  • Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku    bukankah ...

    "mau kemana?" Tanya istriku cemas."aku mau pergi, sudah terlalu lama kita diinjak-injak, aku sudah tak sanggup lagi.""tapi...." Mila nampak ragu melihatku yang terus berkemas, dia sepertinya bimbang hendak tetap berada di sini ataukah ikut dengan suaminya yang tidak berdaya ini."aku tahu aku harus menghargai mertua, Aku tahu aku harus menjunjung mereka tapi ini benar-benar keterlaluan, Mil. aku masih punya harga diri.""sebagai orang tua mami pasti terlalu mengkhawatirkanku sehingga dia berkata seperti itu.""aku juga memposisikan diriku sebagai dia. Aku membayangkan putriku harus hidup dalam kesulitan bersama suami yang dicintainya. tapi, aku akan menahan diri dari ucapan menghina orang lain," balasku Dengan hati Yang benar-benar Sakit. ingin rasanya menangis tapi aku malu pada genderku sendiri. aku laki-laki yang harus terlihat tegar tapi ada kalanya perasaan ini rapuh dan sedih. "aku sudah berusaha sekuat tenaga Tapi saat tuhan hanya memberi terbatas, aku bisa apa!! Aku juga ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status