Share

Bab 2

Auteur: Anisah Nabila
Malam itu, aku mulai bermalam di bangunan beratap seng ini.

Aku tidur bersama suamiku, di ranjang yang diberi tirai penutup.

Setelah seharian bekerja, suamiku mandi lalu langsung tertidur. Tak lama kemudian, suara dengkurannya pun terdengar.

Tapi aku sama sekali tak bisa memejamkan mata. Lingkungan asing ini membuatku agak gelisah, tapi di saat yang sama, entah kenapa aku juga merasa sedikit bersemangat.

Tiba-tiba, di tengah suara dengkuran para pria, aku seperti mendengar napas terengah-engah seorang wanita, disusul suara ranjang besi yang berderit pelan dan bunyi “plak-plak” yang sangat berirama.

Sepertinya suara itu berasal dari tempat tidur sebelah... sepertinya itu Kak Nia.

Aku terkejut, di ruangan yang penuh orang seperti ini, mereka masih berani melakukan hal seperti itu?

Tapi di balik keterkejutanku, entah kenapa... aku malah berharap mereka terus lanjut.

Semakin kudengar, aku pun mulai merasakan sesuatu... tanpa sadar, aku mulai menggesek-gesekkan kedua kakiku.

Aku melirik ke arah suamiku yang sudah tertidur pulas, lalu menghela napas pelan dengan rasa tak berdaya.

Suara ranjang besi dari sebelah yang berderit terus-menerus makin cepat ritmenya, diiringi desahan rendah Kak Nia yang perlahan-lahan terdengar makin jelas dan sulit ditahan.

Tiba-tiba, aku merasa sangat iri padanya...

Iri karena dia punya suami yang begitu bergairah dan penuh tenaga.

Tanpa sadar, tanganku pun ikut bergerak turun, mengikuti suara-suara itu.

Dengan rasa tak berdaya dan malu, aku mencoba memuaskan diriku sendiri mengikuti irama dari sisi sebelah.

Hingga suara lirih pria mengerang pelan terdengar, disusul napasnya yang berat, dan ranjang sebelah pun akhirnya berhenti berderit.

Sementara aku, yang baru saja akan mencapai puncak, harus terhenti di tengah jalan…

Aku kembali melirik suamiku di samping. Dia masih tertidur pulas.

Entah kenapa, hatiku jadi terasa gelisah. Tapi kupikir lagi… selain soal itu, sebenarnya suamiku sudah cukup baik padaku.

Pada akhirnya, aku hanya bisa menarik selimut dan menghela napas dengan pasrah.

Tak lama kemudian, terdengar suara tirai ditarik dari luar, lalu langkah kaki yang pelan.

Kurasa itu Kak Nia yang pergi membersihkan diri.

Mungkin karena tadi aku sempat meraba diriku sendiri, sekarang aku jadi merasa ingin buang air kecil.

Tapi karena Kak Nia sedang pakai kamar mandi, aku tak punya pilihan selain menahan dulu.

Beberapa saat kemudian, Kak Nia keluar dari kamar mandi. Begitu kudengar dia kembali naik ke tempat tidurnya, barulah aku pelan-pelan bangun dan pergi ke toilet.

Begitu selesai, aku menghela napas lega. Tapi perasaan terpotong di tengah-tengah tadi malah bikin tubuhku makin nggak enak rasanya.

Saat aku baru saja selesai buang air kecil dan belum sempat menarik celana, tiba-tiba… seorang pria masuk.

Seorang pria masuk sambil menggigit sebatang rokok, bahkan tak menoleh dulu, langsung mengeluarkan ‘barang’-nya begitu saja.

Begitu dia mengangkat kepala dan melihatku, dia pun terkejut. Rokok yang belum sempat dia nyalakan jatuh ke lantai karena kaget.

Dia buru-buru menutup pintu kembali dan keluar, lalu dengan suara pelan meminta maaf padaku.

Setelah selesai buang air kecil, aku membuka pintu kamar mandi, dan ternyata pria itu masih berdiri di luar, menunggu.

Dia pria muda, kira-kira berusia dua puluhan. Karena pekerjaan fisiknya, tubuhnya sangat atletis, dipenuhi aura maskulin khas laki-laki.

Bagian celananya tampak menggembung, ada bekas noda basah di sana, dan keringat masih menetes di dahinya, seperti baru saja selesai berolahraga.

Aku benar-benar terkejut!

Jangan-jangan… pria yang tadi bersama Kak Nia bukan suaminya?

Tapi malah… pemuda yang sekarang berdiri di depanku ini?

Tatapannya naik turun menyapu tubuhku, berhenti beberapa detik di bagian dadaku. Wajahnya tampak malu-malu saat berkata, "Maaf ya, Kak Yumi… tadi aku nggak sengaja."

Aku menjawab singkat, "Nggak apa-apa, lain kali ingat ketuk pintu dulu ya."

Otot-ototnya yang kencang dan tonjolan kecil di bawah sana bikin tenggorokanku jadi agak kering. Tapi aku nggak berani lihat lama-lama, cuma sekilas saja, lalu cepat-cepat kembali ke ranjang.

Tapi, setelah kejadian tadi, rasanya susah banget buat tidur.

Apalagi soal Kak Nia. Suaminya kan masih ada di sini. Gimana dia bisa seberani itu?
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Nasib Seorang Wanita Proyek   Bab 10

    Waktu berlalu dua minggu, suamiku dipindahkan ke posisi yang lebih santai.Sedangkan aku… aku sadar kalau sepertinya aku hamil.Haidku tak datang tepat waktu.Aku membeli test pack dan mencoba tes…Aku hamil.Itu anaknya mandor.Aku tidak bilang ke mandor, aku takut kalau dia akan menyuruhku menggugurkan anak ini.Terus, aku mencari kesempatan untuk tidur sama suamiku, tentu aja, cuma sekadarnya aja.Tapi anehnya, kali ini dia nurut.Karena aku hamil, aku tak bisa lagi kerja berat di proyek.Lagipula, lingkungan di proyek juga tidak bagus untuk ibu hamil,Jadi aku akhirnya pulang kampung untuk istirahat dan menjaga kandungan.Kali ini aku lebih waspada, aku sengaja beli dua tiket kereta.Aku bilang ke mereka kalau aku pulang hari pertama, padahal sebenarnya aku baru pulang di hari kedua.Hari itu, seperti biasa, aku mengikuti suamiku diam-diam.Tapi hal yang kulihat benar-benar di luar dugaanku…Suamiku ternyata masuk hotel dengan seorang pria!Dia ternyata GAY!Saat itu juga, semuanya

  • Nasib Seorang Wanita Proyek   Bab 9

    Ada pepatah yang mengatakan, pemburu yang sukses sering kali muncul dengan rupa seekor mangsa.Dan sekarang, akulah pemburu itu.Lagipula, suamiku juga tidak terlalu peduli padaku...Dia membawaku ke kamar, bahkan dengan perhatian membantuku membersihkan tubuhku.Tidak seperti anak-anak muda, pria paruh baya seperti dia sangat memperhatikan foreplay, sedangkan kebanyakan anak muda biasanya terburu-buru.Harus kuakui, kemampuan si mandor memang luar biasa.Belum juga benar-benar dimulai, dia sudah berhasil membuatku sangat terangsang.Aku menyukai perasaan diperlakukan seperti ini oleh pria saat berpura-pura mabuk.Setelah melihat aku sudah cukup masuk ke suasana, barulah dia mulai menyerangku dengan hebat.Kekurangan pria paruh baya sangat jelas, mereka tak sekuat pria muda.Dalam satu malam, dia hanya bisa melakukannya dua kali dan sudah kelelahan.Tapi untungnya, foreplay-nya cukup lama, setidaknya aku tetap merasa puas.Namun keesokan paginya, aku terkejut saat menyadari bahwa mando

  • Nasib Seorang Wanita Proyek   Bab 8

    Saat aku kembali ke proyek, suamiku ternyata sudah pulang duluan.Begitu melihatku, dia bertanya dengan penasaran aku pergi ke mana, apakah aku bersenang-senang, dan kenapa malam ini tidak menginap di luar.Dia bahkan kelihatan perhatian, bilang kalau malam-malam naik taksi itu ribet, jadi lain kali kalau memang mau keluar, lebih baik cari tempat menginap di sekitar saja, biar tidak capek bolak-balik.Mendengar dia bicara seperti itu, hatiku terasa penuh rasa bersalah.Dia begitu baik padaku, tapi aku malah berselingkuh di belakangnya… bahkan sempat curiga bahwa dia punya niat lain.Jadi, beberapa waktu setelah itu aku mulai menahan diri. Aku tak lagi sembarangan janjian dengan pria lain.Tapi… kadang-kadang aku tetap tak bisa menahan dorongan itu.Kami sudah tinggal di lokasi proyek itu selama lebih dari tiga bulan.Setelah tahap pertama proyek selesai, mandor mengajak semua pekerja makan-makan dan karaokean untuk merayakannya.Karena yang ikut cukup banyak, dan ini traktiran dari man

  • Nasib Seorang Wanita Proyek   Bab 7

    Beberapa hari berturut-turut, aku tidak keluar malam, hanya tidur di asrama dengan tenang.Tapi suatu malam, suamiku justru bertanya dengan heran kenapa aku tidak keluar jalan-jalan, bahkan memberiku uang dan menyuruhku pergi belanja malam bersama Kak Nia.Bukan cuma itu, dia juga seperti beberapa kali sengaja menciptakan kesempatan agar aku bisa keluar.Misalnya, dia bilang mau keluar minum malam-malam...Atau bilang harus kerja di proyek lain malam itu, dan sebagainya.Apa mungkin ada pria yang rela istrinya diselingkuhi?Aku mulai berpikir... apa jangan-jangan dia tahu kalau dia nggak bisa memuaskanku, jadi merasa bersalah dan berusaha menebusnya dengan cara seperti ini?Membawaku dari desa ke kota, apa tujuannya hanya untuk ini?Pikiran itu saja sudah bikin aku kaget sendiri. Rasanya terlalu nggak masuk akal.Atau... dia merasa kalau aku diselingkuhi oleh orang asing di kampung halaman, itu lebih buruk dibanding diselingkuhi oleh teman-temannya sendiri?Setidaknya kalau aku ada di

  • Nasib Seorang Wanita Proyek   Bab 6

    Sambil bertindak seenaknya, dia malah balik bertanya padaku, apakah aku sendiri tidak pernah curiga kalau suamiku itu punya masalah...Harus kuakui, benteng pertahananku mulai sedikit demi sedikit runtuh...Kak Nia memang nggak salah, anak muda memang penuh tenaga.Dia sendiri sudah selesai lebih dulu, sementara aku... terus berlanjut sampai lewat tengah malam.Bahkan saat pagi harinya aku masih terlelap, dia kembali membangunkanku dengan cara yang kasar.Baru menjelang sore keesokan harinya, aku akhirnya bisa istirahat cukup dan mulai pulih sedikit demi sedikit.Saat turun dari tempat tidur, kakiku masih terasa lemas... tapi perasaan dalam hatiku justru begitu puas.Apa yang terjadi semalam membuatku seperti ketagihan...Tapi di tengah semua itu, suamiku sempat menelepon dan aku tak sempat mengangkatnya.Di dalam hati, aku merasa agak gelisah. Aku terus memikirkan, nanti saat kembali ke proyek dan bertemu suamiku, aku harus memberi penjelasan seperti apa?Tapi Kak Nia bilang aku nggak

  • Nasib Seorang Wanita Proyek   Bab 5

    Aku sedikit gugup, gugup sampai tubuhku gemetar.Aku tak tahu apakah harus terus pura-pura tidur, atau langsung bangun dan mendorongnya pergi.Belum sempat kupikirkan, tubuhnya sudah menindihku.Lalu sepasang tangan besar dan kasar mulai merayap di tubuhku.Tangan seorang pekerja bangunan, sangat kasar, penuh kapalan.Tapi bukannya membuatku tidak nyaman, sentuhan kasar itu justru memberiku sensasi yang berbeda, membuatku semakin sulit mengendalikan diri.Aku ingin melawan, tapi entah kenapa, tubuhku lemas, lemas sampai tak bisa bergerak.Yang bisa kulakukan hanya menggeliatkan kakiku, berusaha menghindar darinya.Tentu saja, dalam hati, aku juga sedikit menginginkannya.Semakin kakiku bergesekan dengannya, tubuhku semakin memanas.Aku merasa jantungku berdebar begitu kencang seolah ingin meloncat keluar. Perasaan gugup yang aneh bercampur dengan rasa tegang dan sedikit antisipasi memenuhi pikiranku.Sepertinya... gerakan penolakanku malah terlihat seperti bentuk penerimaan di matanya.

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status